Selasa, 14 April 2015

DELOV part 30 ~ Semuanya menunggumu gadis bodoh !! ~



DEVIL ENLOVQER – 30
~ Semuanya menunggumu gadis bodoh !! ~

JPREEETTT JPREEETTTT
“Untuk saat ini pusat dari Haling Corp berada di Eropa dan Indonesia. Sudah banyak karyawan yang saya pindahkan kesana. Untuk program kerja baru yang akan di jalankan oleh Haling Corp tentunya masih rahasia. Dan dari bidang otomotif sebentar lagi kita akan megeluarkan sebuah mobil keluaran terbaru “

“Pak Rio apa tanggapan anda dengan masuknya direktur Jo dipenjara ?”

“Pak Rio ? apakah anda menyimpan dendam dengan yang telah dilakukan oleh Direktur Jo ?”

“Pak Mario ? apakah benar anda sudah punya kekasih ?”

          Berbagai pertanyaan dari media-media berita bahkan berita gossip begitu menyarak. Hot News yang berderar di televise-televisi swasta bahkan nasional sendiri yaitu “SEORANG MARIO HALING”. Nama Rio langsung melejat dengan begitu terkenalnya.  Bahkan Rio mendapatkan banyak tawaran di berbagai majalah untuk wawancara. Dan juga sudah banyak poster-poster yang menjual foto Rio.
Banyak sekali kaum hawa di Indonesia tiba-tiba demam dengan Seorang MARIO HALING. Seketika itu sebuah nama komunitas bernama “RISE” terbentuk tiba-tiba. Dan mereka mengumandangkan bahwa mereka adalah komunitas pecinta Mario Haling.  Dan mayoritas penghuni komunitas tersebut adalah kaum hawa.
Rio tak pernah tau apa-apa dengan itu semua. Ia hanya diam saja dan membiarkannya saja. Toh, membiarkan setidaknya mereka semua senang dengan keinginanya sendiri asal tidak menganggu keributan hidup Rio.
Kini sosok Rio menjadi sangat dikenal dimana-mana. Mereka semua bukan hanya kagum dengan kepintaran Rio dan kesuksesan Rio. namun juga postur berkaharismanya dan wajah yang mempesona. Siapa yang tidak akan takluk jika berhadapan dengan Mario. Pengusaha muda terkaya dan terkenal.
Dan sudah 2 kali ini Rio diundang di sebuah stasion televisi. Dimana mereka mewancarai Rio secara Live. Dan di studio tersebut meledak para penggemar Rio sambil membawa sepanduk yang entah Rio sendiri tak mengerti dengan maksud sepanduk besar itu.
Di kantor Rio pun sering dikirimi dengan banyak kado,coklat bunga dan semacamnya. Oleh sebab itu sejak saat ini Rio harus berhati-hati jika ingin keluar. Karena banyak para paparazzi dan juga fans-fansnya yang tiba-tiba muncul dan berbuat anarkis kepadanya.
******
1 minggu sudah Kici masih terdiam didalam kamar rawatnya di Rumah Sakit ARWANA. Kici masih belum tersadarkan juga dari Komanya. 3 hari dilewati semuanya dengan sangat berat penuh kesedihan. Terutama Iqbal yang selalu mencoba tersenyum melihat kakaknya seperti itu, diantara semuanya bukanlah yang paling dekat dengan Kici adalah Iqbal. Sama halnya dengan Iqbal Felly dan juga Rio hampir dibuat frustasi akan kejadian ini.
“Yo loe istirahat dulu. Biar Felly saja nanti yang jaga Kici”ujar Alvin , Ia menyempatkan untuk  menjenguk Kici. Dan disana ada Rio yang dengan setianya selalu menjaga Kici. Walau terkadang dia harus meninggalkan Kici sebentar untuk pekerjaanya di kantor.
“Gue sudah 2 hari  ninggalin dia Vin”ujar Rio. Ia memeriksa kondisi Kici dan memberikan suntikan vitamin kedalam tubuh Kici.
“Loe gak capek? Kemarin loe habis konferensi pers sama banyak wartawan. Dan loe ada rapat skedul dengan semua karyawan loe kan? Tawaran wawancara juga di berbagai stasion televisi. seengaknya loe tidur dulu. Gue yakin sudah 3 hari ini loe gak tidur”
“Asal dia bisa bangun , gue gak tidur berhari-hari pun gak masalah”ujar Rio tajam. Alvin menghelakan nafasnya. Ia tak menyangka Rio memang begitu sangat mencintai Kici.
“gue mau bicara sama loe”ujar Alvin mulai ikut serius.
“Terus dari tadi loe ngoceh satu jam ? kita sedang ngapain ?Gulat ? apa lagi ngasih makan anak kambing ? hah?”sinis Rio sambil geleng-geleng dengan tingkah sepupunya ini. Alvin garuk-garuk gak jelas merutuki kebodohannya. Rio duduk di kursi dekat kasur Kici.
“Mau ngomong apa sih ?”lanjut Rio.
“Tapi loe jangan marah gue tanya ini”ujar Alvin sedikit takut.
“Iya iya. Loe mau tanya apa ?”
“nmmmm. Sebenarnya loe Cuma kasihan sama Kici karena dia sudah ngorbanin nyawanya apa loe beneran cinta sama dia ?”pertanyaan yang terlontar dari mulut Alvin seketika itu membuat Rio terdiam bahasa. Matanya ia tatapkan pada wajah Kici yang masih terlelap dengan tenang. Alvin menunggu rio menjawab pertanyaanya tersebut.
3 menit berlalu, keadaan di dalam masih hening. Rio belum menjawab pertanyaan Alvin tersebut.
“Lupakan pertanyaan gue. Anggap gue gak pernah tan . . “
“Apa wajah gue seperti kasihan sama dia ?”Rio memotong ucapan Alvin. Kini tatapanya begitu hampa menatap Kici. Menelusuri wajah Kici dengan pandangan yang tak bisa diartikan oleh siapapun.
“Gue gak pernah ngerasain cinta atau pun mencintai Seorang gadis sebelumnya. Dan mungkin gue sendiri gak akan tau arti cinta itu bagaimana. “
“Namun . Yang gue rasaian ketika melihat dia adalah senyuman yang tersimpan di hati gue. “
“ Dia yang buat gue  hampir gila tiap hari, dia yang selalu buat gue kesal , Dia yang sangat berani ngelawan gue, dia yang gak pernah takut dengan tatapan mata gue  “
“Dan gue gak pernah merasakan bagaimana sesaknya dada gue melihat gadis ini disakiti oleh orang lain”
“Kalau pertanyaan tersebut gue balik lagi ke loe . .  . . “Rio menolehkan kepalanya menghadap ke Alvin yang terbengong mendengar jawaban panjangnya tersebut.
“Semua ini hanya sekedar kasihan apa gue mencintai dia ?”tanya Rio dengan wajah serius.
“Cinta “ujar Alvin pelan.
“Cinta ?? mmmm . .Jadi gini rasanya mencintai seseorang”serah Rio.ia mengembalikkan kepalanya menjadi menghadap ke Kici.
“Gue ada pertanyaan satu lagi ?”ujar Alvin
“Berapa banyak sih sebenarnya pertanyaan loe?”tanya Rio begitu skiptis.
“Beneran nih yang terakhir Yo. Sumpah yang terkahir “ujar Alvin meyakinkan Rio. karena dirinya dari tadi seperti orang bodoh bicara dengan Rio.
“Yaudah apa ?”
“Kapan loe nembak Kici ?”
“Hah? Bukannya yang nembak Kici direktur jo”jawab Rio dengan santai.
“Aelah. Sepupu gue ini kapan sih pintarnya kalau soal cinta”gumam Alvin pelan dengan wajah tak enak Ke Rio.
“Loe tadi bilang apa? Ha? Coba ulangi lagi ??”
“Gak ada gak ada. Maksud gue itu. Loe nyatain perasaan loe ke Kici kapan ?Sumpah gue penasaran banget. Loe kok bisa pacaran sama Kici ??”Rio mengembangkan senyumnya. Di otaknya teringat  kembali kejadian memeriskan beberapa hari yang lalu. Dan dari semua kejadian hanya 1 kejadian yang tak akan pernah ia lupakan. Yaitu bagaimana dirinya menyatakan perasaannya ke Kici.
“Loe mau tau banget atau pingin tau aja ?”
“Banget lah “
“Cissh . . anak kecil gak usah sok tau. Udah sana pergi kuliah”usir Rio sambil mendorong-dorong tangan Alvin yang berada di sampingnya.
“Ayolaah Yo. Gue serius nih. . “
“Apaan sih loe. Udah sana husshh huss . . “
“Aelahh. Pelit loe Yo. Mentang-mentang udah punya pacar. Percaya deh yang punya pacar. Sekian lama jomblo. Dua puluh tahun Seorang Mario jomblo dan kini telah punya pacar Seorang Setan. Sungguh tragis sekali.
“Loe ngoceh sekali lagi.Mulut loe gue sumpel sepatu. Pergi gak loe sekarang ?”usir Rio tangannya menunjuk kearah pintu.
“Ohh gitu. Mentang-mentang udah jadi pengusaha terkenl. Banyak Fansnya , fotonya di banyak majalah. Posternya di billboard sana sini. Sepupu sendiri di ancam-ancam percaya deh yang udah terkenal”
“Vin . .”
“Out . . “lanjut Rio . tatapannya sudah sangat tajam kea rah Alvin.
“Oh gitu. Mentang-mentang . . “
“Mentang-mentang . mentang-mentang. Dari tadi kata loe mentang-mentang mulu. Otak loe tuh kayak kentang. Udah sana keluar gak. Sebelum gue beneran berdiri nih . .”
“Ohh gitu. Men . . . “
BUUUKKKKKKK
Akhirnya melayang sudah sepatu phantofel Rio pada kepala Alvin. Alvin meringis kesakitan memagangi kepalanya. Dan dengan tidak berdosa Rio hanya diam saja dan pura-pura tidak tau apa-apa.
“Sialan loe Yo. Sakit banget tau gak . .”
Kici jangan peduliin suara gak jelas ya. Itu hanya orang gila”ujar Rio santai masih membelakangi Alvin.
“Enak aja bilang gue orang gila”
“Emang gue nyindir loe? Kok loe ngerasa sendiri”balas Rio dengan penuh kemenagan. Alvin mengumpati Rio.
“Aissh. .. Dasar perjaka tua loe”teriak Alvin dan langsung ngeloyor keluar dengan gerak cepat.
“Sialaannn kodookk sipitttt”gemas Rio.
“Awas aja loe nanti. Gak selamat loe”serah Rio penuh kedendaman.
*****
Semenjak menjadi King dan Queen nama Adel dan Iqbal begitu terkenal di SMP ARWANA. Bahkan tak jarang Adel dikerubungi banyak orang yang hanya ingin meminta tanda tangannya.
“ bal  . Bal .. “panggil Adel.
“Kenapa ?”
“Loe mau kemana ?”
“mau ke kantin “
“Bareng boleh ?”Iqbal mengernyitkan kenignya sebentar.
“Males gue kalau ada gossip lagi”serah Iqbal. Ia berjalan tanpa pamit meninggalkan Adel. Adel melengos saja. Memang ini salahnya. Sejak 4 hari yang lalu banyak gosip beredar bahwa Iqbal dan Adel telah berpacaran. Dan kakak-kakak kelas cowok begitu saja menyerbu Iqbal dengan berbagai ancama tidak jelas.
Iqbal duduk manis di pojok Kantin. Ia sudah memesan satu minuman. Ia duduk sendirian disana. Tanganya memainkan ponselnya. Iqbal mendengus bebarapa kali melihat layar ponselnya.
“Siapa sih sebenarnya loe ?? tiap hari masih sms gue. Tapi loe gak pernah nunjukin diri loe. “serah Iqbal lemas. Ia sampai saat ini belum menemukan sosok pengangum rahasianya tersebut. Iqbal sangat dan sangat penasaran. Bahkan bisa dibilang mungkin dirinya sudah menyukai pengagum rahasianya itu, yang setiap hari memberikan perhatian kepadanya layaknya pacar.
Mata iqbal tersorot kearah luar kantin. Ia melihat 3 cewek berjalan kea ah kantin sambil tertawa renyah. Iqbal menatap cewek yang berada ditengah diapit oleh 2 cewek lainnya.
Rik .. Rik .. kesini .. “Seorang gadis yang sudah duduk dikantin melambaikan tangannya kearah gadis yang dilihat Iqbal itu.
“Iya bentar yaa . . “sahut gadis itu. Ketika ia melangkahkan kakinya kedalam. Pandangan matanya tak sengaja bertemu dengan mata Iqbal. Gadis itu menyibakkan poninya pelan yang menutupi wajahnya akibat angin. Ia tersenyum sangat manis kepada Iqbal. Entah apa arti senyum itu Iqbal tak mengetahuinya. Ia masih diam menatap gadis itu.
Rik . .loe traktir kita dong”
“Ogah . gue gak punya uang. Hahah . .haha”
Iqbal masih saja melihat kea rah gadis itu tanpa henti. Gadis tersebut adalah kakak kelasnya sendiri. Ia tak pernah bertemu dengan gadis tersebut namun nama gadis itu pun sangat terkenal di sekolahnya ini. Dengar-dengar gadis tersebut adalah gadis terpintar di SMP ini. Dimana gadis itu selalu mendapatkan prestasi yang sangat membangakan.
“Sepertinya gue kenal . . wajahnya sangat familiar sekali . . “lirih Iqbal tanpa mengalihkan perhatiannya.
*****
11.00 SMA ARWANA

Felly dan Ryn menghelas nafas panjang. Mereka duduk berhadapan di perpustakaan. Buku yang berada didepan mereka kini mengaggur sudah 2 buku yang tak menggiurkan untuk dibaca.
“Gue kangen sama Kici . .”lirih Felly lemas. Ryn mengangguk-anggukan saja perkataan Felly. Meskipun dirinya belum kenal Kici begitu lama namun entah menagap ia sangat nayam ketika berteman dengan Felly dan Kici.
“Gak ada lagi suara menyeramkan dia. Gue bener kangen sama dia “Felly hampir menangis kembali. Ia merasakan begitu kehilangannya sahabtnya tersebut. Berita komanya Kici tidak ada yang tau. Felly hanya menyerahkan sebuah surat izin palsu menandakan bahwa Kici sedang pergi keluar negri dengan tantenya. Dan di dalam surat tersebut mengatakkan bahwa tidak ada yang boleh tau tentang kepergiannya.  Felly langsung saja menyerahkan ke kepala sekolah. Karena Felly yakin kepala sekolah akan menuruti kata-kata Felly dengan ancaman nama Kici. Felly sendiri tidak tau kenapa kepala sekolah SMA ARWANA begitu takut dengan Kici. Tapi bisa dibilang bukan hanya kepala sekolah saja namun seisi sekolah ini pun sangat takut dengan Kici yang sangat menyeramkan itu.
Fel jangan nangis, Kici pasti sembuh kok. Dia pasti sadar “balas Ryn pelan. Ia mencoba meyakinkan Felly.
“Sudah satu minggu lebih Kak Ryn. Dan dia masih saja seperti itu gak ada perkembanganya
“Sampai kapan coba ?”
“Semuanya sudah diatur sama yang dia atas. Kita hanya bisa mendoakanya saja Fel . tenang  ya . “Felly mengangguk-anggukan kepalanya . menyetujui saja kata-kata Ryn tersebut.
*****
Rio mengambil baskom berisikan air hangat. Ia perlahan mengusapi wajah Kici dengan kain bersih yang sebelumnya telah ia celukpan kedalam baskom itu. Dengan perlahan dan cekatan Rio merawat kekasihnya ini. Tak membiarkan kotoran sedikit pun menempel pada wajah Kici.
“Sudah satu minggu ya . . “lirih Rio. ia menghela nafas panjang. Tangannya masih saja membasuh wajah Kici dengan begitu lembut. Sorot mata Rio yang penuh kelelahan masih saja ia pertahankan untuk kekasihnya ini.
“Gue akan terus menunggu lo . Jadi loe semangat buat bangun ya. Gue tetap disini sampai kapan pun sampai loe sembuh. Tiap hari gue berdoa supaya loe cepat bangun”
“Dan gue yakin loe pasti akan cepat bangun. Iya kan?”
Rio menaruh kain tersebut di dalam baskom. Setelah itu membenahkan selimut Kici. Gadis itu benar-benar diam sekarang. Masih tak bergerak sama sekali. Semuanya merindukan dia. Sangat dan sangat merindukannya.
Rio merasakan sedikit lapar. Ia pun memilih untuk meninggalkan Kici sebentar. Rio berjalan pergi keluar menuju kantin rumah sakit yang lumayan tak jauh dari kamar rawat Kici.
******
Jam 8 malam. Ryn, Felly, Alvin Iqbal dan juga Rio masih berkumpul di kamar rawta Kici. Mereka semua mencoba menghibur diri sendiri dengan saling bercanda. Dan sisi kasur masih terbaring sosok gadis yang begitu manis. Gadis yang tak kunjung sadar sampai saat ini.
Hey Semua Menunggumu Bodoh!! Bangunlah!!

“Kak Bukannya loe mau ke eropa ya?”tanya Felly ke Rio . Rio yang sedang asik mantengin laptopnya menghentikan pekerjaannya sebentar.
“Gue batalin”
“Kenapa?”
“Gak usah gue jawab loe semua pasti tau jawaban gue kan?”ujar Rio datar. Namun mendengar jawaban Rio yang seperti itu saja yang lainnya sudah tau pasti apa yang dimaksud oleh Rio.
“Jadi? Kalau loe gak jadi ke eropa? Loe di Indonesia terus dong??”:tanya Ryn kali ini.
“Gak juga sih. Seminggu sekali mungkin gue ke eropa”
“Oh ya . kakak loe jadi ke Indonesia gak shil?”tanya Rio mengalihkan topik pembicaraan.
“Jadi sih katanya. Tapi diundur. Yah, gara-gara loe gak jadi ke eropa. Jadinya dia kan yang loe suruh ngurus perusahaan disana”
“Oh iya. Lupa gue”
“Bal. Loe udah kasih tau papa loe?”tanya Rio lagi. Iqbal yang sedang asik main PSP langsung gelagapan sendiri.
“Loe tadi bilang apa kak?”alibi Iqbal pura-pura tidak mendengar perkataan Rio.
“Loe udah hubungin papa loe tentang kondisi Kici ini?”tanya Rio sekali lagi.
“Itu kak. . itu . . eee . .  ee . . . “
“Ngomong yang jelas”serempak Felly, Ryn dan Alvin.
“Belum kak”jawab Iqbal dengan wajah tak enak.
“Hah?jadi papa loe gak tau kalau Ify koma??”kaget Alvin kali ini.
“Papa loe di eropa kan?”tanya Felly yang memang tau dimana papanya Kici berada namun sama sekali tak pernah bertemu.
“Iya”
“Kenapa loe gak ngehubungi papa loe? Sekarang telfon dia”suruh Rio yang sedikit kesal.
“Gak usah deh”tolak Iqbal.
“Loe gila apa? Kalau Papa loe khawatir gimana?”
“Udah itu urusan gue”jawab Iqbal.
“Mana nomernya? Gue yang akan bilang”potong Rio. Iqbal semakin bingung sendiri.
“Gak perlu kak. Kak Kici yang ngelarang gue”Semuanya langsung membelakakan mata mereka.
KICI? Kapan? Kici udah sadar?”tanya Felly berbondong-bondong.
“Enggak. Dulu sangat dulu sekali. Dia berpesan kalau ada apa-apa dengan dirinya gue diharamkan menghubungi papa”
“Kenapa ?”
“Gue gak perlu jelasin loe semua pasti ngerti sendiri kan maksud gue ?”jawba Iqbal sama persis menirukan perkataan Rio sambil melirik tak enak Ke kasur Kici. Rio, Alvin, Ryn dan Felly mengarah ke arah sosok gadis yang terbaring di kasur itu lantas mereka semua mengangguk-angguk mengerti.
“Tapi seenggaknya kan biar papa loe gak khawatir bal”
“Gak tau deh gue kak. Gue masih binggung mau ngehubungin papa gue apa enggak”
“Mangkanya biar gue yang bilang”keukeuh Rio. Iqbal menggelengkan kepalanya lagi dengan wajah yang kebingungan.
“Pokoknya gue gak mau tau! Loe harus telfon papa loe”paksa Rio.
“Iya. Iya. Nanti gue telfon”serah Iqbal pasrah, namun dalam hatinya ia masih tak yakin.
“Sipp. Awas loe kalau enggak. “
“Maksudnya Rio itu ya bal, biar bisa ketemu sama mertuanya. Gitu . . “ujar Alvin dan tepat sekali langsung mendapat jitakan dari Rio.
“Awwwwww”
“Loe sekali lagi ngomong gak jelas gue tendang loe”ancam Rio
“Iya iya yo. Ampuuunnn . . . “
“Loe yakin mau nemuin Papa gue kak? Gue aja ragu kalau papa setuju kak Kici jadian sama cowok”gumam Iqbal pelan. Namun masih dapat terdengar oleh yang lainnya.
“Maksud loe Kici gak boleh pacaran ?”tanya Ryn yang ingin tau sekali.
“Gak juga sih. Tapi kak Kici kan anak cewek kesayangan papa banget”
“mangkanya gue takut kalau papa sampai tau kalau kak Kici koma. Bisa. Bisa mati dibunuh gue sama papa”
“Gue yang bilang ke papa loe bal”ujar Rio mencoba menenangkan Iqbal. Namun bukan ketenangan yang didapan malah ketekutan semakin berlebih.
“Loe gak kenal papa gue. Jadi gak perlu deh kak. Gue aja yang bilang. Seenggaknya papa gue juga gak akan bunuh gue beneran kok”
“Yaudah terserah loe aja”
Mereka semua berbincang-bincang kembali. Membahas dari hal terpenting sampai hal yang sama sekali tidak penting. Mereka semua terlihat semakin akrab. Tawa canda membahana disana. Meskipun hati mereka semua terus berdoa agar gadis manis yang terbaring itu bisa cepat sadar.
“Kalian nginap disini atau pulang?”tanya Rio.
“Gue pulang aja Yo .”ujar Ryn.
“Gue juga “shaut Alvin dan diangguki oleh Felly.
“Yaudah lagian ini juga suda jam 11. Besok kalian ada sekolah sama kuliah kan?”
“Gak usah sok bijak loe. Besok loe juga ada kuliah tidur sana”sindir Alvin. Rio hanya menanggapinya datar saja.
“Iya. Iya terserah loe semua aja deh. Udah cepat sana pulang”
“Ngusir nih ceritanya ?”
“Iya. Hussh hussshh”Felly, Alvin dan Ryn mulai memberesi barang-barang mereka dan pamit untuk pulang.
“Kita pulang dulu Yo. Jagain Kici ya”pamit Ryn.
“Kak nitip Kici ya “lanjut Felly. Rio menganggukkan kepalanya.
“Jangan smapai jadi dua ya “bisik Alvin sambil menunjuk ke arah Kici setelah itu Alvin langsung mendapat tatapan mematikan dari mata tajam Rio.
“Canda canda yo . .”lanjut Alvin sedikit takut dengan tatapan Rio.
“Hati-hati kalian semua”ujar Rio tak begitu mempedulikkan candaan alvin tadi. Mereka bertiga pun sudah keluar dari rumah sakit untuk beranjak pulang.
Kini dikamar rawat ini hanya tinggal Rio, Kici dan Iqbal. Rio menatap Iqbal yang sudah pulas tertidur. Matanya ia putar kembali untuk menatap Kici. Perlahan Rio menghampiri kekasihnya itu. Masih sama seperti hari-hari berikutnya. Kici tetap seperti itu. Rio membelai lembut tangan Kici.  Mencoba menyunggingkan senyumnya.
“Semua menunggumu Bodoh. Ayo bangun. . . . .”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar