DEVIL ENLOVQER – 44
~Romantic In Hawaii~
Mobil yang membawa Kici berhenti berjalan. Kici
semakin takut, ia merasakan bau-bau tak enak di sini. Tangan Kici diraih oleh 2 orang dan menyuruh Kici untuk berjalan dan sebelumnya ikatan kaki Kici di lepaskan terlebih dahulu. Kici menuruti saja. Ia tak mau kejadian 1 tahun yang lalu
terulang kembali.
Suara
keributan terdengar jelas. Bahkan banyak suara kendaraan disana-sini. Kici merasa semakin penasaran dan juga bingung sebenarnya ia ada
dimana. Kici masih terus berjalan. Kali ini ia melewati sebuah tangga
dengan bantuan dua orang yang ada disamping kanan dan kirinya. Kici terus berjalan saja.
“Silahkan
duduk nona Kici”ujar salah satu lelaki itu dan sebelumnya melepaskan ikatan
tangan dan bungkaman di mulut Kici. Kici pun merabah-rabahkan tangannya. Ia mendapati sebuah kursi
dan segera duduk disana.
“Gue
ada dimana ??”tanya Kici suaranya dingin dan meninggi.
“Yah
Bodoh!! Lepaskan penutup matamu “Kici
tercengang. Ia kenal sekali dengan suara tersebut. Dengan cepat Kici melepaskan penutup di matanya.
“RIO
??”kaget Kici karena mendapati kekasihnya sudah duduk manis di
sampingnya. Dan yang lebih membuat Kici
tak percaya lagi saat ini dirinya sudah berada di dalam pesawat.
“Loe?
Loe? Loe? Mau bawa gue kemana ?”
“BODOH
!! LOE MAU CULIK GUE ? HAH?”
“TURUNIN
GUE SEKARANG!!”teriak Kici sekeras
mungkin. Rio mendengus kesal. Ia mengorek kupirnya yang seakan ingin pecah.
Sedangkan pesawat sudah mulai take off dan berjalan.
“Loe
dijual laku berapa ? apa gunanya gue nyulik cewek kurus kayak loe”sinis Rio
begitu tajam. Kici melengos.
“Loe
gak ada cara yang lebih lembut gitu jemput gue ?”tanya Kici dingin. Namun Rio sepertinya tak acuh. Ia membuka
ponselnya.
“Bukan
gue yang nyuruh. Itu ide mereka semua. Gue Cuma nyuruh bawa loe kesini. Just
that”
“Sama
aja.lah “protes Kici
“Sudah
diamlah. Istirahat sono”suruh rio seenaknya.
“Loe
mau bawah gue kemana sih ? gue masih pakek seragam “omel Kici sekali lagi. Rio yang lama-lama capek dengan suara cempreng
Kici segera menolehkan kepalanya kearah gadis yang disampingnya
ini.
“HAWAI”jawab
Rio singkat, padat dan sangat jelas. Kici
membalakakan matanya.
“WHAT
?? HAWAII?? HAH???”
*****
05.00
p.m waktu Hawaii
Perjalanan
Rio dan Kici cukup panjang. Mereka melewati perjalanan selama 14 jam
dengan 1 kali transit di Tokyo terlebih dahulu. Dan selama itu Kici memilih untuk tidur. Begitu pun dengan Rio, bahkan mereka
tak banyak bicara di dalam pesawat.
“Bodoh
bangunlah . . “ujar Rio yang tak ada manis-manisnya membangunkan Kici. Kici mengerjapkan
matanya beberapa kali dan mengontrol kesadarannya.
“Kita
udah sampai?”tanya Kici.
“udah.
“
“Ini
jam berapa ?”
“Jam
Indonesia jam 6 pagi. Kalau di sini jam 5 sore”jawab Rio seadanya
“Hah?Terus
sekolah gu . . “
“tenang
aja udah diurus. Lagian gue sudah bilang ke Iqbal juga dan bodyguard-bodyguard loe dirumah itu”jelas Rio. Kici mengangguk saja.
“Mandi
dulu sana. Ganti baju loe. Udah di siapin di kamar mandi “suruh Rio saat
pesawat sudah menunjukkan turun landas. Kici
melihat Rio yang sudah rapi. Dimana Rio hanya memakai kaos putih dengan kemeja
pendek yang menutupi kaosnya. Dan kemejanya sengaja tidak dikancingkan oleh
Rio. Rio juga memakai celana jenas selutu.
“Loe
udah mandi?”
“Menurut
loe?”Kici melengos . ia berdiri dan berjalan ke belakang tepatnya ke
kamar mandi. Kici menggurutu tak jelas. Bagaimana bisa dirinya berpacaran
dengan orang kepala batu seperti itu.
30
menit kemudian Kici sudah keluar dari kamar mandi. Kici memakai hot pans pendek diatas lutut dan baju tak berlengan
namun panjangnya menutupi hot pansnya , seolah Kici tidak memakai celana. Rio menoleh kearah Kici.
“Cantik.
. “batin Rio. Rio tersenyum dalam hatinya. Wajah kekasihnya begitu menipu
dengan sifat aslinya. Kici menguncir rambutnya keatas dan membentuk gelungan tanpa
poni. Kici menatap Rio heran karena Rio terus melihatinya.
“Gak
capek tuh leher ?”sindir
Kici tajam. Dan membuat Rio langsung
tersadarkan.
“Yaudah
ayo turun “ajak Rio. Kici menuruti saja. mereka berdua segera turun dari pesawat. Rio
memakai kaca matanya. Udara di Hawaii benar-benar segar sekali. Rio sudah 3
kali kesini saat dulu. Namun bagi Kici
inilah pertama kalinya ia kesini.
“Bagus
. . “gumam Kici. Ia pun menerima kaca mata yang diberikan Seorang pramugari
kepadanya. Kici segera memakainya. Karena silauan matahari sore yang begitu
terang sekali.
“Kita
kepantai sekarang “ajak Rio. Kici tak
menjawab apapun. Ia hanya bisa mengikuti apa kata Rio saja. Mobil pribadi Rio
sudah berada tak jauh dari mereka berdua. Rio segera berjalan ke mobilnya
begitu juga dengan Kici.
“Masuk
“suruh Rio. Kici mengangguk lantas masuk kedalam mobil. Begitupun dengan
Rio.
Dengan
cepat Rio mengendarai mobilnya. Rio sudah cukup hafal dengan jalan menuju ke
pantai. Toh, didalam mobil Rio sendiri sudah terdapat petunjuk jalan yang
memudahkannya.
“Kita
mau kemana ?”
“Pantai
Maui”jawab Rio seadanya. Kici yang gak ngerti hanya bisa ngangguk-ngangguk lagi.
Perjalanan
mereka tidaklah lama. Hanya 30 menit saja. Tak lama kemudian mereka sampai ,Rio
memarkirkan mobilnya lantas keluar dari mobil begitu juga dengan Kici.
“Ahhh
matahari terbenam . . “gumam Kici saat
keluar dari mobilnya. Ia begitu takjub dengan pemandangan yang ada di depannya
sangat cantik sekali menurutnya.
“Ayo
kesana “ajak Rio yang melihat ekspresi Kici
begitu senang.
“Hmm.
. “
Mereka
berdua berjalan beriringan ke pantai tersebut. Kici dan Rio terlihat sangat canggung satu sama lain. Bahkan
mereka berjalan sendiri-sendiri tanpa ada yang menggegam tangan satu sama lain.
Pengunjung
hari ini tentu tidak terlalu banyak, Karena memang bukan hari libur. Namun
kebanyakan pengunjung lebih tepatnya sepasang kekasih atau pun suami istri.
Tidak ada tanda-tanda anak kecil disini.
“Kenapa
banyak orang pacaran sih? Asiighh . . “omel Kici
dalam hatinya. Karena selama ia berjalan menuju pantai hanya sepasang kekasih
saling bermesraanlah yang dapat ia lihat. Sedangkan dirinya dan Rio?? entahlah Kici saja tidak tau hubungan dirinya dan rio disebut dengan apa
?.
“Kenapa?”tanya
Rio karena Kici terus menggaruk-ggaruk lehernya gak jelas.
“gak”jawab
Kici singkat. Rio hanya tersenyum sipul. Dan geleng-geleng
sendiri melihat tingkah Kici.
Kici dan Rio terus berjalan beriringan, Rio memandangi ke depan
tepat ke laut yang begitu terbentang luas. Sedangkan Kici menengok ke kiri dan ke
kanan menatapi orang-orang yang sedang beromantis. Bahkan saat Kici melihat sepasang kekasih yang sedang berciuman ia merasa
langsung merinding sendiri.
“Aisshggh.
. Hueek . . “gidik Kici geli. Ia pun langsung berjalan duluan mendahului Rio.
“Heeeyy
!! Bodoh pelan-pelaaan”teriak Rio namun Kici
tak menanggapi. Kici segera ingin sampai di tepi pantai.
5
menit mereka berjalan akhirnya Rio dan Kici
sudah berada di tepi pantai. Matahari mulai benar-benar tenggelam. Kici terhanyut dalam indahnya matahar senja yang sebentar lagi
akan Hilang.
“Gue
suka matahari terbenam .. “lirih Kici
dan suara Kici dapat didengar jelas oleh Rio. Rio menolehkan wajahnya kearah
kekasihnya ini.
“kenapa
?”tanya Rio yang ingin tahu. Kici sedikit
berfikir untuk menjabarkan jawabannya kepada Rio.
“Kenapa
? entahlah. Gue suka warna senjanya yang begitu tenang. Gue suka melihat
matahari itu seolah tersenyum saat selesai menjalankan tugasnya di pagi hari.
Intinya matahari terbenam selalu buat gue tenang”jelas Kici dan membuat Rio manggut-manggut.
“Loe
sudah berapa kali kesini?”tanya Kici
membuka pembicaraan balik. Matahari sendiri pun sudah mulai tenggelam. Keadaan
langit mulai menghitam. Hanya penerangan remang-remang dari lampu pantai yang
dapat terlihat. Pengunjung sendiri pun sudah banyak yang pulang.
“3
kali “
“Sendiri?”tanya
Kici masih menatap lurus. Tepatnya menatap kearah deburan ombak
yang semakin menenangkan hatinya.
“Ngga”
“terus
?”
“dengan
Seorang gadis yang cantik”jawab rio dengan nada seriusnya. Kici sedikit terkejut dengan jawaban Rio, namun sebisa mungkin
ia menahan emosinya.
“Oh”jawab
Kici seadanya. Semburat raut wajah Kici sedikit berubah. Rio menatap wajah Kici yang dingin, datar dan tenang. Namun baginya wajah itu
begitu sangat cantik. Rio mengembangkan senyumnya.
“Maaf
. . “ujar Rio pelan namun cukup sampai di telinga gadis ini
“buat
?”
“karena
baru bisa menyempatkan waktu untuk loe sekarang”
“Untuk
gue ? dan waktu loe yang lain buat cewek cantik itu?”jawab Kici dingin tanpa kesinisan atau pun lainnya. Rio terkekeh
pelan. Ia tau bahwa Kici saat ini sedang cemburu namun karena Kici memiliki gengsi yang benar-benar tinggi, Mangkanya ia tidak
menunjukkan secara langsung..
“Enggak
. . “jawab Rio. ia langsung menarik tubuh Kici
di depan tubuhnya. Kici terkejut dengan apa yang dilakukan oleh Rio. Dimana Rio
mengalungkan kedua tangannya keleher Kici
dari belakang. Dan menyandarkan kepala Kici
di bagian
dada Rio.
“Gue
Cuma bercanda tadi”bisik Rio tepat ditelinga Kici. Kiic dapat merasakan dengan jelas bau parfum Rio. Kici memejamkan matanya, menetralisikan detakan jantungnya yang
semakin tak karuan.
“Maaf
selalu buat loe marah”ujar Rio sekali lagi karena Kici masih terus diam. Rio semakin
erat memeluk Kici. Semburat senyum terukir di bibir Kici walau matanya masih terus ia tutup.
Angin
malam menerpa wajah Rio dan Kici.
Kici terus memejamkan matanya sedangkan Rio sendiri menikmati
keindahan pantai ini dengan keadaan yang sama dengan yang tadi. Keadaan pantai
pun sudah sangat sepi hanya tinggal dua orang ini.
Awan
di langit pun tiba-tiba mendung, angin dingin sedikit menusuk kulit Kici yang tak terlapisi apapun. Kici menghelakan nafasnya karena merasakan angin mala mini. Rio
dapat mendengar nafas Kici yang terasa dingin. Perlahan Rio menurunkan kedua tangannya
dari leher Kici. Ia langsung merengkuh tubuh Kici dari belakang. Berharap pelukannya dapat menghangatkan
gadis ini.
“sepertinya
mau hujan? Ayo kita kembali”ajak Rio. Kici
menggelengkan kepalanya. Ia perlahan membuka matanya.
“Sebentar
aja “pinta Kici. Rio pun menuruti saja permintaan gadis ini. Mereka berdua
sama-sama merasakan angin malam dan alunan deburan ombak yang keras. Kaki
mereka berdua pun sudah terbasahi oleh deburan ombak itu.
“Loe
tau ?”
“enggak
tau. Mungkin Cuma loe yang tau . . “
“Cisshh.
. . “desisi Kici sedikit kesal. Niatnya ingin memberi tau sesuatu kepada Rio namun cowok tersebut malah jayus tak
jelas.
“Apa?”sahut
Rio mulai serius,
“Gue
kangen sama mama gue”ujar Kici jujur,
entah mengapa ia jadi teringat kepada mamanya. Rio terdiam, ia tau bahwa Kici sejak kecil sudah
ditinggal oleh mamanya.
“Gue
suka pantai. Karena sejak kecil mama selalu ngajak gue ke pantai. “
“Dan
mungkin sejak mama gak ada. Gue gak pernah ke pantai lagi. “Kici mencoba tersenyum, menahan kegetirannya teringat akan
mamanya.
“Loe
gadis yang kuat. Gue tau itu”ujar rio menyemangati Kici.
“Iyalah.
Kalau gue gak kuat gak mungkin gue tahan pacaran sama cowok otak bodoh kayak
loe”sinis Kici yang mulai mencari gara-gara.
“Apa
loe bilang tadi ??”desis Rio tak terima dengan ucapan Kici.
“gak
ada . “jawab Kici santai.
“Gak
Gak. Gue denger kok. Coba ulangi apa tadi ?”Rio melepaskan pelukannya. Ia
membalikkan tubuh Kici dalam sekali hentakan. Kici
tersenyum dan memandang Rio dengan remeh.
“Apaan?”sahut
Kici pura-pura bodoh.
“Yang
loe katain tadi ? gue cowok otak apa? Hah??”
“Coba
ulangi lagi ?”sinis Rio dan memasang wajah murkanya ke gadis yang ada di
depannya ini. Senyum Kici perlahan berubah menjadi senyum yang begitu manis sekali. Kici selalu suka jika menjaili Rio aau pun menang adu mulut dengan Rio. Itulah kenapa dirinya tidak pernah bosan
dengan Rio.
CUUPPP
. .
Rio
terdiam mematung. Rasa kesalnya langsung menghilang seperti terhempaskan oleh
angin kencang. Rio mengerjapkan matanya beberapa kali. Masih tidak percaya
dengan apa yang terjadi beberapa detik tadi. Perlahan Rio menyentuh pipi
kananya yang dicium oleh Kici dengan cepat.
“I
LOVE YOU MARIO . .”teriak Kici kencang. Kici berlari-lari sendiri di pinggir pantai. Meninggalkan Rio
yang masih dan masih speechless. Ia tak menyangka Kici mencium pipinya dan meneriakan namanya. Baru kali ini Kici mengucapkan cinta kepadanya setelah sekian lama.
“AKU
SAYANG MARIO BODOH !!”
“OH
MARIO HALING SANGATLAH BODOH !!”Kici
sudah sedikit jauh dari Rio. Kici berdiri
menghadap Rio dengan terkekeh pelan. Rio menatapnya dengan bengis karena tak
terima dengan ucapan bodoh dari Kici.
“TAPI
AKU SANGAT CINTA KEPADA SI BODOH ITU “Rio hanya bisa geleng-geleng sambil
senyum-senyum tak jelas. Rio perlahan berjalan untuk menyusul Kici.
“MARIOOOO
MUAAACHHHHH . . .”Kici semakin gak jelas. Ia dari jauh memberikan Kiss bye kepada
Rio dengan tangannya.
“YAAAAA
!! GADIS BODOH !! ITU MENJIJIKKAN
!!!”sahut Rio tak kalah kerasnya. Ia tetap berjalan mendekati Kici. Sedangkan dari jauh Kici
sudah tertawa puas sekali.
“Ihhh
menjijikkan.. . “gidik Kici
sendiri setelah melakukan hal seperti tadi. Niatnya hanya ingin menggoda Rio
namun memang terlihat begitu sangat menjijikkan
dan membuat Kici merinding sendiri.
Awan
mendung semakin pekat. Langit diatas sana mulai menghitam. Rintikan air dari
atas langit mulai turun. Kici mengangkat kepalanya ke atas dan merentangkan tangannya.
“Hujan.
. “lirih Kici karena tangannya dibasahi dengan rintikan-rintikan air.
Namun Kici tak mempedulikannya ia malah loncat-loncat seperti anak
kecil bersamaan dengan deburan ombak di pinggir pantai.
Rio
tersenyum melihat tingkah Kici yang
kekanak-kanakan dan seperti anak kecil. Rio baru tau jika Kici tidak sepenuhnya berhati dingin dan menyeramkan seperti
yang banyak orang bilang. Mungkin inilah sifat Kici yang asli. Ia begitu rapuh dan membutuhkan udara yang segar
yang selama ini mencekat fikiran Kici.
“Cisshh.
. .”desis Rio mulai menyinis menatap Kici.
Kini ia sudah berada di depan Kici. Kici mulai berhenti berloncat-loncat dan mengatur nafasnya.
“Tutup
mata
loe”suruh Rio. Kici mengernyitkan keningnya. Namun ia menggelengkan kepalanya.
“Tutup
sekarang. “paksa Rio. namun Kici mentap
Rio dengan wajah tak enak.
“Gak
!”
“Loe
fikir gue akan tiba-tiba nyium loe seperti di film-film ? hah??”
“dasar
otak mesum. . “
JTAAKKK
“Awww
.. .”ringis Kici karena Rio menjitak dahinya sedikit kencang. Kici menyungut kesal, jujur saja yang dikatakan oleh Rio itu
benar. Kici mengira bahwa Rio akan menciumnya.
“Cepat
tutup mata loe”suruh Rio sekali dengan nada sangat memaksa.
“Iya
iya. “kesal Kici. Ia pun langsung menutup matanya dengan wajah tak enak.
Untuk
beberapa lama Rio memandangi wajah Kici
sejenak, wajah yang menurutnya selalu membuat hatinya tenang. Perlahan Rio
merogoh sakunya. Dan mengeluarkan sebuah kotak berwarna putih. Rio membuka
kotak tersebut.
“Udah
belum ??”sungut Kici. Namun Rio tak menggubrisnya. Ia mengeluarkan benda yang berada
di kotak itu. Benda tersebut adalah sebuah kalung Berlian yang sempat Rio
beli Di Tokyo beberapa hari yang lalu. Dimana kalung tersebut berwarna putih
mengkilap dan polos. Tidak ada gantungannya sama sekali.
Rio
segera memakaikan kalung tersebut di leher Kici.
“Buka
mata
loe”suruh Rio. perlahan Kici membuka matanya. Ia sudah merasakan ada sesuatu di
lehernya. Kici pun langsung mengarahkan matanya untuk melihat apa yang ada
di lehernya.
“kalung
?”bingung Kici. Ia tak mengerti kenapa Rio memberikannya sebuah kalung itu
pun kalung yang benar-benar polos.
“Jangan
pernah dilepas”ujar Rio dengan raut yang serius.
Hujan
mulai turun dengan deras. Namun kedua orang ini masih saling berhadapan tanpa
peduli dengan hujan yang turun. Rio memegang kalung yang ada di leher Kici dan membalik sedikit bagian dalam kalung tersebut.
“R 20 C” ujar Rio mengejakan sebuah ukiran tulisan yang terdapat
dibagian dalam kalung tersebut yang tak terlihat. Kici tersenyum dan sangat mengerti sekali apa maksud dari
tulisan tersebut.
“Makasih
“ujar Kici dengan nada malu-malu. Pipinya terasa memanas, Tak disangka
Rio mempunyai sisi malaikat yang bisa membuat hatinya deg-degan sendiri.
“Ayo
pulang “ajak Rio. karena ia tak tega melihat Kici yang sudah basah kuyup
seperti itu. Kici menganggukkan kepalanya. Mereka berdua berjalan untuk
kembali ke mobil. Kici masih tak ada henti-hentinya mengembangkan senyumnya.
Rio
menatap lurus, wajahnya seperti biasa terlihat datar. Hujan pun semakin deras
namun sama sekali tak membuat kedua orang ini kedinginan atau pun bagaimana.
Mereka berdua membiarkan saja hujan membasahi tubuh mereka.
Perlahan
Rio menggengam tangan Kici, ia memasukkan jari-jarinya kedalam jari-jari Kici dan menggenggam erat
tangan Kici. Kici kaget dengan apa yang dilakukan oleh Rio. Ini adalah
pertama kalinya Rio menggandeng tangannya. Kici
menolehkan wajahnya kearah pria disampingnya ini. Wajah Rio dingin dan tak ada
semburat senyum atau apa. Namun buat Kici
ia suka menatap wajah Rio yang seperti itu.
Kici pun membalas genggaman tangan Rio. Mereka berdua berjalan
beriringan dengan hati yang sudah tak bisa tergambarkan. Yah, hanya kedua orang
ini yang tau bagaimana cara mereka mengekspresikan perasaan mereka sendiri.
Hanya mereka berdua yang tau seperti apa sesungguhnya perasaan mereka kepada
satu sama lainnya.
Rio
dan Kici mempunyai cara tersendiri untuk mengungkapkan perasaanya.
Dan mereka selalu melakukan hal yang tak terduga dan bisa mengejutkan pasangan
mereka sendiri. Inilah cara romantis yang dimiliki kedua pasangan iblis ini.
*****
Rio
dan Kici sudah berada di dalam mobil dengan keadaan basah kuyup. Rio
menganti AC.nya dengan suhu yang hangat. Ia mengambil handuk kecil di bagian
kursi belakang dan memberikannya kepada Kici
yang sudah kedinginan.
“Kita
kemana sekarang ?”tanya Kici sambil menerima handuk dari Rio dan segera mengusapkan ke
seluruh tubuhnya yang basah.
“Ke
hotel “
“HAH?”mata
Kici langsung membulat.
Dirinya selama ini tidak pernah ke hotel bersama dengan dua orang pria. Fikiran
Kici sudah melayang-melayang tak jelas.
Rio
menjalankan mobilnya, ia melirik kearah Kici
yang masih terbengong dan melamun. Rio mendengus dengan tatapan meremehkan Kici.
“Loe
fikir gue tertarik dengan tubuh loe?”
“Hey
Gadis bodoh!! Otak loe benar-benar butuh di setting di dokter hawan !!”sinis
Rio. mendengar penghinaan dari Rio yang begitu menusuk hati, jantung bahkan
semuanya. Kici menatap Rio dengan tatapan tajam.
“YAAA!!
Berhentilah manggil gue gadis bodoh !!”protes Kici dengan suara yang memelan.
“gak
akan. Loe emang gadis bodoh dari belahan dunia paling ujung “ejek Rio. Kici tersenyum keiblisan.
“Dan
loe lebih bodoh lagi karena sudah mencintai gadis bodoh dari belahan dunia
paling ujung”balas Kici tak mau kalah.
“Hahahaha?
Cihh. Percaya diri banget loe kalau gue cinta sama loe”
“YAAAAAA!!!”teriak Kici dengan keras tak terima dengan ucapan Rio. Rio terkekeh
pelan, akhirnya ia bisa membuat Kici
kesal sendiri.
“Besok
kita pulang pagi”
“Gue
mau pulang sendiri”ujar Kici dingin. Ia mengalihkan tatapannya kea rah luar jendela. Rio
melirik sebentar kea rah Kici. Sepertinya gadis itu marah kepadanya.
“Yaudah.
.”jawab Rio santai dan seenaknya sendiri. Kici
menggenggam kedua tangannya erat-erat. Ia merutuki ucapannya yang sebelumnya
mengatakan bahwa Rio bisa menjadi malaikat. Kici
meralat semua kata-katanya. Bahwa Rio memanglah Iblis dari belahan kutub utara
yang begitu dingin dan tak punya perasaan.
“Iya,
baiklah. Gue pulang ke prancis “ujar Kici
tenang. Mendengar ucapan Kici yang seperti itu, Rio langsung mengerem mendadak mobilnya.
CYIIIIITTT
“Aissghhh
. . “Kici merintih karena benturan akibat mobil Rio yang tiba-tiba
berhenti. Kici belum menyadari tatapan Rio yang tajam ke arahnya.
“Loe
bisa nyet .. . . . “Kici menelan ludahnya dalam-dalam. Wajah Rio benar-benar seperti
Seorang pembunuh.
Kici langsung mengalihkan pandangannya tak berani untuk bertatap
muka dengan Rio, ia merutuki ucapannya tadi. Pasti ia bisa menebak bahwa pria
itu lebih marah dari pada dirinya tadi.
“Gue
cuma bercanda”ujar Kici
mencoba mencairkan keadaan. Rio menghelakan nafas beratnya. Ia begitu ta peduli
dengan ucapan Kici. Rio langsung menjalankan mobilnya kembali dengan tatapan
dingin. Dan keadaan di dalam mobil kembali menegang.
*****
09.00 p.m waktu bagian Hawaii “ Ko’a Kea Hotel ”
Rio
langsung masuk kedalam hotel tanpa menunggu Kici.
Rio benar marah kepada Kici. Kici pun hanya bisa mengikuti Rio dari belakang.
“Dasar
pemarah . . “desis Kici pelan. Ia mengusap-usap tubuhnya yang terasa dingin.
Seorang pelayan mendekati Rio.
“Silahkan
tuan. . “ujar pelayan tersebut yang memang sudah di siapkan untuk melayani Rio
dan
Kici mala mini. Rio menganggukkan kepalanya dan mengikuti pelayan tersebut beserta Kici dibelakangnya.
Kici hanya bisa heran, ia merasa bahwa ini bukan disebut hotel tapi Cottage. Namun
keheranan Kici langsung hilang dalam sekejab. Karena Cottage yang akan ia
tempat bersama Rio dibelakangnya langsung berhubungan dengan pantai. Mata Kici langsung berbinar-binar saat itu.
“Silahkan
. “pelayan tersebut memberikan kunci cottage tersebut kepada Rio. Rio
menganggukan kepalanya. Pelayan tersebut pun segera meninggalkan Rio dan juga Kici.
Rio
segera membuka pintu dan masuk kedalam. Rio yang ingin menutup pintu cottage
tersebut mengurungkan niatnya. Karena ia masih melihat Kici berdiri disana sambil menundukkan kepalanya dan memainkan
kalung pemberiannya.
“Loe
mau jadi patung disana ??”
“Cepat
masuk”suruh Rio tanpa ada lembut-lembutnya. Kici
tak ingin banyak bicara. Ia pun menuruti apa yang disuruh Rio. Ify segera masuk
kedalam. Setelah Kici masuk Rio pun mengunci pintu Cottage tersebut.
Mata
Kici terbelalak. Cottage ini benar-benar sangat cantik dan indah, Ini
pertama kalinya bagi Kici ke tempat seperti ini. Walau pun jika diukur dengan
rumahnya yang ada di prancis yang pastinya lebih bagus dan besar namun entah
mengapa Kici sangat suka dengan
tempat ini.
“Mandi
sana”suruh Rio dan melemparkan sebuah handuk ke wajah Kici. Kici menarik handuk yang menutupi wajahnya dengan tatapan kesal
ke Rio.
“Gue
Cuma bercanda. Kenapa loe jadi marah sih ??”protes Kici . Rio yang ingin menyela namun Kici tak mempedulikannya ia langsung beranjak dan berjalan
menuju kamar mandi yang sudah terlihat jelas di ujung cottage.
Rio
hanya melengos saja, Ia pun memilih keluar pintu kamar yang berhubungan
langsung dengan pantai. Rio melepaskan kemejanya yang sudah basah. Ia menikmati
malam yang begitu indah, Hujan pun sudah berhenti sejak tadi.
Rio
membuka ponselnya yang sedari tadi di sakunya. Alih-alih ia melihat agendanya
sambil menunggu Kici selesai mandi.
“Ehh,
, ,”mata Rio terarahkan ke makanan yang sudah siap tersedia di kursi
yanga da diluar. Dimana sepertinya makanan tersebut memang sudah
disediakkan untuknya dan Kici. Perut Rio sendiri pun sudah terasa lapar.
15
menit kemudian Kici sudah keluar dari kamar mandi dengan baju putih panjang
diatas lutut dan celana biasa yang terturupi oleh baju panjangnya itu. Kici mengeringkan rambutnya dengan handuk.
“Makan
dulu”suruh Rio saat melihat Kici yang
sudah keluar dari kamar mandi. Kici
mengangguk singkat dan berjalan keluar kamar tempat Rio berdiri tadi. Collage
ini memang tidaklah luas. Antara ruang tamu kamar dan kamar mandi menjadi satu
tempat.
Rio
berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan seluru badanya. Sedangkan Kici menunggu saja di luar balkon namun tak memamakan makannya.
Ia menunggu sampai Rio keluar. Kici duduk di
kursi yang ada disana. Dua kursi tersebut langsung mengarah kea rah pantai.
Dimana disana Kici dapat merasakan langsung angin malam yang mengibaskan
rambut basanya.
Tak
berapa lama kemudian Rio pun keluar dari kamar mandi dengan tubuh yang sudah
segar. Rio hanya memakai kaos putih pendek beserta celana pendek. Namun Rio
melapisi kaosnya dengan jaket, karena udara mala mini lumayan dingin. Rio
menghampiri Kici yang duduk di luar sana dan menatap kea rah pantai.
“Belum
makan?”tanya Rio datar karena melihat makanan tersebut masih utuh. Kici meggelengkan saja kepalanya tanpa menoleh kea rah Rio yang
melewatinya dan duduk di kursi sampingnya.
“Ayo
makan”ajak Rio.
“Loe
duluan aja”suruh Kici . Rio pun mengangguk-angguk saja dan memilih untuk makan
duluan. Toh perutnya sudah rapat. Sifat Rio yang dingin dan cuek sudah terasa
biasa bagi Kici. Dan Kici pun mencoba membiasakannya .Inilah sifat kekasihnya yang
sebenarnya tak berbeda dengan dirinya.
Tangan
Kici memanggil satu lapis roti yang ada di piring dan memakannya
perlahan. Mereka berdua makan dalam keheningan. Hanya suara angin malam dan
deburan ombak yang sangat tenang sekali.
“Kasurnya
Cuma ada satu?”tanya Kici memastikan. Rio menolehkan kepalanya kearah kasur yang
terpasang kokoh didalam sana. Rio baru menyadarinya.
“Gue
tidur di sofa”ujar Rio mengalah.
“Baguslah
. “jawab Kici seadanya. Entah mengapa kondisinya begitu sangat canggung
mereka seperti musuh.
“Gue
sudah kenyang. Gue masuk dulu”ujar Kici.
Ia berdiri dari tempat duduknya meninggalkan Rio yang masih asik makan.
*****
10.10 p.m waktu bagian Hawaii
Kici menulusuri cottage kecil ini. Mata Kici tertuju ke sebuah soffa yang lumayan besar yang ada di luar
balkon. Kici tersenyum melihat sofa ersebut dan segera mengarah kesana.
“Ahhhh.
. . . empuknya. . . “lirih Kici. Ia
membaringkan tubunya di atas sofa tersebut. Ia menatap langit yang sudah tidak
mendung lagi. Beberapa bintang pun terlihat diatas sana.
“Cantik..
. “puji Kici melihat gemerlap bintang itu.
Lama
Kici merasakan keindahan langit malam ini. Walau angin malam
yang begitu menusuk setiap tulang di kulitnya. Sedetik kemudian Kici merasakan seseorang telah berbaring di sampingnya. Kici tau orang itu. Dari bau parfumnya sudah dapat ditebak. Yah,
siapa lagi jika bukan Rio.
Keheningan
kembali terjadi. Rio ikut menatap kea rah langit begitu pun juga dengan Ify dan
tidak ada yang memecahkan keheningan yang semakin canggung ini. Baik Kici dan Rio bergelayut dalam fikirannya sendiri-sendiri.
“Maaf
. . .”bungkam Kici mulai memecah keheningan. Rio masih diam saja. Namun ia
mendnegar apa yang dikatakan oleh Kici.
“ngga perlu ada yang disalahkan”balas Rio akhirnya. Hati Kici mulai melegah. Rio tak benar marah kepadanya. Hening pun
mulai kembali.
“Bintang
jatuh. . “ujar kedua orang ini saat ada sebuah bintang yang jatuh. Kici dan Rio entah mengapa langsung sama-sama menutup mata
mereka.
Rio
menolehkan wajahnya kearah Kici. Dimana Kici masih memejamkan matanya .
“make
a wish apa?”tanya Rio yang ingin tahu. Kici membuka matanya. Ia tersenyum menatap langit.
“ngga ada”jawab ify jujur.
“Loe
sendiri?:”tanya Kici balik dan menolehkan wajahnya ke Rio. dan Rio pun hanya
menggelengkan kepalanya. Mereka berdua langsung tertawa bersama . entah apa
yang lucu dalam kejadian barusan.
“Gue
berfikir kita memang berbeda. Loe dengan kesibukan loe dan gue dengan kesibukan
gue. “Rio mulai membuka pembicaraan. Rio mengalihkan wajahnya kembali
menatap langit. Sedangkan Kici masih
bertahan menatap wajah Rio dan mendengarkan setiak kata yang terucap dari bibir
Rio.
“Sifat
dingin gue, sifat cuek gue dan sifat ketidak pedulian gue kepada loe. Tapi
dalam setiap tatapan gue, disana gue ingin loe tau bahwa gue . .. “
“Gue
tau kok. Bahkan sangat tau “potong Kici.
Ia pun ikut mengalihkan pandangannya ke atas langit. Dimana semua bintang sudah
menampakkan bentuknya dan gemerlapnya.
“Gue
sebisa mungkin menerima dan mengerti akan kesibukan loe. Gue berusaha untuk
tidak menjadi gadis penuntut. Walaupun pada kenyataanya fikiran kita begitu
berbanding terbalik. Gue masih anak SMA dan loe sudah kuliah. . . “
“Gue
tau loe sendiri capek dengan semuanya. Loe capek dengan pekerjaan loe, Loe
capek dengan kertas-kertas dan harus bertatapan terus dengan layar itu. Gue
bisa melihat rasa penat loe. .”
“Dan
disaat itu. Tenanglah. . Gue yang akan terus dukung loe dari belakang. Loe gak
perlu khawatir dengan keadaan gue dan bagaimana perasaan gue saat loe
benar-benar menghilang dengan kesibukan loe itu. Gue bisa mengerti semua itu “
“Saat
gue koma dulu. Disanalah gue belajar bagaimana gue bisa menghargai sebuah
hidup. Dan saat gue koma. Gue dapat merasakan gimana besarnya rasa cinta loe ke
gue. Jadi gue tidak akan pernah takut kalau loe akan pergi dari gue. Karena gue
yakin, rasa cinta loe ke gue lebih besar dari rasa cinta loe ke diri
loe sendiri ? iya kan ?”Rio tertawa pelan mendengar penjelasan Kici. Namun semua ucapan gadis ini benar adanya. Rio memang
sangat mencintai gadis ini melebihi nyawanya sendiri dan berjanji akan menjaga
gadis ini. Namun dia melakukannya dengan semua caranya sendiri.
“Rasa
percaya diri loe gak akan pernah hilang? Mungkin “sahut Rio dan membuat Kici ikut tertawa.
“gue
gak pernah nyangka. Takdir gue bisa suka dengan cewek seperti loe. Aissgh
sangat memiriskan .”ujar Rio dengan nada yang dibuat-buat seperti menyesal. Kici melirikkan matanya
dengan tajam,
“Loe
mau mulai mengibarkan bendera perang lagi ? hah?”sinis Kici skepstis.
“Enggak.
Gue hanya ingin berkata sejujurnya . . .
“Whatever
. . “serah Kici tak ingin melanjutkan perang ini.
“udaranya
sangat dingin. . . .”serah Rio. Perlahan ia memiringkan badanya dan langsung
memeluk tubuh
Kici dengan tangan kanannya. Kici membelalakkan matanya karena tangan
Rio menindih di tubuhnya.
“Gue
gak bsia nafas bodohhh. . .”protes Kici
. namun Rio semakin melunjak. Ia malah menarik tubuh Kici sehingga tubuh Kici
pun tertarik mengarah ke samping berhadapan dengan tubuh Rio. Rio menjadikkan
tangan kirinya sebagai penindih kepala Kici.
Sedangkan tangan kananya memeluk erat tubuh Kici.
“Begini
sudah bisa nafaskan?”bisik Rio. Kici
tersenyum dalam hatinya. Ia mengangguk pelan. Kepalanya ia senderkan di dada
bidang Rio. Kici merasakan kehangatan dari pelukan Rio. Pelukan yang penuh
ketulusan.
“Gue
cinta sama loe”bisik Rio pelan sekali. Namun cukup terdengar di telinga Kici.
“gue
tau “
“Gue
gak akan ngulangin kata itu lagi kedua kalinya. Jadi loe harus terus
mengingatnya “
“Gue
akan selalu mengingatnya”jawab Kici dalam
pelukan Rio. Rio tersenyum senang. Ia
mencium puncak kepala Kici lama sekali.
“Gue
ingin kita berhenti menyebut “Bodoh” antara satu sama lain”ujar Rio. Kici mengernyitkan keningnya. Ia pun mendongakkan kepalanya.
“Lalu
? gue harus memanggil loe dengan apa? Mario yang pintar ? yang pandai? Cihhh. .
.Najis . . “gidik Kici tak bisa membayangkan jika ia harus menyebut Rio seperti
itu.
CTAAAKK
“Aww
. . “ringis Kici karena Rio langsung menjitak kepalanya tanpa kasihan.
“Gue
akan buat nama khusus buat kita . . ujar Rio dan nampaknya sedang
berfikir. Namun tangannya pun masih tetap memeluk Kici.
“Apa?”tanya
Kici
“gue
akan mulai manggil loe dengan Christy
dan loe harus manggil gue Kak Mario. Oke”Kici membelalakkan matanya.
“KAK??
APA ? KAK? OGAAHHHH!!!!!!”Protes Kici
benar-benar tidak mau.
“heeyy
bodoh !! Gue lebih tua 5 tahun dari loe “gertak Rio. Kici menggelengkan kepalanya keras.
“GUE
GAK SUDI PANGGIL LOE KAKAK !!! NGERTI??”
“Ayolaahh.
“paksa Rio
“ENGGAK
RIO!!”
“Baiklah.
Oke oke. Terserah loe aja deh. . “sungut Rio tak mengerti jalan fikiran
kekasihnya ini.
“Gue
ada
ide. Gue cukup manggil loe dengan
Tuan Marioku . .”
“Dan
gue akan mangil loe dengan Nona Christyku
??”sahut Rio yang bisa membaca fikiran Kici
kali ini.
“BINGO
!”ujar Kici dengan wajah yang penuh bahagia.
“Baiklah
Nona Christyku .. “panggil Rio namun nada suaranya seolah-olah
meremehkan Kici dan mengejek Kici.
“YAAAA!!
Kenapa cara memanggilmu seperti merendahkanku seperti itu?”protes Kici.
“gue
lebih suka manggil loe seperti ini Nona Christyku
. . “
“Menjijikkan. Aishh. . . “Rio hanya terekeh saja melihat wajah lucu Kici yang kesal karenanya. Kici
kembali menenggelamkan wajahnya dan bersender
di dada Rio. dan Rio pun semakin mengeratkan pelukannya.
“Nona
Christyku . . Nona Christyku.
. Nona Christy . . “
“Tuan
Marioku berhentilah menyebut namaku seperti itu!!!!”teriak Kici
“Nona
Christyku . . Nona Christyku.
. No . . .. “
“ARRGHHSSS . .”teriak Kici
dan langsung bangun secara paksa melepaskan pelukan Rio. Telinganya begitu
panas mendengar panggilan Rio.
“SHUT
UP”ancam Kici menunjuk wajah Rio. Rio ikut mendudukkan tubuhnya sehingga sekarang dirinya dan Kici menjadi berhadapan.
“Loe
mau gue manggil kayak gimana ?”tanya Rio mencoba melembut.
“Seperti
. .”Rio menatap kedua mata Kici dan
membuat Kici jadi salting sendiri saat itu.
“Seperti
apa?”tantang Kici mencoba menyembunyikan kesaltingannya. Ia masih memberanikan
membalas tatapan balik dari Rio.
“Seperti
ini . .. “Kici mematung. Kedua tangannya ia remas kuat-kuat. Matanya
seperti tak bisa berkedip. Dimana Rio langsung mencium tepat di bibirnya. Kici dapat melihat Rio sudah menutup kedua matanya.
Kici pun perlahan ikut menutup matanya. Dimana ia merasakan
seluruh tubuhnya terasa memanas. Rio masih belum melepaskan bibirnya.
“Ehhm
. .. “dehem Kici. Saat ia merasakan Rio perlahan mendorong tubuhnya sehingga
menjadi berbaring diatas sofa tersebut dan Rio berada di atas tubuhnya tanpa
melepaskan ciuman mereka.
Detakan
jantung Kici sudah tak karuan. Ia sangat takut ini berlanjut kearah yang
tidak ia inginkan. Kici langsung membuka matanya. Mencoba melepaskan ciumannya
dengan Rio. Kici memukul-mukul dada Rio untuk mengehentikan ini.
“Aisshh.
. apa si bodoh ini sudah gilaa . . “batin Kici
dalam hatinya. Ia merasakan nafasnya sudah hampir habis. Rio akhirnya melepaskan
ciumannya dan menatap Kici yang menatapnya dengan tajam.
“Loe
mau buat gue mati ? hah?”omel Kici dalam
keadaan dirinya masih berada di bawah tubuh Rio.
“Loe
percaya kan sama gue?Gue masih punya otak. Dan gue sama sekali gak tertarik
dengan tubuh loe . .. “ujar Rio tak kalah tajam.
“YAAAAAA!!!
BOD . . . .”belum selesai Kici
meneruskan kata-katanya Rio kembali mendaratkan ciumannya ke bibir Kici. Untuk kali ini Kici
tidak memberontak atau pun bagaimana. Ia merasakan ciuman Rio benar-benar
lembut sekali. Dan entah menagapa Kici
mulai membalas ciuman Rio yang semakin dalam.
DRTTTTDRTTTT
. . . .
DRTTTDRTTTT
Ponsel
Kici bergetar dengan keras. Ia pun segera menjauhkan tubuh Rio darinya
dengan paksa. Kici segera mengeluarkan ponselnya dari sakunya.
“PAPA??”kaget
Kici saat melihat siapa yang memanggil dirinya. Mendengar ucapan
Kici, Rio pun ikut kaget dan gelagapan sendiri.
“Papa
loe?”tanya Rio tak kalah terkejutnya. Kici
mengangguk bingung mau mengangkat atau tidak.
“Angkat
aja. Loe tenang . tenang. .”suruh Rio. Kici
menganggukkan kepalanya. Ia pun menghembuskan nafas berkali-kali dan memencet
tombol hijau untuk mengangkat sambungan tersebut.
“Iya
Pa . . .”
“Di
.. di .. .” Kici kelihat kebingungan ingin menjawab apa. Rio pun langsung
meraih ponsel Kici.
“YAA!!
BODOH . .MARIO APA YANG LOE LAKUIN . . .”gemas Kici merutuki yang dilakukan oleh Rio. rio tak peduli Kici mengomelinya. Ia menekan loadspeaker pada ponsel Kici.
“Maaf
om. Ini saya Rio . .”ujar rio mencoba untuk setenang mungkin.
“RIO?
MARIO?”kaget Mr.Bov yang tak lain adalah Papa Kici.
“iya
Om. Saya mengajak Kici berlibur . .”
“berlibur
? dimana ? kalian Cuma berdua ? hah?”
“Ke
Hawaii Om, iya Cuma berdua .. “
“APAAA???”
“Sekarang
juga cepat kalian pulang. Saya tidak mau tau “
“Om.
.om dengarkan penjelasan Rio dulu”
“Penjelasan
apa? saya tidak mau mendengarkan penjelasan apapun. Cepat pulang sekarang atau
kalian berdua yang saya jemput disana. .”Kici
melengos pasrah. Ia sudah bisa menebak papanya akan seperti ini.
“Pa
ini Kici. Kici hanya berlibur dengan Rio. Gak ngelakuin yang aneh-aneh.
Gak usah khawatir”
“Gak
usah kahwatir gimana ? Kalian Cuma berdua ? dan . dan di Hawaii. Oh my god.
Kepalaku rasanya mau pecah. Cepat kalian pulang sekarang!!”
“Dad
.. believe me .. “rajuk Kici
mengeluarkan jurus andalannya agar papanya mau mengalah dengannya.
“NO
!”
“he
is kind boy. Really!!”ujar Kici sekali
lagi dengan logat inggrisnya yang fasih.
“Om.
Rio janji bakal jagain Kici seperti Janji Rio dulu kepada Om. Rio gak bakal berbuat
aneh-aneh dengan anak Om. . “
“Berikan
telfonnya kepada Rio. Matikan loadspeakernya”ujar Mr.Bov yang sudah bisa
menebak. Rio menatap Kici dan menganggukkan kepalanya mencoba meyakinkan kekasihnya
itu.
Rio
pun mematikan loadspeaker dan mendekatkan ponsel Kici ke telinganya. Rio berjalan menjauh dari Kici dan berbicara dua mata kepada Papa Kici. Kici sedikit cemas karena Papanya bisa berbuat seenaknya. Dan
baginya papanya hanya bisa takluk kepadanya bukan siapapun.
Hampir
15 menit Rio berbincang dengan papa Kici.
Kici mulai cemas sendiri. Tak lama kemudian Rio kembali dengan
wajah yang sulit terbaca.
“Gimana
?”tanya Kici sedikit cemas. Rio tersenyum saja sambil mengacak-acak
rambut Kici.
“Gak
usah takut. Gue udah jelasin. . “
“Syukurlah
.. “serah Kici sudah tenang. Rio pun ikut tersenyum. Namun dalam benak Kici ia masih penasaran apa yang dibicarakan papanya dengan Rio.
“Tidurlah.
. sudah malam. . “suruh Rio . Kici
menganggukkan kepalanya.
DRRTTDRTTT
DRTTTDRTTT
Ponsel
Kici yang masih ditangan Rio bergetar kembali. Sebuah panggilan
telfon dari ponsel Kici. Tanpa fikir pajang Rio pun langsung memencet tombol
Hijau dan mendekatkan ponsel Kici ke
telingannya.
“
. . . .. “
“
, . . . . .”
“
. . . . . . . “Kici hanya bisa menatap wajah Rio yang perlahan berubah menjadi
tatapan sinis kepadanya. Dan senyuman yang menakutkan.
“ADIK
IFY SAYANG ? KAK DAYAT ? “ujar Rio penuh penekanan kepada Kici. Kici langsung melongo seperti orang bodoh.
“Itu.
. itu .. itu . . . “
Tidak ada komentar:
Posting Komentar