Senin, 06 April 2015

DELOV part 4 ~ Memory of Princess’s Devil – 1 ~



DEVIL ENLOVQER – 4
~ Memory of Princess’
s Devil – 1 ~

Derap langkah gadis ini terdengar menyeramkan. Jangankan caranya berjalan. Auranya dari jauh saja dapat terasakan dan membuat semua orang yang melihatnya hanya bisa menatap ngeri ketakutan. Kici memasuki gerbang sekolahnya . Seperti biasa di telinganya terpasang earphone beserta permen karet yang selalu ia kunyah. Baru selangkah menginjakkan kakinya langkah gadis ini langsung terhenti. Melihat pemandangan yang membuat dirinya penasaran sendiri. Ia pun mendekati sumber pemandangan yang menarik untuknya.
“ Ngapain lo pakek kursi roda?”tanya Kici kepada Felly yang baru saja turun dari mobil dan dibantu oleh Seorang cowok yang tak lain adalah Alvin.
“ Kemarin gue ngalamin kecelakaan dikit”jawab Felly membenahkan posisinya. Kini pandangan Ify tertuju pada cowok yang berdiri di samping Felly dan memberikan tas kepada Felly.
“ Siapa ? Supir baru lo ?”ujar Ify ceplos-ceplos. Alvin memelototkan matanya. Felly merutuki kata-kata sahabatnya ini . Ia memukul lengan Kici dengan kasar.
“ Aww. . sakit bego”ujar Kici mengelus lengannya.
“ Gue Alvin.. .”ujar Alvin mengenalkan dirinya kepada Kici. Sedetik kemudian Kici tersenyum sinis ke cowok ini.
“Ada yang tanya ?”Alvin semakin membelakakan matanya. Sedangkan Kici langsung saja mendorong kursi roda Felly dan memasuki sekolah mereka dengan senyum puas. Pagi-pagi dirinya sudah mendapatkan mangsa yang bagus.
“ KAK ALVIN SORRY. SAMPAI NANTI”teriak Felly berusaha agar Alvin mendengar nya. Namun Alvin masih melongo dengan kejadian barusan. Baru kali ini dirinya diperlukan Seorang cewek seperti itu bahkan ini adalah gadis SMA.
Kici masih santai mendorong kursi roda Felly. Sedangkan Felly terus mengomelinya sepanjang lorong. Dan sebanyak apapun omelan Felly. Sebanyak apapun ceramahan Felly tak akan dipedulikan oleh Kici. Karena dalam hidupnya Cuma da 6 hal yang penting. Dan loe semua tau kan apa 6 hal itu.
“Udah ngomelnya?”serah Kici. Kini mereka berdua sudah berada di kelas Ujian Felly.
“Lo dengerin gue gak sih Christy.!! Itu tadi tem. . . “
“ Gue gak dengerin dan gak penting untuk gue dengerin. “serah Kici. Sivia mendengus kesal lagi.
“ Good Luck Felly sayang . . “ujar Kici datar dengan nada meremeh. Setelah itu ia meninggalkan Felly yang semakin kesal dengannya .
“ Susah ngomong sama setan. Dia makan apa sih dirumah ? kembang 7 rupa? Beling? Apa jangan-jangan makan manusia. Ngeri gue”gidik Felly kedirinya sendiri. Setelah Kici benar-benar tak terlihat dari pandangannya. Felly lantas masuk kedalam kelasnya. Ia mencoba mempelajari mata pelajaran untuk ujian hari ini.
*****
Soal chemistery dan English dikerjakan dalam waktu yang begitu singkat. Setelah menyelesaikannya,
Kici langsung meninggalkan sekolah. Ia tak menunggu siapapun untuk keluar dari kelas terutama Felly. Hari ini otaknya sedikit penat dan juga moodnya sedang masa labil. Ia pun memelih untuk jalan-jalan disekitar kompleks ARWANA.

“Dunia sungguh mengharukan. . “serah Kici sambil merentangkan tanganya. Ia sudah berdiri didepan gernbang sekolahnya. Ia mengedarkan pandangannya sebentar.
“Kemana ya?”fikirnya. Disebelah kanan ia dapat melihat sekolah SMP dan disebelah kirinya ia dapat melihat Kampus ARWANA yang menjulang tinggi dan sangat besar.
“Ke kampus deh. Mungkin aja ada yang bisa gue kerjakan disana. Atau mungkin nanti gue milih kuliah disini. “ujarnya. Kici mulai menjalan kakinya untuk menuju kampus tersebut.
Kici terus berjalan dengan memakai seragamnya. Seragam dalam putih ditambah sebuah blezer pendek berwana Hijau sangat tua dan roknya yang berwana silver kotak-kotak. Itulah seragam kebanggan dari SMA ARWANA. Dengan langkah pasti Kici mulai memasuki kawasan Universitas ARWANA.
“ Sudah lama juga gue gak kesini”serah Kici dan ia tetap berjalan kedalam. Dengan tas punggungnya yang ada di belakang punggungnta.
“ Ahh. . .”Kici berhenti sejenak. Ia merasa ada yang kurang. Segera Kici mengambil satu permen karetnya dan memakannya, lalu Ia kenakan earphonenya seperti biasanya. Setelah itu ia melanjutkan jalannya lagi.
Semua mata menatap Kici dengan sedikit aneh. Mereka semua mungkin heran heran dengan kedatangan anak SMA ARWANA tiba-tiba datang ke kampus mereka. Dan masih lengkap menggunakan seragam SMA ARWANA
“ Gak pernah lihat anak SMA jalan apa ? norak banget”gidik Kici yang gak tahan juga dilihat seperti itu disetiap jalan lingkup Universitas ARWANA. Namun Kici masih dengan percaya dirinya terus berjalan saja. Menikmati pemandangan yang menarik di universitas ini.
*****
11.00 Perpustakaan Universitas Arwana

“Bantuin gue kek:”
“ Ogah. . gue sibuk. Habis ini gue mau ngambil nilai gue”
“Ayolah Yo. . “
“Ini masih pelajaran dasar kan Vin.”
“Males ah. 1 jam lagi gue harus cabut nih”
“Mau kemana lo.?”
“Ada deh. Pertanggung jawaban gitu”
“Maksaud lo??”
“Lebih baik lo tatap buku gue. Bantu gue ngerjainnya. Okee”
Rio hanya bisa mendengus kesal karena tingkah sepupunya ini. Dari tadi Alvin terus memaksanya untuk mengerjakan soal Anatomi dasar yang diberikan dosen Alvin. Dan sikap Alvin yang selalu malas dan keseringan bergantung dengan Rio itulah yang membuat Rio sangat jengkel kepada sepupunya satu ini.
“Lo ngapain ngelihatin gue doank? Kerjain juga!”bentak Rio. Dengan wajah malasnya Alvin pun ikut mengerjakannya.
“Lo tuh bisa Vin. Cuma otak loeyang keduluan malasnya”
“Gak usah ceramah. “
“Gue gak ceramah .”
“Iya gue tau. Lo ngenasehatin kan”
“Susah ngomong sama lo”:
“:Kayak gue gak susah aja ngomong sama lo Yo.”Rio diam sejenak. Meletakkan bolpennya . lalu menatap Alvin dengan tajam.
“Sekali lagi lo nyahut terus kayak sepur gue lempar lo dari lantai 3”ancam Rio. Alvin yang mendengar gertakan Rio dan melirik tatapan tajam Rio lantas milih ngangguk-ngangguk nurut. Ia sangat takut jika Rio sudah memanacarkan aura seperti ini.
“Serem gue yo”gidik Alvin. Namun Rio tak menanggapinya. Ia masih meneruskan melanjutkan soal Alvin.
Hampir 1 jam mereka mengerjakan soal-soal tersebut. Akhirnya selesai juga. Rio merentangkan tangannya sebentar. Mencari kelonggaran sedikit untuk menghempaskan nafasnya dan badanya. Begitu juga Alvin segera memberesi semua bukunya.
“ Akhirnya selesai juga. . “dengus Alvin melegah. Ia kemudian duduk lagi lantas menatap Rio.
“Thanks banget Sob, tanpa bantuan lo gue gak bisa apa-apa”ujar Alvin sok dramatis.
“Sab Sob Sab Sob. Berasa Adik lo aja”desis Rio tak enak. Alvin hanya membalas dengan cengiran khasnya.
“Cabut yuk”ajak Rio. Ia menarik tasnya lantas berdiri. Alvin pun mengikutinya.
“Katanya lo mau ngambil nilai?”ujar Alvin mengingatkan.
“Tanggung. Besok aja. Lagian gue mau ke kantor ada rapat”jelas Rio. Ia dan Alvin berjalan keluar dari perpustakaan.
“Rapat mulu kerjaan lo. Tapi gue salut sama lo Yo. Meskipun lo kerja diperusahaan tapi semua nilai-nilai lo diatas rata-rata. Otak lo memang gak diragukan lagi”
“Yaiyalah . .”
“Iya. . gak diragukan Gilanya . .”lanjut Alvin. Setelah itu ia langsung mengambil langkah secepatnya berlari dari Rio sebelum makhluk itu akan membunuhnya hidup-hidup.
“BERHENTI LOO!!!!”teriak Rio. Ia pun mengejar Alvin dengan kecepatan lari penuh.
Alvin ketawa lebar dan masih terus berlari. Dan Rio juga masih dibelakang untuk mengejar Alvin. Mereka seperti anak kecil yang bermain kejar-kejaran. Anak-anak yang ada disekitar sana hanya dapat geleng-geleng saja. Karena pemandangan seperti ini bukan langkah lagi namun selalu bahkan sering terjadi.
BRAAAAAKKKK
“Awww. .”ringis dua orang ini. Dari kejauhan Rio yang masih berlari tiba-tiba tak dapat mengerem kakinya untuk berhenti. Dan untuk kedua kalinya,
“ARRRRGGGGHHHHH . . “teriak dua orang tersebut.
BRAAAAAKKK
“Awwwww”suara ringisan terdengar lagi. Alvin yang masih memegang kepalanya karena sakit tertabrak barusan seketika langsung terbenggong . Ia melongo menatap pemandangan yang ada di depannya. Bukan hanya Alvin saja,bahkan orang-orang disekitar kejadian tersebut langsung berhenti berjalan dan mengalihkan wajah mereka kedua orang yang sedang menjadi tontonan ini.
1 detik
2 detik
3 detik
*****
12.00 Universitas ARWANA
Kici terus saja berjalan. Pandanganya ia alihkan ke samping kanan, dimana terlihat jembatan buatan yang sangat bagus dan dibawahnya juga terdapat sungai buatan. Sungguh memanjakan matanya siang hari seperti ini.

BRAAAAAKKKKK
“Awwwww”ringis Kici dan juga seorang cowok yang telah menabraknya. Kici yang tak fokus dengan jalan didepannya menyebabkan ia tak tau ada seorang cowok yang sedang berlari ke arahnya. Cowok tersebut juga tak menatap ke arah depan dan menyebabkan mereka berdua tabrakan. Kici langsung terjatuh begitu juga cowok tersebut yaitu Alvin.
“Sakit banget . . “dengus Kici. Ia mengelus dahinya yang sedikit sakit. Namun belum sampai disitu nasib sial Kici. Ia mendongakkan wajahnya dan melihat seseorang lagi yang jugha berlari kearahnya. Kici masih diam disana menatap orang tersebut yang masih terus berlari dengan wajah paniknya. Dan orang tersebut lama kelamaan dekat dengan tempat dirinya terduduk saat ini.
“Hah?”Kici masih melongo saja disana. Ia tidak bergeming sedikit puns ampai akhirnya ia merasakan suara hantaman keras dan menyebabkan dirinya terjatuh terbaring
BRAAAKKKK
“Aww,. . “ringis Kici kembali. Ia memejamkan matanya kerana merasa kepalanya terbentur sedikit keras dan Ia juga merasa sedikit pusing. Namun tak menunggu lama Kici dapat mengonrtol kesadarannya. Namun Kici meraskan tubuhnya sangat berat. Ia merasa ada yang menindihinya saat ini. Namun bukan itu saja. Kici merasakan ada suatu kejanggalan.
Kici merasakan nafas hangat dekat dengan wajahnya, ia juga dapat merasakan ada yang menempel di bibirnya. Dalam sekejap Kici pun langsung membukaka matanya. Dan betapa kagetnya ketika Kici melihat apa yang ada dihadapannya itu.

“ARGHHSSSS”teriak Kici dan menjauhkan badan orang tersebut dari dirinya.
“Najis. Najis. . .Najis. Najis”gidik Kici sambil mengelap mulutnya dengan ganasnya. Sedangkan cowok tersebut yang tak lain adalah Rio masih berusaha mengontrol kesadarannya. Kepalanya masih sedikit pusing.
“WOY SIALAN LO !!”bentak Kici. Ia segera berdiri dan merapikan roknya saat itu juga. Kici lantas berjalan mendekati Rio.
“LO???”kaget Ify menatap Rio yang kini tepat dihadapannya.
“Ckk. . . . OTAK MESUM”bentak Kici . Namun Rio masih tak bergeming sedikit pun. Rio sibuk memegangi kepalanya dengan sedikit mengoyah-goyahkan kepalanya yang masih pusing. Kici semakin mendengus kesal penuh emosi karena Rio tak segera minta maaf kepadanya atas kelakuaanya tadi.
PLAAAAKkkk
“Awww . . .”kini kepala Rio semakin sakit.Kici memukulnya dengan sepatu kets yang dipakai oleh Kici. Rio langsung mendongakkan kepalanya.
“LO . . . .”desis Rio tak sebeguitu kencang. Namun wajahnya kaget melihat Kici yang ada didepannya.
“APA? HAH? Minta maaf gak lo . .HAH? Brengsek tau gak sih Lo!!”teriak Kici penuh emosi. Rio menatap Kici binggung. Jujur ia belum mengingat apa yang batu saja terjadi.
“Mulut lo bisa diam gak?”desis Rio tajam. Ia pun mulai beranjak untuk berdiri. Dan menatap Kici balik dengan tajamnya.
“OTAK MESUM!! COWOK SIALAN!! “bentak Kici untuk kesekian lainnya. Rio melototkan matanya, Ia mendecak dengan tatapan merendahkan kepada Kici.
“Lo yang Cewek sialan!!”
“APA LO BILANG?LO TUH YANG COWOK SIALAN.”tangan Kici menunjuk tepat di wajah Rio., Ia meluapkan semua emosinya.
“Lo tiba-tiba lari dihadapan gue, nabrak gue seenaknya dan . . dan .. dan. . . “
“Dan APA? HAH??”Kici menurunkan tanganya. Ia tak bsia meneruskan kata-katanya. Kici menunduk dengan sangat geram. Ia merasa dilecehkan karena Rio tak merasa telah berbuat suatu kesalahan besar kepadanya.
“Aisshh. . Gue akan bikin perhitungan sama lo. MATI LO!”ujar Kici penuh penekanan. Ia segera mengambil tasnya yang tergeletak tanpa berdosa dan meninggalkan tempat tersebut yang sudah dikerubungi banyak manusia-manusia kampus.
“Dasar Cewek Gilaaa “desis Rio, ia mengelus kepalanya lagi yang terasa sakit kembali.
“Lo yang gila deh yo . . “ujar Alvin syok dengan kejadian tadi. Bahkan untuk berdiri sepertinya dia belum mampu.
“Gue?”ujar Rio bingung sambil menunjuk dirinya sendiri.
“Iya Lo Yo. . “serempak semua orang yang masih ada disana. Rio pun menjadi semakin binggung.
“Lo gak sadar? Apa pura-pura gak sadar?”tanya Alvin memastikan.
“Maksud loeapa sih?”Alvin dengan ragu menyentuh bibirnya. Seolah-olah mengingatkan kejadian yang baru saja dilihatnya. Rio mengernyitkan kening sesaat menatap Alvin yang seperti itu. Namun tak butuh berapa lama, ekspresi wajah Rio langsung berubah menjadi syok sendiri,.
“Goblok . .”desis Rio sangat pelan. Tanganya memukul dahinya sendiri. Ia ingat sekarang apa yang barus saja terjadi dengan dirinya.
“Pantasa saja setan bodoh itu marah-marah.. “serah Rio yang masih kesal sendiri.
“Gue ciuman sama dia?”tanya Rio ke Alvin tanpa suara. Namun Alvin dapat mengartikan ucapan Rio tersebut meskipun tak ada suara sedikit pun yang keluar dari mulut Rio.
“ Iya . .”balas Alvin sambil nyengir, Rio menggelengkan kepalanya.
“Sumpah sama dia?”tangan Rio kini menjuk dimana arah Ify meninggalkan dirinya tadi.
“Iya. “jawab Alvin sekali lagi dengan menunjuk ke bibirnya.
“ARGGHHSSSSSSSS . . .”teriak Rio begitu kacau sambil mengacak-acak rambutnya. Ia terlihat seperti orang frustasi. Orang-orang sekitar yang takut juga denganw ajah Rio sekarang segera bubar dan meninggalkan tempat kejadian menegangkan tersebut.
“Gue kayak kenal deh sama dia”ujar Alvin. Ia berdiri dan mendekati Rio yang terlihat masih frustasi sendiri.
“lo mending masih mungkin kenal?kalau gue gak kenal lagi Vin. . “desis Rio serasa ingin bunuh diri saat ini juga.
“Ahhh . . seragamnya tadi anak SMA ARWANA kan yo? Oh ya? Dia temannya Felly Yo. Dia anak jutek yang buat gue makan ati pagi-pagi tadi Yo”Alvin malah curhat gak jelas, tanganya ia taruh dibahu Rio dengan wajah seolah-olah baru mendapat pencerahan. Rio menolehkan wajahnya ke Alvin. Tatapanya seperti meremehkan orang di sampingnya ini.
“ Dia adalah Setan yang sekarang jadi tetangga rumah gue. Dia gak judes lagi. Tapi menyeramkan.. .”ujar Rio tajam . Alvin dapat mendenarnya dan suara Rio tersebut benar-benar membuat semua buluh kuduknya merinding.
“Pantes ya yo. ! . pantes banget . . “serah Alvin dengan wajah sedikit ketakutan. Ia menurunkan tanganya dari bahu Rio.
“Tatapanya tadi ke loe. Itu tatapan? Tatapan? . .mmmm. . Pingin bunuh lo. . iya pingin bunuh lo Yo . “ujar Alvin yang sudah bertatapan dengan Rio. Kata-kata Alvin tersebut hanya bisa membuat Rio melean ludah dalam.
“Makasih ya Vin. Atas informasi lo”sinis Rio dan segera meninggalkan Alvin yang masih syok dengan kejadian barusan. Bahkan saat ini ia menjadi binggung sendiri harus ke mana.
*****
13.30 Halte Bus
Berbagai macam cacian masih terlontar dari mulut
Kici. Ia berjalan terus-terusan mengusap mulutnya, kejadian hari ini benar-benar membuat emosinya sudah diujung ubun-ubunya. Kejadian memalukkan seumur hidupnya. Dan kali ini berhubung dengan “first kiss”.nya. dan ciuman pertamanya telah diambil oleh “ORANG YANG INGIN SEKALI IA BUNUH SEDARI KEMARIN”.

“ARRGGSSSS”teriak Kici sangat frustasi.
“Demi apa gue akan bikin perhitungan dengan orang itu. Gue akan sobek mulutnya. Gue akan Injek tubuhnya. Bahkan kalau bisa Gue bunuh dia”ujar Kici meluapkan unek-uneknya. Emosinya yang tak terkendali tersebut menyebabkan dirinya tak sadar bahwa dirinya sekarang berada di halte bus. Dan orang sekitar yang menatap Kici seperti itu langsung mengurungkan niatnya untuk menunggu bus datang. Mereka semua segera pergi dengan wajah ngeri sendiri.
Bus yang menuju daerah rumah Kici akhirnya tiba dan sekarang berada di depan Kici. Gadis ini pun segera naik kedalam bus. Wajahnya masih penuh emosi. Ia tak peduli dengan penumpang lainnya yang sepertinya takut melihat wajahnya seperti itu. Kici mengedarkan pandaganya mencari tempat kosong. Akhirnya ia menemukan tempat duduk kosong yang ada paling belakang. Kici segera berjalan kesana dan duduk disana.
Kici merebahkan tubuhnya. Wajahnya ia alihkan ke luar jendela. Kejadia baru saja itu masih terus membayang di otaknya. Dan membuat dirinya menjadi frustasi sendiri.

“Bisa Gila Gueeee . . .”Ujar Kici sangat geram. Namun ucapannya itu i pelankan. Ia tak mau dianggap gila beneran oleh penumpang lainnya.
“Awas aja lo!!:”
******
Kici segera membuka pintu. Dan menutupnya dengan satu gebrakan hebat. Orang seisi rumah yang terdiri dari Iqbal yang sedang asik bermain PSP. Putihnya dan juga 2 pembantu yang baru saja tiba dirumah Kici setelah seminggu pulang kampung langsung terpelonjak kaget. Semuanya mengelus dada mereka agar tak pingsan saat ini juga.
“Tuh anak kenapa sering ngebanting pintu sih? Sejak kapan Pintu berubah jadi bahan pukul”gidik Iqbal. Memang akhir-akhir ini Ia sering melihat kakanya yang uring-uringan dan hampir tak pernah tersenyum. Selalu saja pulang dengan wajah lipatan dan penuh emosi. Dan semua itu semenjak adanya tetangga baru didepan rumah mereka.
“Papa gak ada niat beliin gue rumah gak ya ? demi apa gue pingin pindah dari sini. Gue masih pingin hidup ya tuhan. Masih pingin banget”serah Iqbal dan mengelus-ngelus dadanya untuk kesekian kalinya.
*****
15.00 “ kamar
Kici dan kamar Rio”

Satu sekat yang memisahkan mereka. Terlihat kedua manusia ini membuka pintu kamarnya dengan wajah tak bisa digambarkan. Bahkan keadaan mereka pun sangat berantakan sekali. Rio dan Kici berjalan menuju kasur masing-masing yang ada di kamar mereka masing-masing. Mereka langsung melemparkan tas mereka ke sembarang tempat. Suara jatuh dari tas tersebut mengambarkan bagaimana keadaan otak mereka saat ini. Mereka berdua segera merebahkan badan mereka ke atas kasur yang terasa empuk. Terasa sangat nyaman sekali dan membuat fikiran mereka berdua setidaknya sedikit mendingan.
Mata mereka terpusat pada langit-langit dinding. Dan belum terhitung 1 menit sejak mereka menatap langit-langit atap itu, bayangan kejadian tadi tergambar kembali di otak mereka. Rio bahkan Kici pun tak pernah menyangka kejadian tersebut akan terjadi.
“First Kiss gue . . “lirih mereka bersamaan. Tangan mereka merabah pelan bibir mereka sendiri. Wajah mereka terlihat layaknya orang paling sengasara di dunia ini. Dan rasanya ingin terbang saja dari bumi tercinta.
“KENAPA HARUS LOO!!!”teriak Kici dan Rio bersamaan dengan sangat sangat kencangnya. Rio dan juga Kici langsung terdiam seketika. Mereka berdua dapat mendengar bahwa bukan diri mereka saja yang berteriak dengan kata-kata itu. Segera mereka berdua beranjak berdiri dan berjalan keluar kamar. Mereka berdua mempercepat jalan mereka dan sesampainya di pintu rumah mereka. Kici dan Rio langsung keluar dari rumah masing-masing.
Tak ada yang membungkamkan suara sedari tadi. Hanya ada tatapan tajam dari dua makhluk ini. Bahkan tatapan Kici lebih tajam seperti ingin membunuh Rio.
“LOO . . . “desis keduanya penuh emosi. Kici dan Rio saling menunjuk,
“MATI LO!!”teriak mereka bersamaan. Setelah itu mereka membalikkan badan dan kembali kedalam rumah.
BRAAAAAKKK
Suara hantaman keras terdengar lagi. Bahkan kali ini bukan hanya di rumah Kici. Namun didalam rumah Rio. Untuk kesekian kalinya pun sesisi rumah Kici dibuat jantungan lagi gara-gara ulahnya.
“ Gue gak yakin pintu itu bertahan satu bulan biar tetap kokoh berdiri seperti itu . . “serah Iqbal dengan penuh dramatisnya sambil menatap malang pintu rumahnya.
“Bahkan bukan hanya pintu itu saja. Gue juga gak yakin kalau gue akan hidup sangat lama. Jantungan gue tiap hari .”
*****
19.00 Restoran Arta

Setelah hapir 2 jam berada dirumah sakit untuk mengontrolkan kaki Felly.Alvin dan Felly memilih untuk makan malam sebentar di salah satu restoran terkenal di Jakarta pusat. Restoran yang terkenal dengan suasana romantic dan juga pelayanan yang sangat baik dan membuat semua pengunjung akan nyaman berada disini.
Felly tak lepas mengedarkan pandangannya akan restoran ini. Baru pertama kalinya dia kesini dan begitu takjub dengan restoran tersebut.
“ Gak dimakan?”tanya Alvin menyadarkan Felly akan kekagumannya dari tadi.
“Eh. . “kaget Felly lantas mengalihkan pandangannya kearah orang yang ada di depannya ini.
“ Aku udah kenyang kok kak”jawab Felly dengan sopannya.
“Kamu besok masih ujian?”tanya Alvin membuka pembicaraan
“Iya. Besok ujian terakhir kok”
“Oh . . . . Semangat ya Felly !!”ujar Alvin dengan senyum charmingnya dan berhasil membuat Felly terasa melayang.
“Makasih kak”jawab Felly malu-malu. Wajahnya terasa sangat panas sekali.
“Oh ya. . ada yang mau gue tanyain?”ujar Felly dengan wajah seperti baru teringat sesuatu. Felly hanya mengernyitkan kening dan menunggu Alvin meneruskan kata-katanya.
“Cewek. .maksud gue. Teman loe kemarin yang ada di depan gerbang pintu. Itu siapa?”tanya Alvin. Entah mengapada saat Alvin menanyakan hal itu wajah Felly langsung berubah. Mungkin ada sedikit perasaan cemburu bahkan kecewa.
“Oh Ify. .”jawab Felly dengan nada malas.
“Oh namanya Ify, .. .”sahut Alvin sambil mengangguk-Angguk. Ia menyuapkan secuil daging ke mulutnya. Felly mengertakan giginya.
“Kakka suka sama dia?”tanya Fellyto the point, Alvin yang mendengar pertanyaan dari Felly seperti itu langsung tertawa ringan. Felly semakin binggung melihat ekspresi Alvin yang seperti itu.
“Lo kok bisa ngambil kesimpulan kalau gue suka sama Ify?”
“mmm. . mmm. . mmm. . kalau gak suka terus apa?”
“Gue Cuma pingin tau nama dia aja. Heran ada cewek seperti itu”ujar Alvin memamerkan wajah beridik ngeri teringat akan wajah Kici siang tadi.
“Lo aja heran kak. Gimana gue? Bertahun-tahun sama dia. Tekanan batin terus”sahut Felly dengan wajah pasrahnya.
“lo betah temenan sama dia?”tanya Alvin terkejut dan hanya bisa geleng-geleng.
“Betah banget. Meskipun dia seperti itu, tapi dia merupakan gadis yang luar biasa”
“Luar biasa?”Alvin mengernyitkan keningnya. Felly mengangguk mantap. Ia mulai membungkamkan suaranya lagi.
“Disaat semuanya menangis, dia akan tetap diam dengan wajah tenangnya. Disaat ada temannya susah dia yang akan pertama kali membantu meskipun tidak ditunjukkan secara terang-terangan. Dia gak pernah sedikitpun mengeluh dengan semua keadaan. Seberat apapun masalah yang ia alami. Dia selalu menjalani hidupnya seperti tanpa beban. Walau pun aku sendiri tidak tau sebenarnya didalamnya bagaimana? Rapukah? Atau memang sebenarnya seperti itu”jelas Felly. Alvin mengangguk-anggukan kepalanya mengerti akan maksud Felly.
“Kelebihan dia ada lagi . .”lanjut Felly.
“Apa?”
“Berantem. . “ujar Felly dengan nada puas.
“HAH? Berantem??”
“Dia pernah hampir membunuh 20 preman. Bahkan dulu kakak kelas koma gara-gara dia”
“HAH?”
“Bukan hanya itu saja. Dia gak pernah takut sama yang namanya mata manusia. Siapapun pasti dia lawan jika orang itu cari masalah dulu sama dia. Dia gak akan berantem kalau gak ada Api. Tapi sebenarnya dia anak baik kok. Iya mungkin anak baik. . “kata-kata terakhir yang terucap dari mulut Felly sebenarnya sedikit ia ragukan sendiri. Alvin pun hanya tersenyum remeh mendengar kata-kata tersebut.
“baik ? Dari hongkong . .”gidik Alvin
“Hahahahah. Tapi jangan salah. Otak anak tuh diatas rata-rata”
“Maksudnya dia anak pintar?”tanya Alvin meragukan.
“Ragu kan loe? Jangankan kakak. Guru-guru juga sebenarnya ragu akan kepintarannya. Sampai dia pernah harus mengulang ujian 3 kali gara-gara banyak guru yang gak percaya nilai ujiannya semuanya 100”
“Dia jenius?”
“Bukan jenius lagi. Gue gak pernah lihat dia belajar. Ujian 15 menit langsung keluar. Dan nilainya selalu diatas 90 keatas. “Kini wajah Alvin benar-benar tak percaya. Postur seperti Kici tidak menunjukkan sepertinya dia anak yang pandai.
“Dia paling pandai di SMA ARWANA”lanjut Felly.
“Dia manusia atau bukan sih? Ragu gue?”
“Gue juga dulu sempat berfikir kayak gitu. Tapi setelah lama gue temenan sama dia. Dia asli manusia kok kak. Real pakek banget!! Hahahaha”
“Waaooww”hanya satu kata tersebut yang dapat keluar dari mulut Alvin setelah men dapatkan cerita tentang Seorang Kici.
“Lah lo sendiri?”lanjut Alvin membuka topic baru. Felly  bingung dengan pertanyaan Alvin tersebut.
“Gue?”
“Mmmm. . biasa-biasa aja. Gak ada yang spesial. .”jawab Felly seadanya. Alvin manggut-manggut tersenyum menatap wajah gadis ini.
“Bagi gue lo sangat spesial .”ujar Alvin pelan. Namun dapat terdengar jelas di telinga Felly. Ia langsung menundukkan kepalanya. Merasa blushing dengan kata-kata Avin barusan.
“Hahahahaha . . lucu wajah loe kayak gitu”
“Ayo pulang aja .”ajak Felly yang semakin malu sendiri.
“Beneran mau pulang? Katanya kangen sama gue hahahah”
“Kak Alvin apaan sih. Ayo pulang”ajak Felly mulai merengek. Ia belum mendongakkan kepalanya.
“Oke oke. Kita pulang”serah Alvin. Ia berdiri untuk membayar makananya terlebih dahulu. Setelah itu kembali menghampiri Felly dan mendorong kursi roda Felly untuk keluar dari restoran tersebut.
******
21.00 Rumah
Kici

Iqbal menutup bukunya. Ia merasa sudah sangat cukup belajar mala mini. Ia melirik sebentar kea rah sofa depan televisi. Dimana kakaknya tertidur dengan tangan masih memegang remote Tv. Iqbal berdiri, ia mengambil selimut yang ada di sebelah sofa lantas menyelimuti kakaknya.
“wajah lo kayak mama kak”lirih Iqbal menatap lembut kakaknya yang sedang tertidur.
“Andai mama masih disini bareng-bareng sama kita. Pasti loe gak akan kayak gini kak”
“Gue tau. Loe pasti terluka gara-gara 4 tahun lalu mama meninggal kan? Dan loe jadi seperti ini? Gue ingin loe kayak dulu. Kak Kici yang gak dingin. Kak Kici yang feminim dan ramah kepada semua orang” Iqbal menghembuskan nafasnya sejenak. Fikirannya terbayang dengan kejadian 5 tahun yang lalu. Saat dirinya masih sangat kecil.
~~~~ FLASH BACK ~~~~~~
Kici  kecil dan Iqbal kecil. Dimana Kici masih berumur 12 tahun dan Iqbal berusia 7 tahun. Mereka berdua dia ajak oleh mama mereka berdua jalan-jalan ke pasar malam. Hanya mereka bertiga karena Papa mereka sedang ada lembur kerja. Sedangkan Kici merengek keras untuk pergi ke pasar malam dekat dengan rumah mereka.
Kici senang ?”tanya sang Mama saat mereka pulang kerumah setelah berpuas-puas di pasar malam. Kici menganggukkan kepalanya. Ditanganya ia memegang sebuah lolypop berukuran besar yang terus ia makan.
“iqbal juga senang?”
“Senang dong. “jawab Iqbal. Mereka berdua berjalan beririgan dengan posisi sang Mama yanga da ditengah mengenggam tangan mereka berdua.
“Mama sudah mengabulkan permintaan kalian kan. Sebagai gantinya kalian juga harus mengabulkan keinginan mama”
“Apa itu?”tanya Kici dan diangguki oleh Iqbal.
“Kalian harus ngebahagiaan Mama dan Papa. Harus jadi anak pintar. Harus jadi anak yang berguna bagi siapapun. Kalian tidak boleh mengecewakan siapapun. Mengereti?”
“MENGERTI”serempak Kici dan iqbal dengan senyum yang mengartikan janji mereka kepada mama mereka. Sang Mama tersenyum puas dengan jawaban anak-anaknya. Ia merasa tenang sekali saat ini.
Jam tangan kecil Kici menunjukkan pukul 21.00 malam. Dan kini mereka masih berjalan di samping taman. Dimana daerah ini sudah sangat sepi sekali. Saat itu tiba-tiba segerombol preman tiba-tiba datang dan menggerubungi Mereka bertiga. Iqbal dan Kici langsung ketakutan. Mereka berdua sembunyi dibelakang tubuh sang Mama.
“Kalian mau Apa?”ujar Mama Kici yang terlihat ketakutan. Preman tersebut berjumlah 6 orang.
“serahkan uang dan semua perhiasan kalian”
“Kami tidak punya uang”jujur Mama Kici. Yang memang tidak membawa apa-apa. Uangnya sudah habis untuk Kici dan Iqbal tadi dipasar malam.
“Jangan Bohong. Atau kalian semua aku bunuh”ancam salah satu preman tersebut. Ia mengeluarkan pisau dan pistolnya.Kici kecil mengintip apa yang ada dipandangagannya sekarang. Ia hanya bisa menelan ludah ketakutan melihat dua benda tajam tersebut.
“Mama Kici takut . “lirih Kici. Sang mama yang dapat mendengarnya semakin mengeratkan genggaman tangannya ke kedua anaknya itu.
“Lindungi adikmu Kici”gumam sang mama pelan. Kici menganggukkan kepalanya lantas menyeret Iqbal agar berada ditengah-tengah antara dirinya dan mamanya.
“Jangan apa-apakan anakku. Sumpah kami tidak punya apa-apa”
“Jangan Bohong !!”
“Aku gak bohong. Tolong lepaskan kami !!”
“Ahhhhh. . . dasar perempuan tidak berguna. . “
DOOORRRRRR
Seketika itu suara tembakan keras terdengar di telinga Kici. Ia dapat melihat jelas tembakan itu mengarah ke sang mama. Bahkan salah satu preman mendekati mama Kici dan menambahkan tancapan pisau kea rah perut mama Kici.
“ MAAAAAAAMMMMMMAAAA. . . “

Tidak ada komentar:

Posting Komentar