Selasa, 02 Juni 2015

DELOV part 44~Romantic In Hawaii~



DEVIL ENLOVQER – 44
~Romantic In Hawaii~


            Mobil yang membawa Kici berhenti berjalan. Kici semakin takut, ia merasakan bau-bau tak enak di sini. Tangan Kici diraih oleh 2 orang dan menyuruh Kici untuk berjalan dan sebelumnya ikatan kaki Kici di lepaskan terlebih dahulu. Kici menuruti saja. Ia tak mau kejadian 1 tahun yang lalu terulang kembali.
Suara keributan terdengar jelas. Bahkan banyak suara kendaraan disana-sini. Kici merasa semakin penasaran dan juga bingung sebenarnya ia ada dimana. Kici masih terus berjalan. Kali ini ia melewati sebuah tangga dengan bantuan dua orang yang ada disamping kanan dan kirinya. Kici terus berjalan saja.
“Silahkan duduk nona Kici”ujar salah satu lelaki itu dan sebelumnya melepaskan ikatan tangan dan bungkaman di mulut Kici. Kici pun merabah-rabahkan tangannya. Ia mendapati sebuah kursi dan segera duduk disana.
“Gue ada dimana ??”tanya Kici suaranya dingin dan meninggi.
“Yah Bodoh!! Lepaskan penutup matamu “Kici tercengang. Ia kenal sekali dengan suara tersebut. Dengan cepat Kici melepaskan penutup di matanya.
“RIO ??”kaget Kici karena mendapati kekasihnya sudah duduk manis di sampingnya. Dan yang lebih membuat Kici tak percaya lagi saat ini dirinya sudah berada di dalam pesawat.
“Loe? Loe? Loe? Mau bawa gue kemana ?”
“BODOH !! LOE MAU CULIK GUE ? HAH?”
“TURUNIN  GUE SEKARANG!!”teriak Kici sekeras mungkin. Rio mendengus kesal. Ia mengorek kupirnya yang seakan ingin pecah. Sedangkan pesawat sudah mulai take off dan berjalan.
“Loe dijual laku berapa ? apa gunanya gue nyulik cewek kurus kayak loe”sinis Rio begitu tajam. Kici melengos.
“Loe gak ada cara yang lebih lembut gitu jemput gue ?”tanya Kici dingin. Namun Rio sepertinya tak acuh. Ia membuka ponselnya.
“Bukan gue yang nyuruh. Itu ide mereka semua. Gue Cuma nyuruh bawa loe kesini. Just that”
“Sama aja.lah “protes Kici
“Sudah diamlah. Istirahat sono”suruh rio seenaknya.
“Loe mau bawah gue kemana sih ? gue masih pakek seragam “omel Kici sekali lagi. Rio yang lama-lama capek dengan suara cempreng Kici segera menolehkan kepalanya kearah gadis yang disampingnya ini.
“HAWAI”jawab Rio singkat, padat dan sangat jelas. Kici membalakakan matanya.
“WHAT ?? HAWAII?? HAH???”
*****
05.00 p.m waktu Hawaii

Perjalanan Rio dan Kici cukup panjang. Mereka melewati perjalanan selama 14 jam dengan 1 kali transit di Tokyo terlebih dahulu. Dan selama itu Kici memilih untuk tidur. Begitu pun dengan Rio, bahkan mereka tak banyak bicara di dalam pesawat.
“Bodoh bangunlah . . “ujar Rio yang tak ada manis-manisnya membangunkan KiciKici mengerjapkan matanya beberapa kali dan mengontrol kesadarannya.
“Kita udah sampai?”tanya Kici.
“udah. “
“Ini jam berapa ?”
“Jam Indonesia jam 6 pagi. Kalau di sini jam 5 sore”jawab Rio seadanya
“Hah?Terus sekolah gu . . “
“tenang aja udah diurus. Lagian gue sudah bilang ke Iqbal juga dan bodyguard-bodyguard loe dirumah itu”jelas Rio. Kici mengangguk saja.
“Mandi dulu sana. Ganti baju loe. Udah di siapin di kamar mandi “suruh Rio saat pesawat sudah menunjukkan turun landas. Kici melihat Rio yang sudah rapi. Dimana Rio hanya memakai kaos putih dengan kemeja pendek yang menutupi kaosnya. Dan kemejanya sengaja tidak dikancingkan oleh Rio. Rio juga memakai celana jenas selutu.
“Loe udah mandi?”
“Menurut loe?”Kici melengos . ia berdiri dan berjalan ke belakang tepatnya ke kamar mandi. Kici menggurutu tak jelas. Bagaimana bisa dirinya berpacaran dengan orang kepala batu seperti itu.
30 menit kemudian Kici sudah keluar dari kamar mandi. Kici memakai hot pans pendek diatas lutut dan baju tak berlengan namun panjangnya menutupi hot pansnya , seolah Kici tidak memakai celana. Rio menoleh kearah Kici.
“Cantik. . “batin Rio. Rio tersenyum dalam hatinya. Wajah kekasihnya begitu menipu dengan sifat aslinya. Kici menguncir rambutnya keatas dan membentuk gelungan tanpa poni. Kici menatap Rio heran karena Rio terus melihatinya.
“Gak capek tuh leher ?”sindir Kici tajam. Dan membuat Rio langsung tersadarkan.
“Yaudah ayo turun “ajak Rio. Kici menuruti saja. mereka berdua segera turun dari pesawat. Rio memakai kaca matanya. Udara di Hawaii benar-benar segar sekali. Rio sudah 3 kali kesini saat dulu. Namun bagi Kici inilah pertama kalinya ia kesini.
“Bagus . . “gumam Kici. Ia pun menerima kaca mata yang diberikan Seorang pramugari kepadanya. Kici segera memakainya. Karena silauan matahari sore yang begitu terang sekali.
“Kita kepantai sekarang “ajak Rio. Kici tak menjawab apapun. Ia hanya bisa mengikuti apa kata Rio saja. Mobil pribadi Rio sudah berada tak jauh dari mereka berdua. Rio segera berjalan ke mobilnya begitu juga dengan Kici.
