Senin, 06 April 2015

DELOV part 8 ~ Kamar rawat Kici ~



DEVIL ENLOVQER – 8
~ Kamar rawat Kici ~

“Ada satu pertanyaan gue “ujar Kici dengan tatapan yang serius kali ini. Meskipun raut wajahnya menunjukkan bahwa dia kesakitan dengan lukanya .
“ Apa?”balas Rio dan tetap fokus menangani luka-luka Kici tanpa membalas tatapan dalam dari Kici.
“Nam . . . .“
“Bagaimana loe bisa melakukan tadi?”tanya Kici, ia mengganti pertanyaan yang aslinya ingin ia tanyakan.  Ia sedikit  tidak menyangka bahwa Sesosok orang didepannya ini sangat pandai sekali berantem bahkan sepertinya Rio sudah sangat mahir dalam memegang Pisau atau pun menentukkan taktik untuk mengalahkan musuh.
“Gue hanya tau sekilas. Dan pernah belajar karate”jawab Rio seadanya. Ia tak ingin membicarakan hal ini lebih lanjut.
“Bawa gue pulang sekarang”pinta Kici  benar-benar tak dapat merasakan tangannya lagi.
“Loe nyusahin banget sih”gidik Rio. Namun jujur dihatinya ia tak tega melihat Kici kesakitan seperti ini dan itu semua karena dirinya.
“Gue punya nama. Dan nama gue Kici “lirih Kici saat Rio mulai membopong tubuhnya.
“Loe pulang saja. Urusan selanjutnya sudah ditangani sama orang-orang gue. Loe anterin Felly pulang”pesan Rio kepada Alvin. Rio tak peduli dengan ucapan Kici namun ia mendengarkan apa yang diucapkan oleh Kici.
“Kici gimana?”lirih Felly yang masih ketakutan dengan keadaan sahabatnya itu.
“Gue yang akan ngurus dia. Tenang aja. Dia gak bakalan mati. Kalau pun dia mati. Gue yang bunuh dia “ujar Rio dan pada kata-kata yang terakhir memberikan lirikan sinisnya kepada orang yang sedang ia bopong dikedua tangannya.
“Sayangnya gue gak akan mati sebelum loe mati ditangan gue”balas Kici tak kalah tajam. Alvin hanya bisa geleng-geleng melihat kedua orang didepannya ini yang masih sempatnya bertengkar disaat seperti ini.
“Yaudah gue pulang dulu. Loe berdua hati-hati dijalan. Jangan ribur mulu loe berdua”pesan Alvin namun tak akan ditanggapi oleh Kici maupun Rio. Setelah kepergian Alvin dan Felly. Rio segera beranjak menuju mobilnya.
Rio  meletakkan Kici kedalam mobilnya. Ia dengan hati-hati mendudukan Kici dikursi sampingnya. Ia menatap Kici sekilas. Gadis ini memejamkan matanya. Ia tau bahwa sekarnag Kici semakin kesakitan. Luka Kici cukup parah menurutnya.
“Loe gak apa-apa?”tanya Rio. ia memakai sabuk pengamannya dan memakaikan punya Kici.
“Gue capek. Jalanin aja mobilnya”suruh Kici. Rio menurutinya saja dan segera menjalankan mobilnya.
Disepanjang perjalanan. Kici tak henti-hentinya mengerang kesakitan. Ia mencengkram tangannya yang memmiliki luka yang parah itu. Keringan dingin semakin deras mengguyur wajah Kici.
“Loe kenapa Kici?”tanya Rio sedikit cemas melihat Kici yang seperti itu. Tangan kanan Rio ia lepas dari sir mobilnya dan ia alihkan untuk menyentuh dahi Kici.
“Sial. Loe sepetinya infeksi pada pelepis loe dan tangan loe “pekik Rio yang sama sekali tak menduga bakteri-bakteri pada luka Kici langsung menyebar dan menyebabkan Infeksi.
“Nama loe siapa ?”tanya Kici. Jujur ia sama sekali tak pernah mengetahui nama Rio. ia tak dapat mengingat nama orang disampingnya ini. Meskipun sebanyak apapun Iqbal sering meneriaki nama Rio tapi Kici tak pernah menanggapinya.
“Nama gue Mario. Panggil aja Rio. loe gak usah banyak ngomong “
“Perkenalan kita sungguh mentragiskan”ujar Kici dengan senyum remehnya. Rio tak memperdulikan ucapan Kici. Ia mempercepat kecepatan mobilnya. Jujur ia sangat membenci situasi darurat seperti ini. Dan dia harus menyelamatkan nyawa orang yang juga telah menyelamatkan nyawanya sampai gadis ini menjadi seperti ini.
“berapa lama loe bisa bertahan?”tanya Rio.Kici mengerti yang dimaksudkan oleh Rio. Buat Kici pertanyaan itu sudah terbiasa ia dengar dari siapapun saat seseorang dalam keadaan sekarat.
“Gue masih kuat. Gue akan tahan sampai sebisa gue”
“Tahan jangan sampai pingsan”
“Gue tau”lirih Kici. Rio membuka kantong kursi yang ada di belakang tempat duduk Kici. Ia mengambil sebuah masker oksigen dan sebuah tabung oksigen yang ada disana.
“Pakai ini”suruh Rio. dan sedikit membantu Kici memakainya. Walaupun matanya sama sekali tak teralihkan dari jalan didepannya.
“Sekarang lebih enakan?”tanya Rio saat Kici sudah memakai masker oksigen tersebut.
“Lumayan “
“Kenapa loe harus datang kesana. Merepotkan gue aja tau gak sih”kesal Rio. Ia semakin mempercepat laju mobilnya lagi.
“Kalau gue gak ada disana mungkin nyawa loe hilang malam ini”
“Bagaimana loe bisa tau semuanya tadi?”
“Gue berpengalaman dalam hal ini. Bahkan dalam keadaan ini jika loe mau bunuh gue. Gue pastikan loe gak akan bisa”
“Gadis Aneh”gidik Rio. bayangannya kini sedang memfikirkan suatu hal. Dan ia hanya diam dan masih fokus menyetir . dan beberapa kali meliriki kea rah gadis disebelahnya untuk memeriksa keadaanya.
Tak kurang dari 15 menit akhirnya Rio sampai didepan rumah Kici. Rio segera keluar dan membopong Kici keluar juga untuk memasukkanya kedalam rumah Kici.
“IQBAAALL”teriak Rio sekencang mungkin.  Kici menatap Rio dengan senyum sinis. Teriakan Rio tadi begitu berisik ditelingannya.
“Percuma gak ada siapa-siapa dirumah gue”serah Kici lemas. Rioberdecak kesal. Ia  menendang pintu Kici sampai terbuka. Setelah itu segera masuk kedalam rumah Kici
“Dimana kamar loe gadis bodoh?”tanya Rio tanpa ada manis-manisnya kepad Kici.
“Nama gue  Kici bukan gadis bodoh”sentak Kici walaupun suaranya sangat lemah namun terdengar begitu mengencam ditelinga Rio maupun Iqbal.
“ada disana”tunjuk Kici. Rio pun segera berjalan mengarah ke kamar Kici. Dan masuk kedalamnya. Setelah itu ia membaringkan tubuh Kici perlaan-lahan diatas kasur.
“Loe tahan sebentar. Dimana dapur loe?”tanya Rio. Kici mengernyitkan keningnya sesaat.
“Ada dibelakang . loe belok kanan lurus saja”jawab Kici yang tak mau ambil pusing. Rio mengangguk mengerti dan segera berjalan keluar dari kamar Kici menuju dapur.
Cukup lama Rio meninggalkan Kici sendiri dikamar. Sesekali Kici mendengar suara benda jatuh dari arah dapur. Dan 20 menit kemudian Rio sudah kembali sambil membawa banyak peralatan. Seperti termos panas. Kompresan dan lainnya.
“loe sebegitu cemasnya sama keadaan gue ?”ujar Kici yang heran juga melihat wajah Rio begitu serius seperti itu.
“Loe udah nyelametin nyawa gue. Dan gue gak mau hutang budi ke loe”jawab rio seadanya. Ia menaruh semua peralatan tersebut di bawa lantai. Dan segera menghampiri Kici kembali. Ia membuka semua perban Kici. Dan segera membersihkan luka-luka Kici dengan air hangat.
“Wajah loe jangan seperti orang sok sibuk. Gue gak akan mati”
“Gue tau. Dan sebaiknya loe diam “tegas Rio. ia membuka perban dikepala Kici. Ia terus membersihkan sekali lagi semua luka Kici.
“Loe pulang saja . gue gak apa-apa”ujar Kici. Risih juga lama-lama ia melihat wajah Rio yang sangat serius seperti itu.
“Gak apa-apa? Loe infeksi bodoh”jelas Rio meneteskan beberapa obat anti perih pada semua luka Kici. Walaupun awalnya terasa sangat panas dan perih. Kici menahannya agar tidak terlihat seperti gadis cenggeng didepan lelaki ini.
“Tangan loe ? tahan sedikit”
“Oke”serah Kici. Rio membongkar kembali gips yang telah ia pasang dengan hati-hati. Walaupun sudah begitu perlahan namun rasa sakit begitu menjalar disemua tubuh Kici
“Tahan sedikit”serah Rio yang melihat wajah Kici benar-benar kesakitan.
“terusin aja. Gue gak akan nangis karena hal ini”Rio menatap Kici dengan heran. Ia benar-benar tak percaya dengan apa yang ada didalam diri Kic. Menurutnya Kici sangat berbeda 360 derajat dengan gadis-gadis lainnya yang pernah ia kenal.
Rio mengompres kening Kici agar panas yang menyerang badan Kici bisa sedikit turun. Ia terus membersihkan tangan Kici. Karena tak tega melihat Kici yang sudah diluar batas kesakitannya. Rio sengaja menyuntikkan obat tidur kepada gadis itu.
Jam dinding dalam kamar Kici sudah menunjukkan pukul 23.30. dan Rio masih terjaga mengurusi tangan kanan Kici yang terluka cukup parah. Dan akhirnya ia bisa mengatasi infeksi tersebut dan mensterilkan semua bakteri-bakteri yang sebelumnya menyerang luka itu. Rio mengusap keringatnya sendiri. Dan terakhir ia memperban luka Kici. Karena ia sudah tak perlu untuk mengips lengan Kici itu.
“Finally”serah Rio. Ia mengganti air kompresan Kici. Dan memeras kain kompresan tersebut meletakkannya kembali pada kening Kici.
“Sebenarnya loe manusia atau bukan sih ?”gidik Rio menatap wajah Kici yang sedang tertidur. Wajah seperti malaikat namun bila dilihat lebih dalam lagi wajah tersebut menyiratkan keiblisan dari gadis ini. Rio membelai lembut rambut gadis didepannya ini. Dan pada saat itu juga senyum Kici tiba-tiba mengembang dengan sendirinya dari bibirnya . walaupun Kici dalam keadaan tertidur. Sepertinya sentuhan lembut dai tangan Rio begitu menenangkan gadis ini.
“HOAAMMMM. . “Rio merasa mengantuk juga. Ia pu berjalan kea rah sofa kecil yang ada di samping meja belajar Kici. Rio membaringkan tubuhnya disana dan tak lama kemudian ia terlelap dengan sendirinya. Badanya terasa letih untuk hari ini.
*****
09.00 Rumah Kici

Rio mengerjapkan matanya. Seliut cahaya menyilaukan matanya saat ini, Perlahan ia membuka matanya. Ia bangun dari tidurnya dan berusaha menyadarkan kesadarannya sesaat.
“Selimut ?”kaget Rio saat melihat sebuah selimut yang sepertinya diselimutkan oleh seseorang pada tubuhnya .
“Loe tidur ?atau ngebo? Hah? Lama banget tidur loe”cerca Kici saat melihat Rio yang sudah bangun. Kici duduk diatas kasurnya dengan bersender pada tembok.
“Loe udah sehat ?”tanya Rio memperhatikan wajah Kici yang sudah berbeda seperti tadi malam.
“gue udah gak apa-apa. “
“ajaib loe”serah Rio geleng-geleng sendiri.
“Luka loe?”lanjut Rio menunjuk kea rah lengan Kici.
“Sudah gak sakit. Besok boleh gue buka perbannya ?”
“Silahkan. Mungkin semua lukanya sudah kering. Dan saran gue jarang berantem dan melakukan hal aneh-aneh minggu ini”
“loe sepertinya tau banget tentang gue”
“Bukannya tau. Tapi fikiran loe bisa dibaca”
“Oke gue akui insting loe sangat jenius”
“Gue lebih pintar dari pada loe gadis bodoh “ejek rio dengan tajamnya dan membuat Kici benar-benar geram kali ini.
“Loe mau pulang sekarang ? atau nunggu gue usir ? hah?”
“Udah syukur loe gue tolongin. Berterima kasih sedikit kek!”kesal Rio. ia berdiri dari tempat duduknya. Ia meraih jasnya yang ia taruh di samping kasur Kici  dengan kasar.
“Gue gak minta “
“Nyesel gue nolongin loe semalam”Emosi Rio. ia memakai jasnya dan berjalan menuju ambang pintu.
“MARIO . . “panggil Kici saat rio ingin keluar dari kamarnya. Rio membalikkan tubuhnya .
“Thank You “ujar Kici begitu tulus. Ia sangat berterima kasih sekali kepada Rio karena sudah merawatnya semalam. Walaupun ia mengatakan ucapan tersebut tanpa senyum sedikitpun dari wajahnya.
“Ckkk”balas Rio hanya dengan decakan sinis. Kemudian ia membalikkan badanya lagi dan meneruskan jalannya beranjak dari rumah Kici.
“Dia sangat memiriskan”ujar Kici dengan nada sangat tak enak sekali untuk didengar.Kici mengedarkan pandangannya disekitar kamarnya setelah itu Ia melirik jam dindingnya. Binggung mau ngapain sekarang. Tubuhnya masoh terasa lemas. Ia pun memilih untuk tetap dikamar sambil menonton Tv.
*****
15.00 Kamar Kici

                 Alvin dan Felly masuk kedalam kamar Kici. Mereka berdua memang berniat sekali untuk menjenguk gadis setan satu ini. Alvin dan Felly membawakan beberapa buah-buahan untuk Kici.
“Sore”teriak Felly saat memasuki kamar Kici.
“KICCIII BANGGUUNNNN”teriak Felly sekeras mungkin. Karena Kici terlihat tertidur begitu pulas di atas tempat tidurnya. Alvin yang berada dibelakang pun segera ikut masuk.
“Aelaahh. Nih anak keboo banget sih”decak Felly kesal. Ia pun mendekati Kici di kasurnya.
“KICI SAYANGG BANGGUUUNNN”teriak Felly lebih kencang dan mendekat ke wajah Kici. Namun tetap saja, Kici tak menjawab dan tak bereaksi sama sekali.
“KICI BANGUN. KICI . . “Felly mulai cemas karena Kici tak kunjung bangun juga.
“Kenapa Fel?”tanya Alvin. Ia mendekati Felly. Dan menatap wajah Kici.
“Kici pucat banget”ujar Alvin . Ia menempelkan tepalak tangannya pada kening Kici.
“Auww. Panas banget. . “serah Alvin melepaskan tangannya dari kening Kici.
“Kici bangun. loe gak apa-apa kan. Kici bangun. banguuunnnn”teriak Felly mulai panik sendiri. Alvin ikut binggung. Ia tak cukup tau kalau sudah menyangkut penyakit parah seperti ini.
“Gue telfon rio aja”serah Alvin dan dengan cepat merogoh ponselnya di sakunya. Ia mencari beberapa nomer dan memencet tombol hijau lalu mendekatkan ponselnya di telinganya.
“Yo . Kici pingsan. Badanya panas banget. Gue binggung harus ngapain”
“Oke oke. Gue bawa dia kerumah sakit sekarang”Alvin memutuskan sambungannya. Ia segera membopong tubuh Kici yang sudah tak berdaya. Alvin membopong Kici dengan hati-hati. Felly pun membantu Alvin dengan membukakan pintu rumah Kici. Mereka berdua segera menaruh Kici didalam mobil dan beranjak ke rumah sakit .
*****
13.00 Haling Corps

Rio menutup rapat hari ini. Ia tersenyum legah karena rapat yang sangat penting ini baginya berjalan dengan lancar dan mendapat pujian dari banyak cliennya dengan presentasinya tersebut. Setelah semuanya meninggalkan ruangan rapat. Rio masih duduk-duduk disana. Ia merasa sedikit letih. Setelah pulang dari rumah Kici tadi ia langsung beranjak ke kampus kemudian rapat di kantor. Hari-harinya begitu menyibukkan tak ada waktu luang sama sekali.
DRRTTTDRTTTT
Suara ponsel Rio tiba-tiba berdering. Ia mengambil ponselnya dari saku jasnya. Ia melihat nama Alvin terpampang jelas di layar ponselnya. Tanpa menunggu lama Rio memencet tombol hijau pada ponselnya dan mendekatkan ponselnya pada telinganya.
“Loe bego atau gimana sih Vin. Loe cepat bawa dia ke Rumah Sakit Arwana. Hati-hati dengan luka ditangannya. Gue akan nyusul kesana”
“Oke”Rio berdecak kesal sambil menaruh kembali ponselnya di jasnya. Rio mengambil kunci mobilnya yanga da di samping meja dekat dengannya.
“kenapa lagi sama tuh anak? Ada-ada aja sih”omel Rio. ia segera beranjak dari perusahannya sedikit terburu-buru. Karena ia tau bahwa gadis yang dijulukinya gadis bodoh tersebut dalam keadaan sedang tidak baik. Rio merasa bahwa ini juga gara-gara dia. Gadis itu menyelamatkan nyawanya dan menyebabkan dirinya sendiri seperti ini. Rio tak mau lepas tanggung jawab. Oleh sebab itu ia sedikit cemas dengan keadaan Kici.
****
14.00 Rumah sakit ARWANA

Semuanya masih menunggu Kici yang berada didalam ruang UGD. Seperti dugaan Rio bahwa keadaan Kici mulai memburuk kembali. Felly sedari tadi tak ada henti-hentinya menangis. Dan Alvin terus berusaha menenangkan Felly. Sedangkan Rio cukup duduk dan diam disana tanpa melakukan apapun. Entah apa yang dia fikirkan sekarang tak aka nada yang tau. Mungkin hanya tuhan dan dirinya yang mengetahui.
Tak berapa lama kemudian, lampu UGD menyala dan itu mendakan para dokter akan keluar sebentar lagi.
“Dok bagaimana keadaan teman saya ?”tanya Felly langsung saat beberapa dokter baru saja keluar dari sana.
“Kondisinya sedikit melemah. Tapi dia sudah tidak apa-apa. Luka yang ada ditangannya dan pelipisnya sudah kita tangani”jelas sang dokter. Rio yang masih duduk di ruang tunggu menghembuskan nafas panjangnya. Dihatinya ia sedikit legah mendengar semua itu. Walaupun wajahnya masih terlihat datar saja.
“Rio . . “panggil sang dokter yang melihat Rio disana. Rio menatap dokter itu lantas tersenyum. Rio berdiri dan menghampiri sang dokter.
“Dokter andi”balas Rio. ia menjabat tangan dokter tersbut yang bernama dokter Andi.
“dia siapa kamu ?”tanya dokter andi sambil menunjuk kedalam ruang UGD
“dia tetangga saya dok”
“Oh. Jangan khawatir kondisinya sudah mulai stabil. Tapi dia perlu istirahat banyak di sini.  Sebentar lagi akan dipindahkan di kamar rawat seperti biasanya”
“iya dok. Terima kasih”ucap Rio tenang dan memamerkan senyumnya itu.
“Kalau begitu saya pergi dulu. Jaga kondisi gadis itu. Lukanya belum sembuh total”pesan sang dokter sambil memukul bahu Rio ringan. Dan untu terakhir kalinya Rio hanya membalas dengan mengangguk-angguk saja.
“Loe berdua temenin gadis itu dulu. Gue harus kembali ke perusahaan ada meeting sebentar. Nanti malam gue yang akan jaga dia”ujar rio kepada Alvin dan Felly.
“Oke deh Yo”serah Alvin
“Makasih ya kak. Maaf harus ngerepotin”tambah Felly. Rio mengangguk saja lantas meninggalkan Alvin serta Felly. Setelah kepergian Rio , Alvin maupun Felly segera menuju kamar rawat dimana Kici di taruh disana. Sebelumnya Felly menghubungi Iqbal untuk memberitahukan dimana Kici sekarang.
******
Rio membuka kamar rawat dimana Kici sudah dipindahkan disana. Ia dapat melihat gadis tersebut masih terpejamkan matanya dengan badan yang melemah. Rio berjalan mendekatinya. Perlahan tanganya memeriksa kening Kici, setelah itu memeriksa denyut nadi pada pergelangan tangan Kici dan memeriksa luka di tangan kanan Kici.
“tidak separah dari kemarinlah”ujar Rio mendapat suatu kesimpulan. Ia menatap wajah Kici. Seakan menulusuri sesuatu entah apa itu.
“Loe memang gadis setan. Bagaimana bisa ada gadis kayak loe?Ciih”sedetik kemudian Rio membenahkan selimut Kici setelah itu ia memelih duduk di sofa yang tak jauh dari kasur Kici sekarang.
*****
Cahaya putih itu begitu menyilaukan mata gadis ini. Ia tak pernah mengenal tempat ini. Tempat yang sangat asing baginya. Ia merasakan tubuhnya begitu sangat dingin. Ia melihat cahaya terang ada dimana-mana. Gadis ini berputar mengedarkan pandangannya untuk mencari sesuatu disana.
“KICI”panggil seseorang cowok dari belakang. Kici kenal sekali dengan suara itu.suara yang bertahun-tahun telah ia rindukan. Ia segera membalikkan badanya.
“KAK SION”teriak Kici begitu sangat senang. Sion tersenyum ke arahnya. Kici segera berlari dan memeluk sion begitu erat sekali.
“Kak . . kakak gak apa-apa kan? Kici kangen banget sama kakak. Kakak jangan tinggalin Kici”
“Gadis bodoh”
“Hanya kak Sion yang boleh memanggil Kici gadis bodoh. Kici suka panggilan itu dari kak sion”kini gadis mungil ini telah terisak. Ia menangis begitu merindukkan sesosok sepupu yang sudah ia anggap seperti kakak kandungnya sendiri.
“sudah berapa kali gue bilang. Jangan jadi cewek lemah”
“Gue gak peduli”
“Jangan cenggeng. .loe itu cewek kuat”
“Kici ki. . .ci ingin main lagi sama kak Sion . . “
“udah gak usah nangis. Gue sangat gak suka. Dan jangan seperti orang bodoh lagi. Jangan sakit lagi. Jangan merepotkan orang. Bangun dan cepat sembuh. Gunakan otakmu. Mengerti ?”Kici mengangguk-anggukan kepalanya pelan. Sedetik kemudian ia merasa sedikit-demi sedikit badan sion menghilang dari pelukannya. Kici menjadi binggung sendiri.
“Kak Sion . .Kak Sion. Kak jangan tinggalin Kici. Kak Sion. Kak . .Kakakaaaaakkkk”
******
20.00  Kamar rawat Ify

“KAKAAAAKKKKK”Rio terpelonjat dari sofa. Ia segera terbabangun saat mendengar teriakan histeris dari Kici. Rio mendekati Kici yang terus menggeleng-gelengkan kepalanya dengan keringan yang bercucuran di kening gadis ini.
“Kici.  ci bangun. Kici “Rio mencoba membangunkan Kici. Namun gadis ini semakin meracau dalam tidurnya.
“Kici bangun!!”serah Rio. Ia menghentakkan jantung Kici dengan kedua tanganya.
DEEGHHHH
Kici membukakan matanya begitu saja. Nafasnya tak beraturan. Ia menatap atas-atas langit begitu sangat tajam. Kici merasakan badanya terasa memanas dan sangat panas.
“Loe gak apa-apa?”tanya Rio binggung dengan keanehan Kici saat ini
“Gue ada dimana?”lirih Kici pelan. Suaranya sangat melemah.
“Loe ada di rumah sakit. Tadi loe pingsan”
“Pingsan?”
“Tubuh loe sangat lemah. Lebih baik loe istirahat aja”suruh Rio. ia memeriksa infuse Kici. Setelah itu memeriksa kembali tangan kanan Kici .
“kapan gue keluar dari sini?”tanya Kici dengan nada yang sangat malas. Jujur ia tidak suka dengan yang namanya rumah sakit
“Sekarang juga silahkan “
“beneran ?”
“Lalu siapin sendiri liang lahat loe”lanjut Rio yang kini mengalihkan tatapanya kearah Kici dengan sangat tajam. Kici mendengus kesal. Ia tak membalas tatapan Rio seperti itu.
Lama tak ada yang membungkamkan suara. Rio sendiri hanya berdiri diam disamping Ify. Begitu juga dengan Kici yang hanya diam sambil menatap langit-langit atap. Mereka berdua seperti orang paling bodoh di dunia.
“Kenapa loe masih disini? Pulang sono”usir Kici tak berperi kemanusiaan
“Gue gak mau loe mati sia-sia”
“Maksudnya Loe berharap gue mati dihadapan loe? Hah??”
“Good!!“
“Ciss”cibir Kici.  Ia akhirnya memilih diam saja. Ia sedang tak ingin bertengkar untuk hari ini. Kici membenahkan selimutnya untuk ia tutupi sampai wajahnya.
“Gadis bodoh”decak Rio. ia sendiri beranjak dari kamar Kici untuk mengambil laptonya dan dokumen-dokumen kerjanya yang ada di mobilnya.
“Jangan panggil gue gadis bodohh!!!!”teriak Kici sekencang mungkin. Namun percuma saja . Rio sudah tidak berada disana.
“seenak jidat aja tuh orang. Untung gue lagi sakit. Kalau enggak ?? bisa gue bunuh sekarang tuh cowok setan!!”kesal Kici. Emosinya membuat kepalanya semakin pusing. Kici pun memelih untuk tidur kembali. Berharap ia cepat sembuh.
****
Alvin mengantarkan Felly sampai didepan rumahnya. Sepertinya Felly sedikit kelelahan karena terlalu memfikirkan sahabatnya tersebut. Alvin berjalan beriringan dengan Felly sampai di teras depan rumah.
“Kak makasih ya”ujar Felly begitu tulus
“Untuk?”
“Semuanya . . “jawab Felly. Jujur dia sendiri binggung ucapan tersebut dimaksudkan untuk apa.
“No problem”
“Felly masuk dulu ya”pamit Felly kepada Alvin. Tak ada jawaban dari Alvin. Felly menundukkan kepalanya sejenak lantas memilih membalikkan badanya dan mulai berjalan masuk kedalam rumahnya .
Sreeeeesssttttt … .
Tiba-tiba Alvin menarik tangan kanan Felly dari belakang lantas mendekap gadis tersebut dalam pelukannya. Alvin memeluk Felly begitu sangat erat. Untuk beberapa detik Felly hanya bisa terperanga dengan apa yang dilakukan oleh Alvin. Ia tak tau maksud Alvin berbuat seperti ini untuk apa.
“Kakak kenapa?”tanya Felly mulai memberanikan diri.
“1 menit aja”pinta Alvin. Ia menyenderkan kepalanya di bahu Felly secara perlahan. Felly menuruti saja apa kemauan dari Alvin.
Selama satu menit tersebut tak ada yang membungkam suara kembali. Hanya terdengar suara hembusan angin malam yang begitu menusuk tulang. Hembusan nafas Alvin begitu sangat hangat dan terasa sekali di kulit belakang leher Felly. Entah Felly juga tak mengerti kenapa Alvin memeluknya seperti ini. Dan inilah pertama kalinya Alvin memeluknya. Dan pelukan Alvin begitu hangat dirasakan oleh Felly. Tak lama setelah itu Alvin melepaskan pelukannya. Ia tersenyum sangat manis sekali kepada Felly. Felly pun membalas senyum itu.
“Mimpi yang indah cantik”ujar Alvin sembari mengacak-acak lembut rambut Felly.
“Kakak juga”balas Felly. Hatinya sekarang sudah tak dapat digambarkan kembali. Ia begitu sangat senang. Dan tak mungkin melupakan hari ini.
“Masuk gih”suruh Alvin . Felly menganggukkan kepalanya. Ia mulai berjalan mundur menuju pintu rumahnya.
“Masuk dulu ya kak. Hati-hati”ujar Felly. Ia sudah didepan pintu rumahnya. Ia segera masuk kedalam rumah dan berlari ke kamarnya dengan perasaaan campur aduk. Bahagia, senang, Shock , speechless semuanya menjadi satu dalam hati Sivia.
Sedangkan Alvin, setelahmelihat Felly telah masuk kedalam rumah. Ia sendiri memilih segera pulang kerumahnya. Karena besok dirinya ada kuliah pagi. Dan ia tidak mau telat untuk mata pelajaran besok.
*****
Setelah tau kakaknya berada dirumah sakit. Iqbal segera menghampiri Kici di RS.ARWANA. tergambar jelas dari raut wajahnya Iqbal sangat cemas sekali. Ia tak menyangka kakaknya bisa sakit. Bahkan awalnya ia tak percaya bahwa Kici masuk kedalam rumah sakit.
“KAK KICIII. . “teriak Iqbal kencang ketika membuka pintu kamar rawat Kici.
“Ssssstttt . . . “suara Rio menyadarkan Iqbal bahwa Kici sedang tertidur saat ini. Iqbal pun menganggukkan kepalanya menjelaskan bahwa dia mengerti apa yang dimaksudkan oleh Rio.
“Kak Kici gak apa-apa kan kak??”tanya iqbal dengan suara pelan. Ia mulai mendekati Rio.
“Lumayanlah”jawab Rio seadanya.
“Makasih kak udah jaga kak Kici”
“terpaksa”jawab rio seadanya.
“mmmm. . . Kakak disini terus?”tanya iqbal binggung dengan kata-katanya sendiri
“Maksudnya?”tanya Rio tak mengerti
“Kalau kaka yang jagain kak Kici. Biar Iqbal pulang ngambil baju-baju kak Kici dulu. Besok iqbal bawa kesini. Lagian iqbal masih ada ujian besok. Kak Rio gak keberatan kalau Iqbal nitipin kak Kici dulu?”pinta Iqbal. Wajahnya sedikit sangat memohon kepada Rio. sedangkan rio cukup lama memfikirkan permintaan anak kecil dihadapannya ini. Ia pun tak tega sendiri dan memilih mengiyakan permintaan Iqbal.
“Yaudah deh . Tapi loe cepet balik ya”pesan Rio. iqbal mengangkat kedua jempolnya dengan senyum kebahagiaan.
“Kalau gitu gue cabut dulu ya kak . Bye”pamit Iqbal
“Hati-hati”
“Loe yang seharusnya hati hati kak hihihihi”kekeh Iqbal setelah itu ia langsung hilang lagi dari kamar rawat. Setelah kepergian Iqbal mata Rio lantas melirik pelan kearah tubuh Kici yang sedang tertidur disana. Rio tau maksud dari perkataan Iqbal tadi.
“Berdoa saja semoga besok gue masih hidup”batin Rio yang penuh kepasrahan.
Rio kembali berkutik degan laptopnya dan juga dokumen-dokumen yang harus ia tanda tangani. Rio menjaga Kici sembari mengerjakan tugas perusahaanya. Rio sangat sibuk sekali malam ini. Bahkan dirinya belum makan sedari tadi . Jujur semuanya terasa sangat berat sekali ditupmuhnya. Ia meraskan tak ada sedikit pun dunia kebebasan untuknya kali ini.
KULIAH
PERUSAHAAN
KULIAH
PERUSAHAAN
Merasakan segarnya hidup bebas saja sudah tak pernah ia rasakan. Jujur saja Rio begitu iri dengan teman-temannya yang bisa bebas menikmati masa remajanya. Sudah sejak SMP Rio harus ditinggal oleh ayahnya dan kini ia harus bisa menjaga ibunya serta membiyai ibunya tersebut. Rio tak ingin merepotkan banyak orang. Sifatnya yang keras kepala dan pekerja keras membuatnya berhati dingin.
Satu kalimat yang akan selalu Rio ingat adalah “ Hidup penuh dengan mimpi. Jangan hidup yang mempermainkanmu tapi kamulah yang harus mempermainkan hidup itu” Kalimat yang tak cukup panjang. Namun mempunyai banyak makna yang sangat sangat dan sangat panjang sekali.
DRRRDRRRTTT
Sebuah panggilan masuk terdengar pada ponsel Rio. Ia segera meraih ponselnya tersebut. Sebuah nama yang tak asing lagi baginya. Siapa lagi jika bukan “Cherly” sang sekertaris yang setiap detik selalu ingin tau dimana keberadaan Rio.
“Aissh. . .”serah Rio yang sedikit kesal melihat siapa yang menelfonnya. Dengan bermalas-malasan ia mengangkat telfon tersebut.
“Hallo . . “
“selamat malam pak Rio “sahut suara cewek di sebrang sana
“Ada apa cher?”tanya Rio tak ingin basa basi lagi.
“Besok Pak Rio ada meeting dengan clien dari singapure. Tepatnya jam 9 pagi. Saya hanya ingin mengingatkan saja”
“Yah. Bisa gak kalau kamu cukup kirim pesan ke saya saja “
“Oh begitu. Yaudah pak. Maafkan saya. Maaf menganggu bapak”
“Iya”Rio segera memutuskan sambungannya. Bibirnya berdecak kesal dengan kelakuan sekertarisnya ini yang terlalu over kepadanya. Jika bukan sekertaris amanah  dari almarhum ayahnya mungkin Rio sudah memecat gadis tersebut bertahun-tahun lalu. Meskipun Rio sendiri tau bahwa banyak rumor jika Cherly sang sekretarisnya sudah menaruh hati kepadanya, Namun Rio tak pernah menananggapinya. Entah mengapa dirinya tak pernah tertarik untuk pacaran saat ini.
“ganggu orang kerja aja”desis Rio. ia meletakkan kembali ponselnya. Rio merenggangkan otot-ototnya yang terasa sedikit kaku.
Sudah 2 jam ia berkutik dengan laptopnya tersebut. Mata Rio ia alihkan menatap gadis yang masih terbaring di atas kasur sana. Rio mulai berdiri. Kakinya ia langkahkan untuk menghampiri gadis itu.
Rio berdiri tepat di samping Kici. Kedua tanganya ia masukkan kedalam sakunya. Matanya menatap wajah Kici begitu sangat lekat. Rio memperhataikan wajah Kici dengan begitu teliti. Merasa ada yang berbeda dengan gadis ini. Entahlah Rio juga tak mengetahuinya dan baginya juga tak penting untuk mengetahui semua itu.
“Cihh. . Lo sebenarnya tidur? Apa mati sih ? dari tadi gak bangun-bangun”gumam Rio kepada Kici yang masih dalam keadaan memejamkan matanya.
“Gak pernah gue mimpi ketemu sama cewek kayak loe.
“hancur hidup gue sekarang bisa ketemu setan licik kayak loe”
“cepet loe sembuh dan gue gak ada urusan lagi sama loe. Oke !!”
“dasar kebo . .”Rio menjitak pelan dahi Kici. Lalu ia meninggalkan ruang kamar rawat Kici begitu saja. Dan Kici pun masih tetap terjaga walaupun suara Rio yang begitu kecangnya sedang mengomelnya. Bagi Kici tidur adalah kegiatan yang paling ia suka . Jika ada lomba lama-lamaan tidur , Mungkin Kicilah pemenangnya.
*****
24.00 Kamar rawat Kici.
Rio sudah kembali sejam yang lalu ke dalam kamar rawat Kici. Sebelumnya ia keluar untuk pulang sebentar. Ia takut sang mama mencemaskannya. Ia menjelaskan kepada mamanya dan mamanya malah ikut khawatir dengan keaadaan Kici. Dan berencana besok ingin mengunjungi Kici.
Rio kembali berkutat ke dokumen-dokumen dan laptopnya. Lagi lagi dan harus lagi ia berurusan dengan kertas membosankan ini .
“Apa gak ada hal yang menyenangkan untuk dilakukan ??”Rio menguap beberapa kali dan sesekali melirik ke jam tanganya. Ia terpaksa harus melembur malam ini. Seperti hari-hari biasanya.
“HOAAA . . . . . . “
“AARRGGSSSSSSSSS . .. “belum sempat Rio menyelesaikan menguapnya. Suara teriakan keras langsung ia dengar. Dan suara itu begitu jelas terdengar dari kasur Kici. Dan suara siapa lagi kalau bukan suara Kici. Rio segera menoleh kearah Kici dan segera berdiri untuk menghampiri gadis itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar