Jumat, 08 Mei 2015

DELOV part 39 ~ Who Is She ? ~



DEVIL ENLOVQER – 39
~ Who Is She ? ~

Rio sudah berada di pesawat. Ia langsung menaiki pesawat pribadinya mala mini. Ia ingin tiba lebih cepat di Indonesia. Dan menyuruh pilot dari pesawatnya mengendarai pesawat sedikit cepat. Jujur Rio mencemaskan gadis itu. Sampai hal ini ia lakukan. Dalam hal apapun ia sudah berjanji pada dirinya  bahwa ia tak ingin kehilangan gadis itu lagi. Walau sedetik saja tak akan pernah.
“Gadis bodoh. Dari dulu loe selalu bertingkah bodoh!”gumam Rio pelan.
Selama perjalanan Rio tak bisa tidur. Ia hanya terfikir akan gadis itu. Rio melirih ke jam tangannya. Dan perjalananya pun masuh 4 jam lagi. Saat ini jam ditangannya sudah menunjukkan pukul 12 malam WIB.
*****
12.00 WIB Rumah Kici

Suara mesin mobil terdengan jelas dari luar. Iqbal dan para pembantu lainnya segera keluar dengan cepat. Mereka semua khawatir dengan Kici. Apalagi Iqbal yang lebih mencemaskan kakaknya lebih dari siapapun.
“Loe dari mana ?”tanya Iqbal langsung saat Kici keluar dari mobil. Kici menatap adiknya dengan datar.
“Loe gak tidur ?”Kici malah menanyakan hal yang begitu tak penting. Iqbal sedikit kesal dengan sikap kakaknya ini.
“Kita semua nyemasin loe. Loe kayak zombie tau gak “
“Udah gue gak apa-apa. Gue ngantuk “serah Kici dan langsung berjalan masuk kedalam rumah meninggalkan semua orang yang hanya dapat berlapang dada.
“Nyesel gue khawatirin setan satu itu. Kenapa jug ague gak kefikiran kalau setan itu gak bakalan knapa-kenapa “cerca Iqbal emosi sendiri. Ia kemudian ikut masuk kedalam rumah dan berniat langsung tidur. Besok adalah hari pertamanya ia masuk kembali ke SMP Arwana.
*****
Kici mengganti bajunya dengan baju tidur. Ia mencuci mukanya sebentar sebelum tidur. Kici melihat ponselnya yang tergeletak tanpa dosa di kasurnya. Dan ia begitu enggan untuk menyentuh ponsel tersebut.
“Hmm. .  capek banget . “lirih Kici. Ia langsung merubuhkan tubuhnya di kasur empuknya. Ia menatap ke langit-langit dindin kamarnya. Dan perlahan-lahan matanya terpejam dengan sendirinya. Hari ini entah kenapa membuat otaknya begitu penuh kepenatan.
*****
03.00 WIB Soekarno-Hatta

Jadwal pendaratan pesawat Rio lebih maju 1 jam. Pesawat Rio benar-benar penuh kecepatan. Rio segera turun dari pesawat tak lupa ia segera memakai kaca mata hitamnya dan juga maskernya. Riuh-riuh bandara masih terdengar. Hanya beberapa orang saja yang halu lalang disekitar pesawat. Rio melewati pintu luar VIP. Dan sudah melihat Mobilnya B 20 CR . Rio segera masuk kedalam mobilnya yang sebelumnya teradapat 2 bodygart yang ada di sekitar mobil itu.
“Kalian boleh balik”ujar Rio kepada 2 bodyguardnya sebelum ia  menjalankan mobilnya. Setelah itu ia segera dengan cepat menjalankan mobilnya menuju Rumah Kici. Karena sebelumnya ia menyalakan ponselnya dan mendapat pesan bahwa Kici sudah kembali ke rumah dengan selamat dan penuh penyebalan.
“Mati loe gadis bodoh!!!!. “
“Jangan harap tidur loe nyenyak hari ini!!!!”
“Cissshh . . “Rio mengendarai mobilnya dengan keceapatan penuh. Raut wajahnya sudah tidak dapat tergambarkan lagi. Ia menatap tajam jalanan seakan ingin menerkam seseorang dan yang tak lain adalah Kici.
Perjalanan yang awalnya 30 menit ditempuh oleh Rio kini hanya menjadi 15 menit saja. Rio melepaskan masker dan kacamatanya. Rio juga melepaskan jasnya hingga saat iniia hanya memakai kemejanya dan sengaja kancingnya ia buka satu. Dasinya punsudah  ia lepaskan saat di pesawat tadi.
Rio langsung keluar dari mobil dan sedikit berjalan cepat menuju rumah Kici.
Ting Tong .
Rio memecet pintu pagar Kici. Dan seorang satpam langsung muncul disana. Sejak kembalinya Kici dan Iqbal di Indonesia , Rumah Kici memang benar-benar mendapat penjagaan ketat. Dan dapat terhitung 3 satpam, 5 pembantu dan 2 supir sudah tersedia di rumah Kici. Ini semua adalah permintaan khusus dari Papa Kici.
“Den Rio “kaget satpam tersebut yang sudah lama bekerja disini.
“Bukain “suruh Rio langsung. Satpam yang sudah kenal sekali dengan Rio ini segera membuka pagar rumah dan begitu juga dengan Rio dengan cepat langsung masuk kedalam.
“Pintu rumah dibuka ?”tanya Rio kepada satpam tersebut.
“Kalau pintu depan ditu . . “
“Bukain sekarang . “suruh Rio dengan tegas. Satpam tersebut yang tak tahu apa-apa menuruti saja apa kata Rio. Toh, satpam ini sudah tau bahwa Rio memiliki hubungan dengan majikannya.
Rio melihat jam tangannya selama satpam tersebut masih sibuk membuka pintu rumah. Jam menunjukkan hampir pukul setengah 4.
CKLEEKKK
Pintu pun terbuka. Rio menghela nafas sejenak. Rio menatap satpam tersebut yang berdiri di belakangnya. Rio membalikkan badanya sedikit.
“Pintu gak usah di tutup. Aku hanya sebentar “ujar Rio. Satmpam tersebut hanya mengangguk kemudian kembali ke depan. Sedangkan Rio segera berjalan kedalam dan mencari kamar gadis itu.
Rio tahu bahwa gadis itu sudah pindah kamar di lantai dua. Rio pun menaiki tangga, keadaan rumah Kici sudah remang-remang gelap. Rio berjalan menuju kamar yang ada di depan di dekat tangga. Rio perlahan mencoba membuka pintu kamar Kici. Dan benar saja pintu kamar gadis ini tak dikunci. Mungkin Kici lupa menguncinya. Rio tersenyum picik dan langsung masuk kedalam kamar Kici.
Kamar Kici terlihat gelap hanya lampu kecil yang menyala di dekat kasur Kici. Rio melihat gadis itu tertidur begitu pulas dengan baju tidurnya. Namun saat ini Rio tidak ingin menghabiskan waktunya untuk menatapi gadis bodoh yang sedang tidur.
CTEEK
Rio menyalakan saklar lampu kamar Kici. Keadaan kamar Kici langsung menjadi terang. Dan gadis itu sedikit menggeliat kesilauan dan belum menyadari keberadaan Rio disini.
“Bangun ! “ujar Rio dengan tegas sambil berjalan menuju kasur Kici .
“Gadis bodoh bangun sekarang!!!”Kici mengerjapkan sedikit matanya yang silau. Samar-samar ia melihat sesosok pria berdiri dengan tegap di samping kasurnya. Kici memandang dengan malas sekali.
“Loe gak punya jam ? “
“Ngapain loe kesini “bentak Kici dengan kasar. Ia segera menutupi wajahnya dengan bantal. Kesabaran Rio sudah benar-benar habis. Ia langsung menarik tubuh Kici dan membopong tubuh mungil itu.
“AAARGHSS!!!! LOE MAU APAAA!! LEPASIN GUE !! LEPASINN GUEE!!!!”teriak Kici langsung. Rio tak peduli sesisi rumah akan bangun. Rio segera berjalan keluar dengan cepat dengan kedua tangan yang sudah membopong tubuh gadis ini.
“BODOOHH!!! LEPASIN GUE SEKARANG GAK !!! ATAU LO . . . . “Rio menghentikkan langkahnya tepat di tengah tangga. Matanya langsung menatap mata Kici dengan begitu tajam.
“Loe diem ?atau gue jatuhin dari sini”ujar Rio benar-benar serius. Kici meneguk sedikit ludahnya, dari sorot mata Rio ia benar-benar tak bercanda. Kici pun memilih diam saja.
Dan dari lantai 1 para pembantu Kici sudah keluar cemas dengan Kici yang teriak-teriak dari tadi. Namun Iqbal masih asik tidur pulas di dalam kamar. Karena ia bisa dapat menebak pasti Rio sudah datang.
“Non Kici mau dibawah kemana den Rio ?”tanya salah satu pembantu Kici yang kasihan melihat Kici yang masih berantakan seperti itu.
“Mau gue bunuh “jawab Rio dengan cepat tanpa memandang ke arah pembantu tersebut. Dan meneruskan jalannya. Sedangkan para pembantunya menjadi ketakutan sendiri karena memang Rio begitu menakutkan saat ini. Dan Rio terus berjalan keluar menuju mobilnya .
Pembantu Kici dan para satpam hanya memandangi kedua orang itu. Sedikit cemas dengan nasib Kici. Namun mereka hanya bisa berdoa saja bahwa satu diantara mereka benar-benar tidak ada nyawa yang melayang. Mereka tau jika Kici dan Rio bertengkar barang apa saja bisa dilayangkan oleh mereka.
“Buka pintu mobilnya “suruh Rio kepada Kici. Namun kici masih diam tak bergeming
“Gue jat . . “
“Iya iya “potong Kici kesal. Ia segera membuka pintu mobil Rio. Rio pun langsung memasukkan Kici kedalam mobilnya dengan sedikit kasar.
“Arrgh. . “ringis Kici karena badanya terasa sakit semua. Rio segera menutup pintu mobilnya dan segera mengunci pintu yang didalamnya terdapat Kici tersebut takut gadis ini akan kabur. Setelah memastikan aman, Rio berjalan cepat menuju pintu mobil sebelah kanan. Dan Rio segera masuk kedalam mobilnya.
Kici tak tau dia akan dibawah kemana. Ia menata rambutnya sebentar dan hanya diam saja melihat Rio menjalankan mobilnya dengan kecepatan dia atast 100 km/jam. Jujur Kici sedikit takut. Bukan karena kecepatan mobil ini melainkan apakah cowok ini benar-benar marah kepadanya.
Ia tak menyangka  bahwa kekasihnya saat ini sudah berada di sampingnya dan rela kembali langsung dari jepang hanya untuk menemui dirinya. Kici sedikit merasa bersalah. Kici menunduk saja dalam diam tak berani membuka pembicaraan satu pun.
Selama perjalanan keadaan mobil hanya hening. Rio menuju ke daerah yang asing buat Kici. Tepatnya seperti daerah perbukitan. Dan hanya menempuh waktu 15 menit kini mobil Rio berhenti di sebuah lereng bukit yang tinggi dan tak ada apa-apa disekitarnya Kici sedikit takut apakah benar cowok ini akan membunuhnya disini,
“Keluar . . “ujar Rio dengan tajam tanpa menoleh ke arah Kici sedikit pun. Rio membuka pintu dan keluar duluan. Kici berdecak kesal namun menuruti apa perintah cowok itu dan keluar dari mobil.
Kici menatap Rio yang sudah berdiri di ujung lereng bukit. Ia  menatap keindahan kota jakarta dari atas. Dimana tempat ini memang benar sangat tinggi dan dapat terlihat kemerlapan kota jakarta. Kici berdecak kagum belum pernah ia ketempat seperti ini.
Perlahan Kici berjalan menuju ke Rio yang berdiri membelakanginya. Kici berjalan dan langsung berdiri di samping Rio dan sedikit menjaga jarak dengan cowok tersebut.
Angin berhembus sedikit kencang. Dan mengibaskan poni Kici. Meskipun rambut gadis ini sudah terkuncir dengan rapi. Beberapa detik kemudian terdengar suara helaan nafas dari Rio. Kemdudian Rio menoleh ke arah sampingnya.
“Sudah puas ?”tanya  Rio langsung dengan nada benar-benar tak enak didengar. Kici tau maksud dari kekasihnya ini. namun Kici tak mau terlihat lemah kali ini. Ia tak menundukkan kepalanya sedikit pun.
“Gue gak nyuruh loe balik”jawab Kici santai. Rio mendecak sinis .
“gue gak suka dengan sifat kekanakan loe seperti ini “ujar Rio to the point. Kici sedikit tidak terima dengan ucapan Rio.
‘Gak usah ngebantah gue! “potong Rio tegas sebelum Kici membuka ucapannya lagi. Dan  dalam sekejab Kici langsung diam.
“Gue gak bilang ke loe, kalau gue ke  jepang bukan berarti gue gak peduli sama loe. Loe bukan anak kecil lagi dan gue juga bukan anak kecil lagi yang kemana-mana harus bilang ke loe kan ?“
“Gue ingin sifat loe dulu. Loe yang gak peduli kepada apapun. Loe dengan sifat aneh loe dan buat gue itu sifat spesial loe yang gue suka Loe yang pandai nyembunyiin perasaan loe . Dan kenapa loe sekarang jadi gadis manja seperti ini “
“Otak gue hampir kacau gara-gara loe. Gue gak tau apa yang loe fikirkan dan gue juga gak tau sebenarnya jalan fikiran loe itu seperti apa . Ini baru satu hari kita kembali seperti dulu dan gue sibuk dengan pekerjaan gue. Jika loe kayak gini terus ? bisa-bisa semuanya kacau. Gue ngelepas tanggung jawab pekerjaan gue dan gue gue juga bisa-bisa gila gara-gara nurutin loe terus “
“Loe mau gue kemana-mana bilang dulu ke loe? Gue harus minta izin dulu ke loe kayak Alvin selalu minta izin ke Felly. ? kayak Gitu mau loe? Gue punya cara tersendiri buat merlakuin loe sebagai pacar gue. Dan kita punya cara  tersendiri untuk bersama dan kita berbeda dengan mereka. “
“Jadi hilangin sifat kekanakan loe itu. Gue sama sekali gak suka “mendengar ucapan Rio tersebut sedikit menyesakkan bagi Kici. Seolah perkataan Rio itu menyalahkan dirinya semuanya. Namun satu hal yang Kici benarkan dan Kici sendiri tidak mengerti kenapa ia seperti anak kecil. Sejak kapan ia seperti ini? Kici menahan agar tubuhnya tidak bergetar walau semua kata-kata Rio begitu semakin menyesak di dadanya. Kici selalu kuat dan tegar. Itulah yang selalu dipegang kuat oleh gadis ini.
“Sudah selesaikan ? “
“Gue mau pulang “ujar Kici dengan tegas. Ia ingin berbalik untuk kembali ke mobil. Namun Rio langsung mencegah tangan kanannya .
“Loe dengerin perkataan gue gak ?”tanya Rio pelan namun penuh penakanan. Ia menatap mata Kici dengan begitu tajam. Kici pun memberanikan menatap mata tersebut tak kalah tajam.
Perlahan Kici melepaskan tangan Rio dari tangannya sambil tersenyum sinis begitu sangat sinis. Menatap sorot mata Rio yang begitu tajam. Dan tatapan Kici ini penuh dengan tatapan tantangan kepada cowok didepannya ini,
“Loe mau tau jawaban gue apa?” Ucap Kici dengan nada meremehkan. Rio diam saja menunggu kelanjutan dari ucapan gadis ini.
“1 tahun gue nunggu buat ketemu loe “selesai mengucapkan kalimat tersebut Kici langsung mengubah senyumnya menjadi senyum yang begitu manis. Namun bagi Rio jawaban itu sudah menjawab semuanya. Senyuman Kici seperti senyuman kepasrahan bahwa memang semua adalah salahnya.
“Gue mau pulang “ujar Kici sekali lagi. Rio langsung menarik tubuh gadis ini dan segera memeluknya dengan erat .
“Maaf “ujar Rio pelan tepat ditelinga Kici. Kici membiarkan saja pelukan kekasihnya ini menghangatkan dirinya. Karena maksud dari jawabannya tersebut mengartikan bahwa ia sangat merindukan cowok ini dan masih merindukkannya. Namun Kici hanya diam saja tak berniat untuk membalas pelukan Rio.
“Gue yang salah “lanjut Rio. Kici tak mencoba mendegarkan dirinya. Ia tak ingin terlihat lemah di hadapan siapapun terutama Rio sekali pun .  Kici melepaskan pelukannya dan kembali menatap sorot matah Rio yang sudah tidak menyeramkan seperti tadi.
“Gue gak akan ngelarang loe dengan pekerjaan loe. Dan gue juga gak  akan seperti anak kecil. Tapi gue cuma. …”
“Cuma ???”rio menunggu kalimat Kici yang menggantung. Kici menggaruk-garuk kepalanya sendiri yang tak gatal. Bingung mencari kata-kata yang ingin ia katakan. Kata yang begitu memalukan untuk ia ungkapkan.
“Cuma apa?”goda Rio. Ia tau gadis ini akan mengatakan apa .
“Ma .. ma ..sih ka. . ngen sa. .ma loe”lirih Kici pelan dengan wajah tak enak menyebutkan kalimat itu. Sepeti suatu kalimat yang menjijikan baginya bersikap manis di hadapan cowok ini.
“Hahahahahaha. . “Rio langsung tertawa dengan puasnya setelah mendengar ucapan Kici itu.
“GAK LUCU TAU”bentak Kici tak terima karena Rio mentertawakannya seperti itu.Namun Rio malah semakin tertawa dengan puas.
“Yaudah terusin aja ketawanya. Sampai pagi sana. Gue mau pulang “kesal Kici karena Rio tak kunjung berhenti tertawa. Namun menndegar ancaman Kici seperti itu Rio segera meredahkan tertawanya dan menatap gadis didepannya ini dengan senyuman tipis di bibirnya. Kici menundukkan kepalanya dengan mulut yang komat-kamit tak jelas.
“ besok gue free. Gue mau ngajak loe jalan-jalan “ujar Rio dan membuat Kici sontak mengangkat kepalanya.
“Beneran ?”
“Hmm  . .”
“kemana ?”
“Tunggu besok “ujar Rio dan sedikit membuat Kici penasaran.
“Oke “
“Yaudah sekarang kita pulang. Hampir mau jam 5 loe harus sekolah hari ini “ujar Rio mengingatkan. Ia mengacak-acak poni Kici dengan penuh kelembutan dan Kici sangat suka ketika Rio melakukan hal seperti ini. membuat detakan jantungnya berderu tak karuan.
“Gue anter loe ke sekolah “ujar Rio dan membuat Kici semakin senang sekali.
“Hmm. .”dehem Kici sambil mengangguk-angguk malu. Rio tertawa pelan melihat Kici yang seperti ini. Rio segera meraih tangan kanan gadis ini dan menggengamnya erat.
“Ayo pulang “teriak Rio dan berjalan menuju mobilnya. Dengan Kici yang juga berjalan disampingnya.
Sebuah masalah sepele pasti bisa langsung diatasi dengan kepala dingin. Kedua pasangan ini memang sangat berbeda karena mereka punya cara tersendiri untuk mengungkapkan rasa sayang mereka dan rasa cinta mereka. Mereka berbeda dengan pasangan yang lainnya.
*****
06.30 WIB Rumah Kici
Kici sudah rapi dengan seragam SMA ARWANA.nya dan tas yang sudah berada di belakang punggungnya. Iqbal sendiri sudah berangkat pagi-pagi karena harus menjemput Wilona terlebih dahulu. Kici menuruni tangga dengan cepat.
“RI . . .”belum Kici menyelesaikan kata-katanya untuk menyebutkan nama cowok itu. Namun mulut Kici langsung tertutup setelah melihat apa yang ada didepannya saat ini.
Kici melihat Rio yang tertidur pulas di kursi ruang tamunya dengan posisi yang sama sekali tak ada nyaman-nyamannya. Kici mendekati Rio yang masih tidur. Kici mencermarti setiap lekuk wajah cowok itu. Kici dapat merasakan wajah itu penuh dengan kelelahan. Kici tau bahwa Rio belum tidur dari semalam dan itu gara-gara dirinya.
“Bi ambilin selimut “suruh Kici pelan kepada salah satu pembantunya yang tak sengaja melewatinya.
“Iya non “ujar pembantunya dan dengan cepat mengambilkan selimut untuk Kici.
“Jangan terlalu capek kerja bodoh!”ujar Kici pelan dengan bibir tersenyum.
“Ini non “ujar pembantu Kici dan memberikan selimutnya kepada Kici .
“Makasih  Bi “jawab Kici. Pembantu Kici pun meninggalkan Kici dan Rio berdua diruang tamu. Kici dengan hati-hati menyelimuti kekasihnya ini. Berharap selimut ini sama hangatnya dengan pelukannya.
“Mario bodoh istirahatlah . . .”ujar Kici begitu tulus. Ia kemudian  berjalan keluar rumah meninggalkan Rio. Kici memutuskan untuk pergi ke sekolah diantarkan oleh Supirnya saja.
Rio perlahan membuka matanya. Ia sebenarnya tidak sepenuhnya terlelap. Hanya menghilangkan rasa pusingnya saja. Rio tersenyum dengan memegangi selimut yang diberikan Kici kepadanya.
“Dasar gadis bodoh . . “gumam Rio. Mendengar suara mobil Kici yang sudah beranjak, Rio segera bangun. Ia memilih untuk pergi ke rumahnya saja yang berada di depan rumah Kici. Rio ingin beristirahat sebentar untuk hari ini saja. Badannya sudah sangat lelah sekali, bisa-bisa jika dipaksakan ia akan sakit.
******
08.00 SMP ARWANA

Adel  membawa beberapa buku tugasnya untuk di berikan kepada gurunya. Dikarenakan selama 4 hari kemarin ia izin sibuk syutting. Salsha berjalan menuju ke ruang guru.
Del  .”panggil seseorang dari belakang. Adel yang merasa namanya dipanggil langsung membalikkan badanya.
“Hai . “sapa orang itu lagi. Adel terdiam seribu bahasa. Jujur ia belum percaya dengan apa yang ada di hadapannya saat ini.
“I. . q. . bal ???”ucap Adel kaku. Sosok itu yang tak lain adalah Iqbal langsung berjalan mendekati salsha.
“Apa kabar ?”sapa Iqbal
“Ba . . ba. . ik. . “Adel masih binggung dengan kenyataan yang ada di depannya ini. 1 tahun ia mengira Iqbal benar-benar menghilang karena cowok ini tak ada kabar sedikit pun. Setelah mendengar kabar Iqbal berpacaran dengan Rika, jujur Adel sangat patah hati. Dan hampir 1 minggu ia sakit akibat memikirkan hal tersebut. Namun hal itu pun tidak ada yang tahu. Dan sampai saat ini pun salsha masih memmpunyai rasa itu., Sulit baginya untuk menghilangkan perasaannya tersebut.
“Kamu kok bisa disini ?”tanya Adel bingung
“Bisa dong. Gue kan sekolah disini lagi “
“Beneran ?”
“Iya dong . “Adel langsung merasa senang sendiri. Akhirnya penyemangatnya kembali datang lagi.
“Bal . .”teriak seseorang dari kejauhan. Adel melengos melihat orang tersebut yang tak lain adaalah Rika. Dan gadis itu sedang berjalan mendekati dirinya dan iqbal.
“Hy del. “sapa Rika ketika sudah berada di antara mereka.
“hy kak”balas Adel dengan memaksakan senyumannya.
“Gue duluan ya. udah ditungguin Bu citra. Gak enak kalau telat :ujar Adel beralasan. Ia hanya tak ingin melihat kemesraan dua anak ini dan membuat hatinya sakit kembali.
“Iya “serempak Iqbal dan Rika. Adel pun dengan cepat meninggalkan dua orang itu yang asik berbincang kembali.
Adel berjalan dengan gontai memasuki ruang guru. Kenapa bukan dia yang dengan Iqbal kenapa Rika. Salsha terlalu berharap dengan semua angannya. Dan mungkin memang ia tak akan bisa mendapatkan Iqbal. Dan ia harus menyimpan perasaanya ini selama mungkin.
****
Universitas ARWANA Fakultas Kedokteran
Seorang gadis masuk kedalam kelas Alvin. Membuat awalnya kelas ini sepi menjadi sedikit riuh, sang dosen pun terlihat sedikit binggung sendiri,.
“Siapa ya ?”tanya dosen tersebut . dan gadis itu berjalan masuk. Gadis ini terlihat begitu cantik. Postur tubuhnya, kulitnya yang putih dan rambutnya yang terurai begitu indah. Gadis ini memakai dress selutut dengan tasnya yang ia selempengkan di bahunya.
“Maaf pak mengangguk. Saya mahasiswa baru di kelas ini. Saya mahasiswa transferan dari Belanda .”ujar gadis tersebut dan membuat mahasiswa yang lainnya menganga tak percaya begitu juga dengan Alvin yang merupakan mahasiswa kelas ini.
“Oh begitu. Yasudah silahkan masuk. Dan semoga dapat mengikuti semuanya dengan baik”
“Makasih Pak. .”jawab gadis ini. gadis ini melihat ke arah para mahasiswa lainnya yang juga sedang menatapnya. Gadis ini mencari tempat duduk yang cocok. Dan matanya tertuju pada Alvin. Dimana bangku sebalah Alvin tidak berpenghuni. Gadis ini pun berjalan menuju ke kursi kosong sebelah Alvin tersebut .
“Hy .”sapa gadis itu kepada Alvin. Dan Alvin hanya membalas dengan senyuman sederhana saja.
“Oh ya siapa namamu ?”tanya sang dosen lagi saat gadis itu baru duduk di kursinya.
Margareth Angelina. Panggil Angel aja pak “
“Oh  Angel . . “serempak yang lainnya terkecuali Alvin. Dan pelajaran pun kembali dilanjutkan. Gadis bernama Angel ini mulai membuka bukunya. Namun sesekali ia melirik ke arah Alvin yang sedang konsen dengan dosen didepan.
“Perfect , .”lirih Angel. Alvin menoleh ke arah gadis ini.
“Loe bilang apa?”tanya Alvin karena ia sedikit mendengar lirihan Angel. Gadis itu langsung gelagap sendiri.
“Hah? Enggak enggak ada”jawab Angel dengan cepat. Alvin pun mengangguk-angguk saja dan melanjutkan pelajarannya. Angel menghela nafas legahnya.  Selama pelajaran berlangsung gadis tersebut hanya menatapi Alvin saja. Memang gadis mana saja pasti akan tertarik dengan pesona yang dimiliki wajah Alvin. Wajah  yang putih dan penuh rasa kasih sayang didalamnya.
*****
13.00 WIB
Materi hari ini telah berakhir, Alvin sudah membersi semua buku-buku tebalnya begitu juga dengan mahasiswa lainnya sang dosen pun telah keluar dari kelas ini. Angel menunggu Alvin sampai lelaki ini selesai membereskan barang-barangnya.
“mmm . . . .”Angel berfikir sebenatar, ia binggung memanggil Alvin dengan sebutan apa. Dirinya sendiri sama sekali belum mengenal Alvin.
“Panggil Aja gue Alvin. Loe mau ngomong apa?”ujar Alvin langsung yang bisa menebak jalan fikiran gadis disampingnya ini. Angel sedikit tercengang namun tak perlu beberapa lama ia bisa mengontrol kesadarannya.
“Oh Alvin., mmm.. itu,. . mmm. .”
“Mmmm??”
“aku kan belum tau kampus ini. Kamu mau nemenin aku keliling-keliling kampus ?”pinta Angel memohon. Alvin berfikir sejenak.
“Baiklah . .”jawab Alvin akhirnya. Tak ada salahnya juga menurutnya membantu orang lain. Itulah yang saat ini difikirkan oleh Alvin. Angel tersenyum dengan senang. Mereka berdua pun berjalan bersama keluar dari kelas.
*****
13.00 WIB Rumah Kici
Rio keluar dari kamar Kici dengan membawa sebuah benda yang ia cari. Rio tersenyum dengan puas mendapatkan barang itu. Dengan cepat ia keluar dari rumah Kici karena hari ini pun dia ingin sekali untuk menjemput gadis itu. Rio sudah tampak segar pagi hari ini. Ia memakai baju santai. Rio memakai celana jeans panjang dengan kaos putih pendek. Tak lupa Rio memakai masker yang biasanya ia pakai dan juga kacamata hitamnya. Agar tidak ada yang mengetahui bahwa itu dirinya.
“Oke berangkat “ujar Rio yang telah berada di dalam mobil. Hari ini Rio tidak memakai mobil yang biasanya ia pakai. Bisa-bisa banyak paparazzi yang mengetahui bahwa itu dirinya.
*****
13.00 WIB SMA ARWANA
Felly dan Kici sudah membereskan barang-barangnya. Hari ini mereka pulang sekolah lebih cepat 1 jam. Guru-guru sedang mengadakan rapat mendadak. Kici  menoleh ke bangku belakang tepatnya bangku Felly. Karena sejak Kici tidak mau diajak duet dengan Felly, Felly benar-benar melaksanakan ultimatumnya dimana ia tak mau sebangku lagi dengan Felly. Dan bagi Kici itu bukan masalah. Toh, dengan tidak adanya Felly ia malah dengan leluasa menguasai bangku itu.
“Loe pulang sama siapa ?”tanya Kici
“Kak Alvin “
“Oke “jawab Kici seadanya lantas berbalik arah lagi. Felly sedikit kaget karena Kici tak jelas sekali bertanya seperti itu.
DRRTDRRRTT
Ponsel Felly berdering. Felly pun segera mengambilnya yang terletak begitu saja dia atas bangkunya. Pesan tersebut berasal dari Alvin.
From :My Honey
Sayang maaf hari ini aku gak bisa jemput. Aku harus nemenin teman baruku lihat-lihat kampus. Maaf ya. Maaf

Felly menghela nafas sedikit kecewa, Namun ia harus mengerti Alvin dan ia tahu kekasihnya itu tidak mungkin berbohong. Felly lantas membalas pesan tersebut dengan perasaan sedikit tidak rela.
To : My Honey
Iya gak apa-apa. Hati-hati pulangnya sayang ^^

Felly memasukkan ponselnya ke sakunya. Dan segera menyelempengkan tasnya di punggunya.
“Loe pulang sama siapa ?”kini giliran Felly yang bertanya kepada Kici.
“Supir gue lah sama siapa lagi coba “jawab Kici seadanya .
“gue gak dijemput sama kak Alvin “ujar Felly sedikit sedih .
“terus ? penting gitu buat gue ?”Felly menatap Kici dengan bengis.
“Untung gue masih punya hati. Kalau enggak sudah gue injek-injek loe dari tadi “kesal Felly. Kici tersenyum puas karena Felly kesal karena dirinya.
“Mau bareng ?’”tawar Kici.
“Mau banget “jawab Felly langsung nyengir kuda. Ia lupa jika tadi ia kesal dengan Kici .
“Yaudah yuk langsung pulang “ajak Kici. Felly pun mengangguk saja menuruti apa kata Kici. Mereka berdua pun berjalan menuju depan gerbang sekolah. Dimana mobil Kici dan supirnya dauh menunggu disana.
Kici dan Felly sudah siap mau masuk kedalam mobil. Namun tiba-tiba ponsel Kici berdering dan menandakan ada telfon masuk.,
Cowok Bodoh calling  . . . .

           Kici mengernyitkan keningnya. Heran juga tumben cowok ini menelfon dirinya. Kici pun malas memfikirkan lebih jauh lantas memencet tombol hijau di ponselnya dan mendekatkannya ke telingannya.
“BOODOOHH cepat masuk ke mobil gue “Kici mengedarkan pandangannya ke sekitar jalan.
“Mobil loe ?”
“Disebrang jalan. Dalam hitungan ke 10 loe gak kesini. Mati loe “
BIIPPPP
“YAAAAAAA!! BODOOHHHHH!!! “teriak Kici kesal menatap ponselnya dimana sambungan telfonnya sudah diputuskan oleh Rio. Kici mendengus malas.
“Rio ?”tanya Felly yang sudah dapat menebak. Kici mengangguk lemas.
“Pak anterin Felly pulang. Kici pulang bareng Rio “ujar Kici kepada supirnya.
“gue males ribut sama si bodoh  itu. Jadi loe pulang sendiri ya. “
“Yaudah deh hai-hati “balas Felly
“Oke. Bye “pamit Kici. Ia segera berjalan ke sebrang jalan. Dimana terdapat sebuah mobil sport merah bertenger indah disana. Dan Kici yakin itu adalah mobil Rio.
Kici membuka pintu mobil Rio dan langsung menutup pintu mobil itu dengan sekali hentakan.
BRAAAAKKK
“Loe gak pernah diajarin cara nutup pintu yang baik ?”sinis seseorang cowok yang menatap Kici dengan bengis. Kici mengangkat bahunya tanpa peduli dan masih menatap ke depan.
“Mimpi apa gue punya pacar kayak loe “
“Loe jalan ? apa gue turun lagi ?”ancam Kici. Tanpa menjawab ancaman dari Kici Rio langsung menjalankan mobilnya dengan kecepatan diatas rata-rata. Kici mendengus kesal namun ia tetap bersikap seperti biasa aja .
“Kita mau kemana sih ?”tanya Kici  membuka pembicaraan.
“Makan siang “
“Makan siang ?gue males makan. Kita pulang aja “pinta Kici
“Gue yang makan. Loe gak makan kek loe gak minum kek bodoh amat. Gue sekarang lg lapar. “Kici melirik Rio dengan tajam. Kata-kata Rio membuat adrenalin emosinya memuncak perlahan-lahan.
“PULANG!”
“MAKAN !”
“PU LANG RIO “
“MAKAN KICI SAYANG “
“PULANG GAK ?”bentak Kici dengan keras. Rio menghelakan nafasnya. Kalau Kici sudah seperti ini ia pun tak bisa berbuat apa-apa. Hanya bisa menuruti kata-kata gadis ini,
“Oke kita pulang “pasrah Rio dan segera memutar balik mobilnya. Kici tersenyum puas setidaknya cowok ini bisa mengerti situasi jika dirinya ingin pulang sekarang juga.
*****
Rika terduduk lemas di ruang tamu rumahnya. Badannya benar-benar tak enak saat ini. Bukan hanya kali ini saja. Namun sudah dari sebulan yang lalu ia selalu seperti ini.
“Gue kenapa ?”
“Pusing banget sumpah. . “lirih Gadis ini sambil memegangi kepalanya yang semakin berat.
Derap langkah dari dalam rumah Rika menuju kea rah ruang tamu. Dan Sang mama lah yang mencoba menghampiri Rika dengan wajah cemasnya.
“Sayang kamu kenapa?”tanya sang mama sedikit cemas.
“gak tau Ma. Rika pusing banget. . “jawab Rika lemas sekali.
“Yaudah kitake rumah sa . . . “
BRUUKKK
Sebelum sang mama menyelesaikan kata-katanya Rika sudah ambruk duluan. Sang mama pun semakin cemas sendiri. Dan teriak-teriak minta tolong kepada orang rumah.
“Papaa . . Papaa . . ..”
Rika pingsan lagi Pa. Papaaa . . . “teriak sang Mama. Dan tangannya mencoba membangunkan Sang anak.
“sayang bangun. . sayang bangun. . Rika bangun. . . “

Tidak ada komentar:

Posting Komentar