“Masuk “suruh Rio. Kici mengangguk lantas masuk kedalam mobil. Begitupun dengan Rio.
Dengan cepat Rio mengendarai mobilnya. Rio sudah cukup hafal dengan jalan menuju ke pantai. Toh, didalam mobil Rio sendiri sudah terdapat petunjuk jalan yang memudahkannya.
“Kita mau kemana ?”
“Pantai Maui”jawab Rio seadanya. Kici yang gak ngerti hanya bisa ngangguk-ngangguk lagi.
Perjalanan mereka tidaklah lama. Hanya 30 menit saja. Tak lama kemudian mereka sampai ,Rio memarkirkan mobilnya lantas keluar dari mobil begitu juga dengan Kici.
“Ahhh matahari terbenam . . “gumam Kici saat keluar dari mobilnya. Ia begitu takjub dengan pemandangan yang ada di depannya sangat cantik sekali menurutnya.
“Ayo kesana “ajak Rio yang melihat ekspresi Kici begitu senang.
“Hmm. . “
Mereka berdua berjalan beriringan ke pantai tersebut. Kici dan Rio terlihat sangat canggung satu sama lain. Bahkan mereka berjalan sendiri-sendiri tanpa ada yang menggegam tangan satu sama lain.
Pengunjung hari ini tentu tidak terlalu banyak, Karena memang bukan hari libur. Namun kebanyakan pengunjung lebih tepatnya sepasang kekasih atau pun suami istri. Tidak ada tanda-tanda anak kecil disini.
“Kenapa banyak orang pacaran sih? Asiighh . . “omel Kici dalam hatinya. Karena selama ia berjalan menuju pantai hanya sepasang kekasih saling bermesraanlah yang dapat ia lihat. Sedangkan dirinya dan Rio?? entahlah Kici saja tidak tau hubungan dirinya dan rio disebut dengan apa ?.
“Kenapa?”tanya Rio karena Kici terus menggaruk-ggaruk lehernya gak jelas.
“gak”jawab Kici singkat. Rio hanya tersenyum sipul. Dan geleng-geleng sendiri melihat tingkah Kici.
Kici dan Rio terus berjalan beriringan, Rio memandangi ke depan tepat ke laut yang begitu terbentang luas. Sedangkan Kici menengok ke kiri dan ke kanan menatapi orang-orang yang sedang beromantis. Bahkan saat Kici melihat sepasang kekasih yang sedang berciuman ia merasa langsung merinding sendiri.
“Aisshggh. . Hueek . . “gidik Kici geli. Ia pun langsung berjalan duluan mendahului Rio.
“Heeeyy !! Bodoh pelan-pelaaan”teriak Rio namun Kici tak menanggapi. Kici segera ingin sampai di tepi pantai.
5 menit mereka berjalan akhirnya Rio dan Kici sudah berada di tepi pantai. Matahari mulai benar-benar tenggelam. Kici terhanyut dalam indahnya matahar senja yang sebentar lagi akan Hilang.
“Gue suka matahari terbenam .. “lirih Kici dan suara Kici dapat didengar jelas oleh Rio. Rio menolehkan wajahnya kearah kekasihnya ini.
“kenapa ?”tanya Rio yang ingin tahu. Kici sedikit berfikir untuk menjabarkan jawabannya kepada Rio.
“Kenapa ? entahlah. Gue suka warna senjanya yang begitu tenang. Gue suka melihat matahari itu seolah tersenyum saat selesai menjalankan tugasnya di pagi hari. Intinya matahari terbenam selalu buat gue tenang”jelas Kici dan membuat Rio manggut-manggut.
“Loe sudah berapa kali kesini?”tanya Kici membuka pembicaraan balik. Matahari sendiri pun sudah mulai tenggelam. Keadaan langit mulai menghitam. Hanya penerangan remang-remang dari lampu pantai yang dapat terlihat. Pengunjung sendiri pun sudah banyak yang pulang.
“3 kali “
“Sendiri?”tanya Kici masih menatap lurus. Tepatnya menatap kearah deburan ombak yang semakin menenangkan hatinya.
Ngga
“terus ?”
“dengan Seorang gadis yang cantik”jawab rio dengan nada seriusnya. Kici sedikit terkejut dengan jawaban Rio, namun sebisa mungkin ia menahan emosinya.
“Oh”jawab Kici seadanya. Semburat raut wajah Kici sedikit berubah. Rio menatap wajah Kici yang dingin, datar dan tenang. Namun baginya wajah itu begitu sangat cantik. Rio mengembangkan senyumnya.
“Maaf  . . “ujar Rio pelan namun cukup sampai di telinga gadis ini
“buat ?”
“karena baru bisa menyempatkan waktu untuk loe sekarang”
“Untuk gue ? dan waktu loe yang lain buat cewek cantik itu?”jawab Kici dingin tanpa kesinisan atau pun lainnya. Rio terkekeh pelan. Ia tau bahwa Kici saat ini sedang cemburu namun karena Kici memiliki gengsi yang benar-benar tinggi, Mangkanya ia tidak menunjukkan secara langsung..
“Enggak . . “jawab Rio. ia langsung menarik tubuh Kici di depan tubuhnya. Kici terkejut dengan apa yang dilakukan oleh Rio. Dimana Rio mengalungkan kedua tangannya keleher Kici dari belakang. Dan menyandarkan kepala Kici  di bagian dada Rio.
“Gue Cuma bercanda tadi”bisik Rio tepat ditelinga Kici. Kiic dapat merasakan dengan jelas bau parfum Rio. Kici memejamkan matanya, menetralisikan detakan jantungnya yang semakin tak karuan.
“Maaf selalu buat loe marah”ujar Rio sekali lagi karena Kici masih terus diam. Rio semakin erat memeluk Kici. Semburat senyum terukir di bibir Kici walau matanya masih terus ia tutup.
Angin malam menerpa wajah Rio dan Kici. Kici terus memejamkan matanya sedangkan Rio sendiri menikmati keindahan pantai ini dengan keadaan yang sama dengan yang tadi. Keadaan pantai pun sudah sangat sepi hanya tinggal dua orang ini.
Awan di langit pun tiba-tiba mendung, angin dingin sedikit menusuk kulit Kici yang tak terlapisi apapun. Kici menghelakan nafasnya karena merasakan angin mala mini. Rio dapat mendengar nafas Kici yang terasa dingin. Perlahan Rio menurunkan kedua tangannya dari leher Kici. Ia langsung merengkuh tubuh Kici dari belakang. Berharap pelukannya dapat menghangatkan gadis ini.
“sepertinya mau hujan? Ayo kita kembali”ajak Rio. Kici menggelengkan kepalanya. Ia perlahan membuka matanya.
“Sebentar aja “pinta Kici. Rio pun menuruti saja permintaan gadis ini. Mereka berdua sama-sama merasakan angin malam dan alunan deburan ombak yang keras. Kaki mereka berdua pun sudah terbasahi oleh deburan ombak itu.
“Loe tau ?”
“enggak tau. Mungkin Cuma loe yang tau . . “
“Cisshh. . . “desisi Kici sedikit kesal. Niatnya ingin memberi tau sesuatu kepada Rio namun cowok tersebut malah jayus tak jelas.
“Apa?”sahut Rio mulai serius,
“Gue  kangen sama mama gue”ujar Kici jujur, entah mengapa ia jadi teringat kepada mamanya. Rio terdiam, ia tau bahwa Kici sejak kecil sudah ditinggal oleh mamanya.
“Gue suka pantai. Karena sejak kecil mama selalu ngajak gue ke pantai. “
“Dan mungkin sejak mama gak ada. Gue gak pernah ke pantai lagi. “Kici mencoba tersenyum, menahan kegetirannya teringat akan mamanya.
“Loe gadis yang kuat. Gue tau itu”ujar rio menyemangati Kici.
“Iyalah. Kalau gue gak kuat gak mungkin gue tahan pacaran sama cowok otak bodoh kayak loe”sinis Kici yang mulai mencari gara-gara.
“Apa loe bilang tadi ??”desis Rio tak terima dengan ucapan Kici.
“gak ada  . “jawab Kici santai.
“Gak Gak.  Gue denger kok. Coba ulangi apa tadi ?”Rio melepaskan pelukannya. Ia membalikkan tubuh Kici dalam sekali hentakan. Kici tersenyum dan memandang Rio dengan remeh.
“Apaan?”sahut Kici pura-pura bodoh.
“Yang loe katain tadi ? gue cowok otak apa? Hah??”
“Coba ulangi lagi ?”sinis Rio dan memasang wajah murkanya ke gadis yang ada di depannya ini. Senyum Kici perlahan berubah menjadi senyum yang begitu manis sekali. Kici selalu suka jika menjaili Rio aau pun menang adu mulut dengan Rio. Itulah kenapa dirinya tidak pernah bosan dengan Rio.
CUUPPP . .
Rio terdiam mematung. Rasa kesalnya langsung menghilang seperti terhempaskan oleh angin kencang. Rio mengerjapkan matanya beberapa kali. Masih tidak percaya dengan apa yang terjadi beberapa detik tadi. Perlahan Rio menyentuh pipi kananya yang dicium oleh Kici dengan cepat.
“I LOVE YOU MARIO . .”teriak Kici kencang. Kici berlari-lari sendiri di pinggir pantai. Meninggalkan Rio yang masih dan masih speechless. Ia tak menyangka Kici mencium pipinya dan meneriakan namanya. Baru kali ini Kici mengucapkan cinta kepadanya setelah sekian lama.
“AKU SAYANG MARIO BODOH !!”
“OH MARIO HALING SANGATLAH BODOH !!”Kici sudah sedikit jauh dari Rio. Kici berdiri menghadap Rio dengan terkekeh pelan. Rio menatapnya dengan bengis karena tak terima dengan ucapan bodoh dari Kici.
“TAPI AKU SANGAT CINTA KEPADA SI BODOH ITU “Rio hanya bisa geleng-geleng sambil senyum-senyum tak jelas. Rio perlahan berjalan untuk menyusul Kici.
“MARIOOOO MUAAACHHHHH . . .”Kici semakin gak jelas. Ia dari jauh memberikan Kiss bye kepada Rio dengan tangannya.
“YAAAAA !! GADIS BODOH !! ITU MENJIJIKKAN !!!”sahut Rio tak kalah kerasnya. Ia tetap berjalan mendekati Kici. Sedangkan dari jauh Kici sudah tertawa puas sekali.
“Ihhh menjijikkan.. . “gidik Kici sendiri setelah melakukan hal seperti tadi. Niatnya hanya ingin menggoda Rio namun memang terlihat begitu sangat menjijikkan dan membuat Kici merinding sendiri.
Awan mendung semakin pekat. Langit diatas sana mulai menghitam. Rintikan air dari atas langit mulai turun. Kici mengangkat kepalanya ke atas dan merentangkan tangannya.
“Hujan. . “lirih Kici karena tangannya dibasahi dengan rintikan-rintikan air. Namun Kici tak mempedulikannya ia malah loncat-loncat seperti anak kecil bersamaan dengan deburan ombak di pinggir pantai.
Rio tersenyum melihat tingkah Kici yang kekanak-kanakan dan seperti anak kecil. Rio baru tau jika Kici tidak sepenuhnya berhati dingin dan menyeramkan seperti yang banyak orang bilang. Mungkin inilah sifat Kici yang asli. Ia begitu rapuh dan membutuhkan udara yang segar yang selama ini mencekat fikiran Kici.
“Cisshh. . .”desis Rio mulai menyinis menatap Kici. Kini ia sudah berada di depan Kici. Kici mulai berhenti berloncat-loncat dan mengatur nafasnya.
“Tutup mata loe”suruh Rio. Kici mengernyitkan keningnya. Namun ia menggelengkan kepalanya.
“Tutup sekarang. “paksa Rio. namun Kici mentap Rio dengan wajah tak enak.
“Gak !”
“Loe fikir gue akan tiba-tiba nyium loe seperti di film-film ? hah??”
“dasar otak mesum. . “
JTAAKKK
“Awww .. .”ringis Kici karena Rio menjitak dahinya sedikit kencang. Kici menyungut kesal, jujur saja yang dikatakan oleh Rio itu benar. Kici mengira bahwa Rio akan menciumnya.
“Cepat tutup mata loe”suruh Rio sekali dengan nada sangat memaksa.
“Iya iya. “kesal Kici. Ia pun langsung menutup matanya dengan wajah tak enak.
Untuk beberapa lama Rio memandangi wajah Kici sejenak, wajah yang menurutnya selalu membuat hatinya tenang. Perlahan Rio merogoh sakunya. Dan mengeluarkan sebuah kotak berwarna putih. Rio membuka kotak tersebut.
“Udah belum ??”sungut Kici. Namun Rio tak menggubrisnya. Ia mengeluarkan benda yang berada di kotak itu.  Benda tersebut adalah sebuah kalung Berlian yang sempat Rio beli Di Tokyo beberapa hari yang lalu. Dimana kalung tersebut berwarna putih mengkilap dan polos. Tidak ada gantungannya sama sekali.
Rio segera memakaikan kalung tersebut di leher Kici.
“Buka mata loe”suruh Rio. perlahan Kici membuka matanya. Ia sudah merasakan ada sesuatu di lehernya. Kici pun langsung mengarahkan matanya untuk melihat apa yang ada di lehernya.
“kalung ?”bingung Kici. Ia tak mengerti kenapa Rio memberikannya sebuah kalung itu pun kalung yang benar-benar polos.
“Jangan pernah dilepas”ujar Rio dengan raut yang serius.
Hujan mulai turun dengan deras. Namun kedua orang ini masih saling berhadapan tanpa peduli dengan hujan yang turun. Rio memegang kalung yang ada di leher Kici dan membalik sedikit bagian dalam kalung tersebut.
R 20 C” ujar Rio mengejakan sebuah ukiran tulisan yang terdapat dibagian dalam kalung tersebut yang tak terlihat.  Kici tersenyum dan sangat mengerti sekali apa  maksud dari tulisan tersebut.
“Makasih “ujar Kici dengan nada malu-malu. Pipinya terasa memanas, Tak disangka Rio mempunyai sisi malaikat yang bisa membuat hatinya deg-degan sendiri.
“Ayo pulang “ajak Rio. karena ia tak tega melihat Kici yang sudah basah kuyup seperti itu. Kici menganggukkan kepalanya. Mereka berdua berjalan untuk kembali ke mobil. Kici masih tak ada henti-hentinya mengembangkan senyumnya.
Rio menatap lurus, wajahnya seperti biasa terlihat datar. Hujan pun semakin deras namun sama sekali tak membuat kedua orang ini kedinginan atau pun bagaimana. Mereka berdua membiarkan saja hujan membasahi tubuh mereka.
Perlahan Rio menggengam tangan Kici, ia memasukkan jari-jarinya kedalam jari-jari Kici dan menggenggam erat tangan Kici. Kici kaget dengan apa yang dilakukan oleh Rio. Ini adalah pertama kalinya Rio menggandeng tangannya. Kici menolehkan wajahnya kearah pria disampingnya ini. Wajah Rio dingin dan tak ada semburat senyum atau apa. Namun buat Kici ia suka menatap wajah Rio yang seperti itu.
Kici pun membalas genggaman tangan Rio. Mereka berdua berjalan beriringan dengan hati yang sudah tak bisa tergambarkan. Yah, hanya kedua orang ini yang tau bagaimana cara mereka mengekspresikan perasaan mereka sendiri. Hanya mereka berdua yang tau seperti apa sesungguhnya perasaan mereka kepada satu sama lainnya.
Rio dan Kici mempunyai cara tersendiri untuk mengungkapkan perasaanya. Dan mereka selalu melakukan hal yang tak terduga dan bisa mengejutkan pasangan mereka sendiri. Inilah cara romantis yang dimiliki kedua pasangan iblis ini.
*****
Rio dan Kici sudah berada di dalam mobil dengan keadaan basah kuyup. Rio menganti AC.nya dengan suhu yang hangat. Ia mengambil handuk kecil di bagian kursi belakang dan memberikannya kepada Kici yang sudah kedinginan.
“Kita kemana sekarang ?”tanya Kici sambil menerima handuk dari Rio dan segera mengusapkan ke seluruh tubuhnya yang basah.
“Ke hotel “
“HAH?”mata Kici langsung membulat. Dirinya selama ini tidak pernah ke hotel bersama dengan dua orang pria. Fikiran Kici sudah melayang-melayang tak jelas.
Rio menjalankan mobilnya, ia melirik kearah Kici yang masih terbengong dan melamun. Rio mendengus dengan tatapan meremehkan Kici.
“Loe fikir gue tertarik dengan tubuh loe?”
“Hey Gadis bodoh!! Otak loe benar-benar butuh di setting di dokter hawan !!”sinis Rio. mendengar penghinaan dari Rio yang begitu menusuk hati, jantung bahkan semuanya. Kici menatap Rio dengan tatapan tajam.
“YAAA!! Berhentilah manggil gue gadis bodoh !!”protes Kici dengan suara yang memelan.
“gak akan. Loe emang gadis bodoh dari belahan dunia paling ujung “ejek Rio. Kici tersenyum keiblisan.
“Dan loe lebih bodoh lagi karena sudah mencintai gadis bodoh dari belahan dunia paling ujung”balas Kici tak mau kalah.
“Hahahaha? Cihh. Percaya diri banget loe kalau gue cinta sama loe”
“YAAAAAA!!!”teriak Kici dengan keras tak terima dengan ucapan Rio. Rio terkekeh pelan, akhirnya ia bisa membuat Kici kesal sendiri.
“Besok kita pulang pagi”
“Gue mau pulang sendiri”ujar Kici dingin. Ia mengalihkan tatapannya kea rah luar jendela. Rio melirik sebentar kea rah Kici. Sepertinya gadis itu marah kepadanya.
“Yaudah.  .”jawab Rio santai dan seenaknya sendiri. Kici menggenggam kedua tangannya erat-erat. Ia merutuki ucapannya yang sebelumnya mengatakan bahwa Rio bisa menjadi malaikat. Kici meralat semua kata-katanya. Bahwa Rio memanglah Iblis dari belahan kutub utara yang begitu dingin dan tak punya perasaan.
“Iya, baiklah. Gue pulang ke prancis “ujar Kici tenang. Mendengar ucapan Kici yang seperti itu, Rio langsung mengerem mendadak mobilnya.
CYIIIIITTT
“Aissghhh .  . “Kici merintih karena benturan akibat mobil Rio yang tiba-tiba berhenti. Kici belum menyadari tatapan Rio yang tajam ke arahnya.
“Loe bisa nyet .. . . . “Kici menelan ludahnya dalam-dalam. Wajah Rio benar-benar seperti Seorang pembunuh.
Kici langsung mengalihkan pandangannya tak berani untuk bertatap muka dengan Rio, ia merutuki ucapannya tadi. Pasti ia bisa menebak bahwa pria itu lebih marah dari pada dirinya tadi.
“Gue cuma bercanda”ujar Kici mencoba mencairkan keadaan. Rio menghelakan nafas beratnya. Ia begitu ta peduli dengan ucapan Kici. Rio langsung menjalankan mobilnya kembali dengan tatapan dingin. Dan keadaan di dalam mobil kembali menegang.
*****
09.00 p.m waktu bagian Hawaii “ Ko’a Kea Hotel ”
Rio langsung masuk kedalam hotel tanpa menunggu Kici. Rio benar marah kepada Kici. Kici pun hanya bisa mengikuti Rio dari belakang.
“Dasar pemarah . . “desis Kici pelan. Ia mengusap-usap tubuhnya yang terasa dingin. Seorang pelayan mendekati Rio.
“Silahkan tuan. . “ujar pelayan tersebut yang memang sudah di siapkan untuk melayani Rio dan Kici mala mini. Rio menganggukkan kepalanya dan mengikuti pelayan tersebut beserta Kici dibelakangnya.
Kici hanya bisa heran, ia merasa bahwa ini bukan disebut hotel tapi Cottage. Namun keheranan Kici langsung hilang dalam sekejab. Karena Cottage yang akan ia tempat bersama Rio dibelakangnya langsung berhubungan dengan pantai. Mata Kici langsung berbinar-binar saat itu.
“Silahkan .  “pelayan tersebut memberikan kunci cottage tersebut kepada Rio. Rio menganggukan kepalanya. Pelayan tersebut pun segera meninggalkan Rio dan juga Kici.
Rio segera membuka pintu dan masuk kedalam. Rio yang ingin menutup pintu cottage tersebut mengurungkan niatnya. Karena ia masih melihat Kici berdiri disana sambil menundukkan kepalanya dan memainkan kalung pemberiannya.
“Loe mau jadi patung disana ??”
“Cepat masuk”suruh Rio tanpa ada lembut-lembutnya. Kici tak ingin banyak bicara. Ia pun menuruti apa yang disuruh Rio. Ify segera masuk kedalam. Setelah Kici masuk Rio pun mengunci pintu Cottage tersebut.
Mata Kici terbelalak. Cottage ini benar-benar sangat cantik dan indah, Ini pertama kalinya bagi Kici ke tempat seperti ini. Walau pun jika diukur dengan rumahnya yang ada di prancis yang pastinya lebih bagus dan besar namun entah mengapa Kici sangat suka dengan tempat ini.
Image
“Mandi sana”suruh Rio dan melemparkan sebuah handuk ke wajah Kici. Kici menarik handuk yang menutupi wajahnya dengan tatapan kesal ke Rio.
“Gue Cuma bercanda. Kenapa loe jadi marah sih ??”protes Kici . Rio yang ingin menyela namun Kici tak mempedulikannya ia langsung beranjak dan berjalan menuju kamar mandi yang sudah terlihat jelas di ujung cottage.
Rio hanya melengos saja, Ia pun memilih keluar pintu kamar yang berhubungan langsung dengan pantai. Rio melepaskan kemejanya yang sudah basah. Ia menikmati malam yang begitu indah, Hujan pun sudah berhenti sejak tadi.
Rio membuka ponselnya yang sedari tadi di sakunya. Alih-alih ia melihat agendanya sambil menunggu Kici selesai mandi.
“Ehh, , ,”mata Rio terarahkan ke makanan yang sudah siap tersedia di kursi  yanga da diluar. Dimana sepertinya makanan tersebut memang sudah disediakkan untuknya dan Kici. Perut Rio sendiri pun sudah terasa lapar.
15 menit kemudian Kici sudah keluar dari kamar mandi dengan baju putih panjang diatas lutut dan celana biasa yang terturupi oleh baju panjangnya itu. Kici mengeringkan rambutnya dengan handuk.
“Makan dulu”suruh Rio saat melihat Kici yang sudah keluar dari kamar mandi.  Kici mengangguk singkat dan berjalan keluar kamar tempat Rio berdiri tadi. Collage ini memang tidaklah luas. Antara ruang tamu kamar dan kamar mandi menjadi satu tempat.
Rio berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan seluru badanya. Sedangkan Kici menunggu saja di luar balkon namun tak memamakan makannya. Ia menunggu sampai Rio keluar. Kici duduk di kursi yang ada disana. Dua kursi tersebut langsung mengarah kea rah pantai. Dimana disana Kici dapat merasakan langsung angin malam yang mengibaskan rambut basanya.
Tak berapa lama kemudian Rio pun keluar dari kamar mandi dengan tubuh yang sudah segar. Rio hanya memakai kaos putih pendek beserta celana pendek. Namun Rio melapisi kaosnya dengan jaket, karena udara mala mini lumayan dingin. Rio menghampiri Kici yang duduk di luar sana dan menatap kea rah pantai.
“Belum makan?”tanya Rio datar karena melihat makanan tersebut masih utuh. Kici meggelengkan saja kepalanya tanpa menoleh kea rah Rio yang melewatinya dan duduk di kursi sampingnya.
“Ayo makan”ajak Rio.
“Loe duluan aja”suruh Kici . Rio pun mengangguk-angguk saja dan memilih untuk makan duluan. Toh perutnya sudah rapat. Sifat Rio yang dingin dan cuek sudah terasa biasa bagi Kici. Dan Kici pun mencoba membiasakannya .Inilah sifat kekasihnya yang sebenarnya tak berbeda dengan dirinya.
Tangan Kici memanggil satu lapis roti yang ada di piring dan memakannya perlahan. Mereka berdua makan dalam keheningan. Hanya suara angin malam dan deburan ombak yang sangat tenang sekali.
“Kasurnya Cuma ada satu?”tanya Kici memastikan. Rio menolehkan kepalanya kearah kasur yang terpasang kokoh didalam sana. Rio baru menyadarinya.
“Gue tidur di sofa”ujar Rio mengalah.
“Baguslah . “jawab Kici seadanya. Entah mengapa kondisinya begitu sangat canggung mereka seperti musuh.
“Gue sudah kenyang. Gue masuk dulu”ujar Kici. Ia berdiri dari tempat duduknya meninggalkan Rio yang masih asik makan.
*****
10.10 p.m waktu bagian Hawaii
Kici menulusuri cottage kecil ini. Mata Kici tertuju ke sebuah soffa yang lumayan besar yang ada di luar balkon. Kici tersenyum melihat sofa ersebut dan segera mengarah kesana.
Image
“Ahhhh. . . . empuknya. . . “lirih Kici. Ia membaringkan tubunya di atas sofa tersebut. Ia menatap langit yang sudah tidak mendung lagi. Beberapa bintang pun terlihat diatas sana.
“Cantik.. . “puji Kici melihat gemerlap bintang itu.
Lama Kici merasakan keindahan langit malam ini. Walau angin malam yang begitu menusuk setiap tulang di kulitnya. Sedetik kemudian Kici merasakan seseorang telah berbaring di sampingnya. Kici tau orang itu. Dari bau parfumnya sudah dapat ditebak. Yah, siapa lagi jika bukan Rio.
Keheningan kembali terjadi. Rio ikut menatap kea rah langit begitu pun juga dengan Ify dan tidak ada yang memecahkan keheningan yang semakin canggung ini. Baik Kici dan Rio bergelayut dalam fikirannya sendiri-sendiri.
“Maaf . . .”bungkam Kici mulai memecah keheningan. Rio masih diam saja. Namun ia mendnegar apa yang dikatakan oleh Kici.
ngga perlu ada yang disalahkan”balas Rio akhirnya. Hati Kici mulai melegah. Rio tak benar marah kepadanya. Hening pun mulai kembali.
“Bintang jatuh. .  “ujar kedua orang ini saat ada sebuah bintang yang jatuh. Kici dan Rio entah mengapa langsung sama-sama menutup mata mereka.
Rio menolehkan wajahnya kearah Kici. Dimana Kici masih memejamkan matanya .
“make a wish apa?”tanya Rio yang ingin tahu. Kici membuka matanya. Ia tersenyum menatap langit.
ngga ada”jawab ify jujur.
“Loe sendiri?:”tanya Kici balik dan menolehkan wajahnya ke Rio. dan Rio pun hanya menggelengkan kepalanya. Mereka berdua langsung tertawa bersama . entah apa yang lucu dalam kejadian barusan.
“Gue berfikir kita memang berbeda. Loe dengan kesibukan loe dan gue dengan kesibukan gue. “Rio mulai membuka pembicaraan.  Rio mengalihkan wajahnya kembali menatap langit. Sedangkan Kici masih bertahan menatap wajah Rio dan mendengarkan setiak kata yang terucap dari bibir Rio.
“Sifat dingin gue, sifat cuek gue dan sifat ketidak pedulian gue kepada loe. Tapi dalam setiap tatapan gue, disana gue ingin loe tau bahwa gue  . .. “
“Gue tau kok. Bahkan sangat tau “potong Kici. Ia pun ikut mengalihkan pandangannya ke atas langit. Dimana semua bintang sudah menampakkan bentuknya dan gemerlapnya.
“Gue sebisa mungkin menerima dan mengerti akan kesibukan loe. Gue berusaha untuk tidak menjadi gadis penuntut. Walaupun pada kenyataanya fikiran kita begitu berbanding terbalik. Gue masih anak SMA dan loe sudah kuliah. . . “
“Gue tau loe sendiri capek dengan semuanya. Loe capek dengan pekerjaan loe, Loe capek dengan kertas-kertas dan harus bertatapan terus dengan layar itu. Gue bisa melihat rasa penat loe. .”
“Dan disaat itu. Tenanglah. . Gue yang akan terus dukung loe dari belakang. Loe gak perlu khawatir dengan keadaan gue dan bagaimana perasaan gue saat loe benar-benar menghilang dengan kesibukan loe itu. Gue bisa mengerti semua itu “
“Saat gue koma dulu. Disanalah gue belajar bagaimana gue bisa menghargai sebuah hidup. Dan saat gue koma. Gue dapat merasakan gimana besarnya rasa cinta loe ke gue. Jadi gue tidak akan pernah takut kalau loe akan pergi dari gue. Karena gue yakin, rasa cinta loe ke gue lebih besar dari rasa cinta loe ke diri loe sendiri ? iya kan ?”Rio tertawa pelan mendengar penjelasan Kici. Namun semua ucapan gadis ini benar adanya. Rio memang sangat mencintai gadis ini melebihi nyawanya sendiri dan berjanji akan menjaga gadis ini. Namun dia melakukannya dengan semua caranya sendiri.
“Rasa percaya diri loe gak akan pernah hilang? Mungkin “sahut Rio dan membuat Kici ikut tertawa.
“gue gak pernah nyangka. Takdir gue bisa suka dengan cewek seperti loe. Aissgh sangat memiriskan .”ujar Rio dengan nada yang dibuat-buat seperti menyesal. Kici melirikkan matanya dengan tajam,
“Loe mau mulai mengibarkan bendera perang lagi ? hah?”sinis Kici skepstis.
“Enggak. Gue hanya ingin berkata sejujurnya . . .
“Whatever . . “serah Kici tak ingin melanjutkan perang ini.
“udaranya sangat dingin. . . .”serah Rio. Perlahan ia memiringkan badanya dan langsung memeluk tubuh Kici dengan tangan kanannya. Kici membelalakkan matanya karena tangan Rio menindih di tubuhnya.
“Gue gak bsia nafas bodohhh. . .”protes Kici . namun Rio semakin melunjak. Ia malah menarik tubuh Kici sehingga tubuh Kici pun tertarik mengarah ke samping berhadapan dengan tubuh Rio. Rio menjadikkan tangan kirinya sebagai penindih kepala Kici. Sedangkan tangan kananya memeluk erat tubuh Kici.
“Begini sudah bisa nafaskan?”bisik Rio. Kici tersenyum dalam hatinya. Ia mengangguk pelan. Kepalanya ia senderkan di dada bidang Rio. Kici merasakan kehangatan dari pelukan Rio. Pelukan yang penuh ketulusan.
“Gue cinta sama loe”bisik Rio pelan sekali. Namun cukup terdengar di telinga Kici.
“gue tau “
“Gue gak akan ngulangin kata itu lagi kedua kalinya. Jadi loe harus terus mengingatnya “
“Gue akan selalu mengingatnya”jawab Kici dalam pelukan Rio. Rio tersenyum senang. Ia mencium puncak kepala Kici lama sekali.
“Gue ingin kita berhenti menyebut “Bodoh”  antara satu sama lain”ujar Rio. Kici mengernyitkan keningnya. Ia pun mendongakkan kepalanya.
“Lalu ? gue harus memanggil loe dengan apa? Mario yang pintar ? yang pandai? Cihhh. . .Najis . . “gidik Kici tak bisa membayangkan jika ia harus menyebut Rio seperti itu.
CTAAAKK
“Aww . . “ringis Kici karena Rio langsung menjitak kepalanya tanpa kasihan.
“Gue akan buat nama khusus buat kita  . . ujar Rio dan nampaknya sedang berfikir. Namun tangannya pun masih tetap memeluk Kici.
“Apa?”tanya Kici
“gue akan mulai manggil loe dengan Christy dan loe harus manggil gue Kak Mario. Oke”Kici  membelalakkan matanya.
“KAK?? APA ? KAK? OGAAHHHH!!!!!!”Protes Kici benar-benar tidak mau.
“heeyy bodoh !! Gue lebih tua 5 tahun dari loe “gertak Rio. Kici menggelengkan kepalanya keras.
“GUE GAK SUDI PANGGIL LOE KAKAK !!! NGERTI??”
“Ayolaahh.  “paksa Rio
“ENGGAK RIO!!”
“Baiklah. Oke oke. Terserah loe aja deh. . “sungut Rio tak mengerti jalan fikiran kekasihnya ini.
“Gue ada ide. Gue cukup manggil loe dengan Tuan Marioku  . .”
“Dan gue akan mangil loe dengan Nona Christyku ??”sahut Rio yang bisa membaca fikiran Kici kali ini.
“BINGO !”ujar Kici dengan wajah yang penuh bahagia.
“Baiklah Nona Christyku .. “panggil Rio namun nada suaranya seolah-olah meremehkan Kici dan mengejek Kici.
“YAAAA!! Kenapa cara memanggilmu seperti merendahkanku seperti itu?”protes Kici.
“gue lebih suka manggil loe seperti ini Nona Christyku . . “
“Menjijikkan. Aishh. . . “Rio hanya terekeh saja melihat wajah lucu Kici yang kesal karenanya. Kici kembali menenggelamkan wajahnya dan bersender di dada Rio. dan Rio pun semakin mengeratkan pelukannya.
“Nona Christyku . . Nona Christyku. . Nona Christy . . “
“Tuan Marioku berhentilah menyebut namaku seperti itu!!!!”teriak Kici
“Nona Christyku . . Nona Christyku. . No . . .. “
“ARRGHHSSS . .”teriak Kici dan langsung bangun secara paksa melepaskan pelukan Rio. Telinganya begitu panas mendengar panggilan Rio.
“SHUT UP”ancam Kici menunjuk wajah Rio. Rio ikut mendudukkan tubuhnya sehingga sekarang dirinya dan Kici menjadi berhadapan.
“Loe mau gue manggil kayak gimana ?”tanya Rio mencoba melembut.
“Seperti . .”Rio menatap kedua mata Kici dan membuat Kici jadi salting sendiri saat itu.
“Seperti apa?”tantang Kici mencoba menyembunyikan kesaltingannya. Ia masih memberanikan membalas tatapan balik dari Rio.
“Seperti ini . .. “Kici mematung. Kedua tangannya ia remas kuat-kuat. Matanya seperti tak bisa berkedip. Dimana Rio langsung mencium tepat di bibirnya. Kici dapat melihat Rio sudah menutup kedua matanya.
Kici pun perlahan ikut menutup matanya. Dimana ia merasakan seluruh tubuhnya terasa memanas. Rio masih belum melepaskan bibirnya.
“Ehhm .  .. “dehem Kici. Saat ia merasakan Rio perlahan mendorong tubuhnya sehingga menjadi berbaring diatas sofa tersebut dan Rio berada di atas tubuhnya tanpa melepaskan ciuman mereka.
Detakan jantung Kici sudah tak karuan. Ia sangat takut ini berlanjut kearah yang tidak ia inginkan. Kici langsung membuka matanya. Mencoba melepaskan ciumannya dengan Rio. Kici memukul-mukul dada Rio untuk mengehentikan ini.
“Aisshh. . apa si bodoh ini sudah gilaa . . “batin Kici dalam hatinya. Ia merasakan nafasnya sudah hampir habis. Rio akhirnya melepaskan ciumannya dan menatap Kici yang menatapnya dengan tajam.
“Loe mau buat gue mati ? hah?”omel Kici dalam keadaan dirinya masih berada di bawah tubuh Rio.
“Loe percaya kan sama gue?Gue masih punya otak. Dan gue sama sekali gak tertarik dengan tubuh loe . .. “ujar Rio tak kalah tajam.
“YAAAAAA!!! BOD . . . .”belum selesai Kici meneruskan kata-katanya Rio kembali mendaratkan ciumannya ke bibir Kici. Untuk kali ini Kici tidak memberontak atau pun bagaimana. Ia merasakan ciuman Rio benar-benar lembut sekali. Dan entah menagapa Kici mulai membalas ciuman Rio yang semakin dalam.
DRTTTTDRTTTT . . . .
DRTTTDRTTTT
Ponsel Kici bergetar dengan keras. Ia pun segera menjauhkan tubuh Rio darinya dengan paksa. Kici segera mengeluarkan ponselnya dari sakunya.
“PAPA??”kaget Kici saat melihat siapa yang memanggil dirinya. Mendengar ucapan Kici, Rio pun ikut kaget dan gelagapan sendiri.
“Papa loe?”tanya Rio tak kalah terkejutnya. Kici mengangguk bingung mau mengangkat atau tidak.
“Angkat aja. Loe tenang . tenang. .”suruh Rio. Kici menganggukkan kepalanya. Ia pun menghembuskan nafas berkali-kali dan memencet tombol hijau untuk mengangkat sambungan tersebut.
“Iya Pa . . .”
“Di .. di .. . Kici kelihat kebingungan ingin menjawab apa. Rio pun langsung meraih ponsel Kici.
“YAA!! BODOH . .MARIO APA YANG LOE LAKUIN . . .”gemas Kici merutuki yang dilakukan oleh Rio. rio tak peduli Kici mengomelinya. Ia menekan loadspeaker pada ponsel Kici.
“Maaf om. Ini saya Rio . .”ujar rio mencoba untuk setenang mungkin.
“RIO? MARIO?”kaget Mr.Bov yang tak lain adalah Papa Kici.
“iya Om. Saya mengajak Kici berlibur . .”
“berlibur ? dimana ? kalian Cuma berdua ? hah?”
“Ke Hawaii Om, iya Cuma berdua .. “
“APAAA???”
“Sekarang juga cepat kalian pulang. Saya tidak mau tau “
“Om. .om dengarkan penjelasan Rio dulu”
“Penjelasan apa? saya tidak mau mendengarkan penjelasan apapun. Cepat pulang sekarang atau kalian berdua yang saya jemput disana. .”Kici melengos pasrah. Ia sudah bisa menebak papanya akan seperti ini.
“Pa ini Kici. Kici hanya berlibur dengan Rio. Gak ngelakuin yang aneh-aneh. Gak usah khawatir”
“Gak usah kahwatir gimana ? Kalian Cuma berdua ? dan . dan di Hawaii. Oh my god. Kepalaku rasanya mau pecah. Cepat kalian pulang sekarang!!”
“Dad .. believe me .. “rajuk Kici mengeluarkan jurus andalannya agar papanya mau mengalah dengannya.
“NO !”
“he is kind boy. Really!!”ujar Kici sekali lagi dengan logat inggrisnya yang fasih.
“Om. Rio janji bakal jagain Kici seperti Janji Rio dulu kepada Om. Rio gak bakal berbuat aneh-aneh dengan anak Om. . “
“Berikan telfonnya kepada Rio. Matikan loadspeakernya”ujar Mr.Bov yang sudah bisa menebak. Rio menatap Kici dan menganggukkan kepalanya mencoba meyakinkan kekasihnya itu.
Rio pun mematikan loadspeaker dan mendekatkan ponsel Kici ke telinganya. Rio berjalan menjauh dari Kici dan berbicara dua mata kepada Papa Kici. Kici sedikit cemas karena Papanya bisa berbuat seenaknya. Dan baginya papanya hanya bisa takluk kepadanya bukan siapapun.
Hampir 15 menit Rio berbincang dengan papa Kici. Kici mulai cemas sendiri. Tak lama kemudian Rio kembali dengan wajah yang sulit terbaca.
“Gimana ?”tanya Kici sedikit cemas. Rio tersenyum saja sambil mengacak-acak rambut Kici.
“Gak usah takut. Gue udah jelasin. . “
“Syukurlah .. “serah Kici sudah tenang. Rio pun ikut tersenyum. Namun dalam benak Kici ia masih penasaran apa yang dibicarakan papanya dengan Rio.
“Tidurlah. . sudah malam. . “suruh Rio . Kici menganggukkan kepalanya.
DRRTTDRTTT
DRTTTDRTTT
Ponsel Kici yang masih ditangan Rio bergetar kembali. Sebuah panggilan telfon dari ponsel Kici.  Tanpa fikir pajang Rio pun langsung memencet tombol Hijau dan mendekatkan ponsel Kici ke telingannya.
“ . . . .. “
“ , . . . . .”
“ . . . . .  . . “Kici hanya bisa menatap wajah Rio yang perlahan berubah menjadi tatapan sinis kepadanya. Dan senyuman yang menakutkan.
“ADIK IFY SAYANG ? KAK DAYAT ? “ujar Rio penuh penekanan kepada Kici. Kici langsung melongo seperti orang bodoh.
“Itu. . itu .. itu . . .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar